Jangan lupa Vote dan Komen 😍
Olivia, Maxime dan Kanira kini sudah keluar dari pesawat. Keduanya tampak menyeret Kanira dengan paksa sembari menodongkan sebuah pistol ke arah punggung wanita itu dengan menyembunyikannya di balik jaket yang dikenakan Kanira, agar tidak menimbulkan perhatian para penumpang pesawat.
"Kau jangan coba-coba untuk berteriak meminta bantuan, atau membuat masalah disini. Jika iya maka ku pastikan kau tidak akan hidup setelah dari sini...," bisik Maxime sembari terus menekan pistol itu kearah punggung Kanira membuat kulit wanita itu menjadi lecet.
Kanira mengangguk kaku, rasanya ia sekarang ingin menangis saja. Perasaannya menjadi campur aduk setelah kehamilannya ini benar-benar menguras emosi dari wanita itu. Namun demi anaknya, Kanira mencoba menguatkan diri melewati semua masalah yang menghampirinya dengan melibatkan Tuhan dan percaya bahwa ia akan mendapat pertolongan nantinya, dan ia berharap Nathan lah yang datang menolongnya.
Setelah sampai di depan mobil yang mereka sewa, Olivia langsung mendorong tubuh Kanira masuk, disusul Maxime yang juga ikut masuk bangku depan bersama dengan anak buahnya yang menyetir mobil sedangkan Olivia memilih duduk didekat Kanira, sebagai sikap waspada jangan sampai wanita itu nekat melompat dari mobil hanya untuk kabur.
"Kita mau bawah dia kemana Liv?" tanya Maxime yang membuat Olivia tersenyum devil.
"Bawah dia ke tempat penyiksaan. Terus kita videoin dan kirim ke Kak Nathan, pasti dia seneng liat istrinya yang bodo ini kita siksa!"
Olivia tertawa, membuat Maxime juga ikut tertawa. Sedangkan Kanira sekarang sudah menangis dalam diam, ia tak tahu harus apa sekarang. Takdirnya begitu rumit, bahkan sekarang jika ia diberikan dua pilihan antara hidup dan mati lebih baik dia mati saja karena menurutnya tak ada lagi gunanya untuk hidup jika kehidupannya sama sekali tak ada yang berubah.
•••
Mereka kini sudah berada didepan sebuah gedung terbengkalai yang terletak cukup jauh di dalam hutan. Hutan tersebut berada tak jauh dari perkotaan hampir 20 menit untuk sampai ke dalam hutan.
"Ayo cepat masuk!" sentak Maxime sembari menyeret kasar Kanira masuk kedalam sana. Kedatangan mereka berdua disambut beberapa anak buah Olivia dan Maxime yang memang sudah ditugaskan untuk berada di tempat ini sebelum mereka tiba.
Kanira hanya bisa menangis, memberontak pun ia tak akan bisa, secara dia belum makan pagi ini sedangkan energinya benar-benar terkuras habis. Maxime segera mendudukkan Kanira di sebuah kursi kayu, kemudian mengikat tubuh wanita itu disana tak lupa menyumpal mulut Kanira dengan sebuah lakban hitam.
"Sekarang kita biarin dia lemas. Jangan biarin dia makan sedikitmu!" kata Olivia sembari tersenyum lebar dengan tangan yang mengusap perlahan wajah Kanira yang sudah dibanjiri keringat dan air mata.
Maxime hanya bisa mengangguk setuju, karena dia juga masih merasa kesal karena telah dibohongi oleh Kanira, "Tentu, sesuai yang kau inginkan!"
Kanira terus menangis, rasanya dirinya ingin berteriak dan memukul Maxime dan Olivia yang menatapnya dengan tatapan seperti seorang psikopat. Andai saja ia tidak mengingat bayinya, Kanira saat ini mungkin sudah memberontak dan memberikan pelajaran kepada kedua manusia gila didepannya itu. Lihat saja, hormon nya yang naik turun membuat mental Kanira juga ikut terpengaruh, kadang wanita itu merasa kuat dan sangat marah dan juga terkadang ia memilih menangis daripada harus memberontak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terikat Dengan Tuan Muda (TERBIT)
Fiksi Remaja(FOLLOW MAKCE DULU YAHH🖤) Apa jadinya seorang pelanyan harus menikah dengan Tuannya sendiri, bahkan keduanya tidak pernah saling menegur ataupun bicara satu sama lain, namun karena suatu alasan yang mendesak membuat keduanya mau tak mau menjalani...