13 - SETIDAKNYA

16.2K 3.8K 627
                                    

Assalamualaikum teman-teman Pasukan semua. Bagaimana kabarnya? Semoga sehat selalu ya. 

Aku minta maaf sebesar-besarnya Rabu kemarin belum bisa update. Makanya, aku ganti hari kamis ini ya ^^ 

SUDAH SIAP BACA CHAMOMILE PART 13? 

Sebelumnya aku mau tanya dong ke teman-teman Pasukan pembaca. Semisal kalian bisa kembali ke masa lalu, siapa yang ingin kalian temui? Dan, apa yang ingin kalian katakan ke orang itu? 

DAN, SELAMAT MEMBACA CHAMOMILE. SEMOGA SUKA ^^ 

*****

Alen keluar rumah dengan wajah kusut, timbangannya masih belum juga turun dan sudah mendapatkan ceramah panjang Mamanya. Lagi-lagi Alen tidak dapat uang jajan hari ini bahkan tidak boleh sarapan pagi juga.

Alen memaksakan dirinya untuk tetap tersenyum sembari mengelus dadanya pelan-pelan berusaha untuk kuat.

"Tenang Alen, lo masih punya Kakak Ara yang kaya raya, hidupnya sempurna, suka memberi, tanpa pamrih walaupun mulutnya seperti Api!"

*****

Alen masuk ke dalam kelasnya yang sudah cukup ramai. Alen melihat bangkunya yang masih kosong, belum ada tanda-tanda kedatangan Ara.

"Tumben belum datang?"

Alen kembali berjalan ke bangkunya dan menaruh tasnya. Setelah itu duduk dengan tenang di kursi, memperhatikan teman-temannya yang mulai heboh membahas acara Dies Natalis sekolah padahal masih empat bulan lagi.

"Sial!" umpat Alen pelan, ia jadi diingatkan dengan permintaan Sanda.

Alen mengeluarkan ponselnya, ada pesan dari Sanda.

Sanda

Gue ada ujian akhir bulan. Goodluck buat gue

Alen tersenyum kecil segera membalas pesan Sanda dan memberi dukungan untuk sahabatnya itu. Sanda sejak SD memang sudah masuk seleksi tim atlet renang. Makanya, hidup mati Sanda sampai detik ini hanyalah untuk renang.

"ALEN!!"

Tak usah bertanya siapa pemilik suara cempreng tersebut. Tanpa harus melihat langsung, Alen sangat tau siapa yang memanggilnya.

"Len, kenapa wajah lo kusut banget? Senyum bahagia lo juga nggak kelihatan pagi ini?" tanya Ara dramatis.

Alen menatap Ara dengan tatapan memelas, kemudian menjulurkan kedua telapak tangannya.

"Kasih gue uang," pinta Alen.

Ara geleng-geleng sembari mengelus dada.

"Nggak dapat uang jajan lagi dari Ibu tiri?" tebak Ara.

Alen mengangguk-angguk pedih.

"Iya, bisa nggak lo aja yang jadi ibu tiri gue, Ra?" mohon Alen.

"Gue hanya menolong fakir miskin dan anak terlantar, Len. Bukan anak bodoh kayak lo."

"Gue juga anak terlantar, Ra," lirih Alen ikut-ikut dramatis.

Ara menggeleng lebih cepat.

"Lo bukan terlantar, Len. Lo hanya tidak seberuntung gue yang hidupnya sempurna, bahagia dan kaya raya."

Sial! Alen seperti baru saja di tusuk ujung belati. Meskipun cukup sakit, Alen sudah terbiasa mendengarnya.

"Mulut lo mending sekolahin juga, Ra!" tajam Alen sangat kesal.

CHAMOMILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang