Sehun duduk di balik kursi kebesarannya ditemani setumpuk dokumen yang membutuhkan tanda tangannya. Tangan kanan pria itu bergerak cepat menggoreskan tinta penanya pada dokumen yang selesai diperiksanya.
Waktu telah menunjukkan pukul 8 malam hari, waktu yang terlalu larut untuk tetap bekerja di kantornya. Para pegawainya pun sudah meninggalkan kantor sejak 2 jam yang lalu, menyisakan beberapa pegawai yang lembur sendirian.
Dia berhenti sejenak dari kegiatan berulangnya itu, ia menggerakkan jari telunjuk dan tengahnya memijit pelipis yang terasa pening malam ini. Sudah seminggu berlalu sejak kejadian di mansion keluarganya yang berada di Jeju pagi itu, dan gadis bersurai gelap itu tidak kunjung menghubunginya lagi.
Memang benar dirinya lah yang mengatakan pada gadis itu untuk menyerahkan kembali dokumen perjanjian itu setelah menambahkan beberapa persyaratan yang dia inginkan, tapi gadis itu menambahkan berapa persyaratan sih? sampai-sampai waktu 1 minggu pun belum cukup untuk gadis itu kembali menyerahkannya padanya.
Netra Sehun yang sedari tadi tertutup untuk merilekskan saraf matanya kembali terbuka dan melirik ponselnya yang dalam keadaan mati di samping gelas kopinya. Sejak beberapa hari yang lalu dia menunggu Lisa menghubunginya, tapi yang didapatnya hanyalah kosong, Lisa tidak menghubunginya sekalipun sejak hari itu.
Jadi dia benar-benar tidak menyimpan nomorku? Atau dia sengaja mengabaikan ku?
Sebenarnya bisa saja dia yang menghubungi gadis itu terlebih dahulu, namun egonya membuat Sehun ragu untuk menghubunginya lebih dahulu.
Tok! Tok!
Suara pintu yang diketuk membuat pikiran Sehun buyar, dia dengan segera menitah seseorang yang mengetuk pintunya tadi untuk masuk.
"Mr. Oh," Sehun melihat—Jeno— sekertarisnya memasuki ruangannya dengan membawa dokumen ditangannya.
Dia menyerahkan dokumen itu padanya, "Baru saja ada Nona Lee Lisa mengantarkan dokumen ini, dan menyuruh saya untuk menyerahkannya pada anda." ucap Jeno yang membuat Sehun menegakkan tubuhnya seketika saat mendengar nama gadis yang sedari tadi mengambang dipikirkannya disebut.
Sehun bangkit dari duduknya, "Sekarang dimana dia?" tanyanya dengan cepat.
"Baru saja per—"
Ucapan sekertarisnya yang belum rampung tidak lagi dihiraukannya saat mengetahui bahwa Lisa mungkin masih berada dalam kantornya. Dia menyambar kunci mobilnya dan membawa ponselnya ikut serta bersamanya sebelum berlari meninggalkan Jeno yang cengo menatapnya. "Nanti tolong bawakan dokumen yang tersisa dan tasku ke apartemenku ya!" katanya sebelum sepenuhnya menghilang dibalik pintu ruangannya.
⑅⑅⑅
"Apasih yang kau lakukan sekarang? Bukannya kau sedang sibuk ya?" Ucap Lisa dengan penuh heran saat pria di sampingnya ini memaksa untuk mengantarnya pulang. Posisi tubuhnya sudah dibuat miring, agar bisa lebih leluasa menatap pria jakung yang kini tengah fokus menyetir mobil mewahnya di sampingnya.
Sehun menoleh menatap Lisa yang juga tengah menatapnya sebentar sebelum kembali memusatkan perhatiannya pada jalanan yang ramai di depannya. "Aku hanya ingin bersikap baik pada calon istriku,"
Lisa bergidik ngeri saat Sehun mengatakan hal yang menggelikan seperti itu, "Jangan berlebihan! Bersikap seperti biasa saja, lagi pula ini hanya pernikahan kontrak. Perlakukan saja istri sungguhan mu nanti dengan baik."
"Aku mungkin hanya akan menikah sekali dalam seumur hidupku, karena itu aku tidak ingin membuatnya terasa buruk."
Lagi-lagi Sehun mengatakan hal-hal aneh yang sialnya tidak bisa dia tanyakan karena 'Tidak penasaran dan bertanya berlebihan pada salah satu pihak' adalah salah satu persyaratan yang ada dalam dokumen pernikahan kontrak yang sudah terlanjur ditandatangani nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Mistake
RomanceLee Lisa pernah bertemu Oh Sehun di kelab malam dan menciptakan sebuah kesalahan. Tapi berkat kesalahan itu mereka berdua kembali dipertemukan dan berakhir terikat pernikahan kontrak yang dibuat untuk mencapai tujuan mereka masing-masing. Bagaimana...