29 - Jealousy

1.4K 161 17
                                    

Siapa Kim Sejeong tadi? Apa wanita itu benar-benar mantan kekasih Sehun? Entah mengapa air mata Lisa tiba-tiba menggenang di matanya ketika mengingat kedekatan dua insan itu yang meskipun cukup singkat tapi tetap saja disudut hati kecilnya ia menolak untuk mengingat mereka.

Lagi-lagi kebisuan Sehun akan  surat cerai yang masih berada ditangannya kembali ia ingat. Apa pria itu sebegitu inginnya cerai dengan dirinya sampai-sampai menghadirkan mantan kekasihnya walaupun mereka masih terikat hubungan suami istri.

"Turunlah," Lisa menoleh kaget saat Sehun kini sudah membukakan pintu dan menunggunya untuk turun.

 Tanpa bicara Lisa turun dari pintu yang sudah dibuka kan oleh Sehun, dan tanpa menunggu pria yang masih memasang wajah muramnya itu Lisa melangkah memasuki mansion besar yang sudah beberapa bulan ini ia tinggali. 

Lisa berjalan dengan sangat cepat menaiki tangga dan saat ia hendak memasuki kamarnya sebuah tangan menahan pintu kamarnya dan membuat Lisa berbalik menatap sang penahan pintu tersebut yang sudah ia tahu siapa pelakunya.

"Apa?" tanya Lisa dengan dingin.

Tapi Sehun tidak membuka suaranya, pria itu terus diam dan tidak mengalihkan pandangannya dari Lisa yang terlihat marah. Ia maju selangkah mendekat, "Kenapa kau marah?" tanyanya tidak mengerti.

Lisa memutar bola matanya malas, "Siapa yang marah?" Lisa bertanya balik.

Sehun kembali mendekat, "Kau marah." katanya dengan pasti.

Lisa mengerutkan keningnya, "Tidak," elaknya. "Sudahlah aku tidak ingin bicara denganmu lagi." Ia mendorong Sehun untuk menjauh dan menutup pintu kamarnya. 

Sehun terdiam di depan pintu untuk waktu yang lama lalu pergi menuju kamarnya.

***

Keesokan paginya, ketika Sehun keluar kamarnya, ia tidak langsung turun melainkan mengetuk pintu kamar Lisa yang masih tertutup. 

Knock knock

Tidak ada jawaban. Sehun kembali mengetuk pintu itu kali ini ketukannya lebih keras. Tapi tetap tidak ada jawaban, akhirnya Sehun membuka pintu kamar Lisa menggunakan kunci cadangan yang selalu ia bawa kemana-mana. 

Ia sedikit panik dan buru-buru membuka pintu itu. Karena terakhir kali ia masuk kamar dan tidak ada jawaban adalah saat malam pengantinnya dan Lisa berendam semalaman dalam bath up yang mengakibatkan gadis itu sakit.

Dan benar saja sesaat setelah Sehun memasuki kamar istrinya itu, kekosongan adalah yang pertama ia lihat. Kamar Lisa nampak bersih seakan sudah cukup lama sang pemilik kamar meinggalkan tempat ini.

Tapi Sehun tetap mencari Lisa dalam kamar mandi dan juga wardrobe, tetapi nihil. Tidak ada siapapun di dalam kamar ini. 

Tanpa pikir panjang Sehun berlari menuruni tangga untuk bertanya pada asisten rumah tangganya, tapi saat ia berada di lantai bawah ia bertemu Jeno dan juga Sejeong sedang berbincang di ruang tamu mansionnya.

"Dimana Lisa?" Tanya Sehun dengan nafas yang menggebu.

"Morning, sayang. Apa kau sudah sarapan?" Sejeong yang tengah memakan buah-buahan tepat di samping Jeno bertingkah seakan tidak mendengar pertanyaan Sehun sebelumnya. 

 "DIMANA LISA?!" Bentak Sehun dengan tidak sabaran yang membuat Jeno dan Sejeong bergeming ditempatnya.

Jeno bangkit dari duduknya dan menghampiri Sehun yang kini tampilalnnya sungguh acak-acakan. Ia menyerahkan sebuah amplop putih pada atasannya itu, "Ini yang Nyonya titipkan pada saya sebelum pergi tadi pagi, Tuan." ujarnya.

Sehun dengan cepat merebut amplop putih itu, "Kemana dia pergi?" tanya Sehun sekali lagi dengan gusar.

"Nyonya tidak mengatakannya, Tuan." jawab Jeno yang membuat Sehun bertambah gusar.

Dia dengan segera merobek ujung amplop yang melekat dan mengeluarkan surat yang ada didalamnya. Genggamannya mengerat saat dia membaca penuh isi surat itu, itu adalah surat cerai yang pernah Sehun berikan pada Lisa dan kini wanita itu mengembalikan itu padanya dengan tanda tangan wanita itu disana yang menyatakan menyetujuinya.

Di detik selanjutnya Sehun dengan kasar merobek surat cerai itu menjadi bagian-bagian kecil yang tidak akan mungkin disatukan lagi. Dengan penuh amarah dia menitah Jeno untuk segera menemukan istrinya dan membawanya ke hadapannya.

"Cepat temukan Lee Lisa! Lakukan segala cara untuk menemukannya! Dia harus segera ditemukan." Titah Sehun dengan suara rendah, dan datar, yang membuatnya terdengar semakin menyeramkan.

Sejeong yang juga berada disana pun tidak berani membuka mulutnya melihat aura gelap mengelilingi sekitar tubuh Sehun. Sehun bahkan tidak repot-repot untuk sekedar menatap Sejeong dan langsung berjalan menuju mobil miliknya yang sudah siap di depan mansionnya. 

"Cek cctv disemua jalan yang ada disekitar mansion, dan segera hubungi aku jika kau menemukan informasi keberadaannya sekecil apapun informasinya hubungi aku." Tanpa menunggu orang diseberang ponsel yang berbicara dengannya, Ia mematikan ponselnya dan melajukan mobil sport miliknya dengan kecepatan penuh. 

Untuk saat ini hanya satu tempat yang akan dia tuju, yaitu rumah mertuanya. Sehun berharap Lisa disana. Tidak, tolong biarkan dia menemukan istrinya disana.

***

"Kemana kita akan pergi?" tanya Rose pada saudara kembarnya itu. Tapi tidak ada jawaban.

"Hei! Jawab aku, kemana kita akan pergi sekarang?" Rose sedikit meninggikan suaranya saat Lisa memilih mengabaikannya dan menghadapkan punggungnya pada nya.

Rose menghentikan mobilnya ditepi jalan, dia melepas seat belt nya dan menghadapkan tubuhnya pada Lisa yang duduk dikursi samping kemudi. "Bisakah kau mengatakan padaku apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau datang ke apartmentku dengan mata bengkak? Apa kau bertengkar dengan suamimu? Lisa? Ayolah jawab aku, jangan hanya diam saja!" 

Lisa bergerak gusar tapi dia tetap tidak ingin berbalik dan menunjukkan wajahnya pada Rose. "Jalankan saja mobilnya kemana pun aku ingin meninggalkan Seoul untuk sementara waktu." gumamnya dengan suara serak yang terdengar seperti orang sakit.

Rose membuang napasnya kasar, "Fine! Aku akan membawamu ke rumahku yang ada di dekat pantai. Disana kau harus menceritakan semuanya!" 

Lalu setelah itu  gadis yang kini berambut pirang itu menarik rem mobilnya dan kembali melajukan mobil berwarna merah itu meninggalkan Seoul. 

"Kau benar-benar berhutang penjelasan padaku. Aku bahkan tidak memberi tahu Dad and Mom."

Lisa tidak lagi mendengarkan keluhan yang dilayangkan Rose, dia sedang memikirkan sesuatu. Pasti sekarang sudah bangun dan menerima surat itu kan? Entah bagaimana reaksi yang diberikan pria itu saat melihat surat cerainya sudah memiliki tanda tanganku. 

Dada Lisa nyeri saat pikiran bahwa Sehun juga akan dengan senang hati menanda tangani dan menyerahkan surat cerai yang sudah ditunggu-tunggunya ke pengadilan. Lalu pikiran bahwa Sehun akan segera bersatu kembali dengan mantannya siapapun namanya itu membuat Lisa lagi-lagi menitikkan air mata. 

Apa hubungannya dengan Sehun akan berakhir seperti ini? Apakah kita akan kembali menjadi orang asing yang mungkin tidak akan saling sapa? 

Kepalanya berdenyut nyeri, rasanya seperti ingin pecah saja saking nyerinya. Lisa menekan kuat-kuat sakit dikepalanya dengan tangannya saat teriakan Rose kembali memasuki telinganya.

"LISA AWAS!!!!" 

lalu BRAKK

Semuanya menjadi gelap, telinganya terus berdengung, napasnya menjadi berat, setelahnya Lisa tidak merasakan apapun.

TO BE CONTINUE..

holaa cingtahh, met malming dari aku yang malmingnya dikamar ajah. aku update sekarang karena all my hw udah selese wjwjwjwjw

kira-kira lisa sama rose kenapa yaa??/// gimana nih udah mau mendekati ending tungguin yachh cingtahh

jangan lupa kasi bintang dan komennya dong qaqa ;3

salam sayang, 


Best MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang