28 - TELOR BERUANG

15.3K 3.9K 770
                                    

Assalamualaikum teman-teman Pasukan pembaca semua. Bagaimana kabarnya? Semoga sehat selalu yaa ^^

SIAPA YANG NGGAK SABAR BACA CHAMOMILE PART 28? 

SUDAH SIAP BACA CHAMOMILE PART 28? 

Dan, selamat membaca Chamomile. Semoga suka ^^

*****

Alen termenung di atas kasur dengan seragam yang sudah dikenakannya, pandangannya hampa. Saat ini Alen tidak bisa memikirkan apapun selain kejadian memalukan semalam. Jangan tanya lagi sebanyak apa Alen mengumpati dirinya sendiri. Untuk tidur saja Alen tak bisa.

"Alen, kamu nggak berangkat sekolah?"

Pintu kamar Alen tiba-tiba dibuka Kanara. Alen menatap Mamanya yang berdiri diambang pintu dengan tatapan heran.

"Mama..." rengek Alen.

"Apa?" balas Kanara tak ada lembut-lembutnya.

"Alen boleh bolos sekolah hari ini, nggak?"

"Nggak boleh. Biaya sekolah mahal. Jangan buang-buang uang Mama. Buruan berangkat!" jawab Kanara tanpa kasihan.

"Ma.... Alen nggak mau sekolah," pinta Alen.

"Terus kalau nggak mau sekolah mau ngapain? Mau jadi apa kamu?"

"Mau jadi telur beruang aja, Ma."

"Alen, Kamu udah sekolah aja nggak pintar-pintar gimana mau nggak sekolah! Nggak ada alasan-alasan. Berdiri dan berangkat sekolah sekarang juga Alen!"

"Mamaa....."

"Kamu mau uang jajan kamu nggak Mama kasih sebulan?"

Saat itu juga Alen langsung beranjak dari kasur dan berdiri. Ancaman Mamanya kali ini menyangkut hidup dan matinya dalam perihal keuangan. Alen tau Mamanya tak pernah bercanda dengan ancamannya.

Alen mengambil tasnya secepat kilat.

"Alen sekolah, Ma."

*****

Untuk pertama kalinya Alen berangkat sekolah mengenakan hoodie. Bahkan Alen sengaja menaikkan tudung hoodie agar menutupi kepala dan wajahnya. Alen berjalan dua kali lebih cepat dari biasanya, ingin cepat-cepat sampai kelas dan menghindari berpapasan dengan Alan.

"Pilis, nggak ada Kak Alan. Nggak ketemu Kak Alan."

Alen bernapas lega akhirnya dia sudah sampai di kelasnya. Alen segera masuk dan melepaskan tudung hoodienya. Namun, langkah Alen terhenti saat melihat teman-teman kelasnya menatapnya dengan aneh.

Alen mengerutkan kening binggung, tak biasanya teman-temannya menatapnya seperti itu. Tatapan yang menunjukkan rasa penasaran bercampur rasa tak menduga. Bagaimana ya Alen menjabarkannya, intinya tatapan seperti itu.

"Ada apa?" tanya Alen ke Ara dan Sanda yang terlihat sedang menunggu kedatangannya.

Ara dan Sanda melambaikan tangan, menyuruh Alen untuk cepat-cepat duduk. Alen pun mengangguk dan segera duduk di kursinya.

"Ada apa? Kenapa gue dilihatin terus sama teman-teman kelas?" tanya Alen penasaran.

Ara mengehela napas panjang, tatapannya berubah prihatin.

"Nggak cuma teman-teman kelas, Alen. Emang lo lewat di parkiran dan lorong sekolah nggak dilihatin juga?"

"Gue nggak tau. Gue dari parkiran ke kelas cuma jalan nunduk dan jalan cepat," jawab Alen dengan polosnya.

Sanda segera mengeluarkan ponselnya dan mendekatkan ke Alen.

"Lihat sendiri," suruh Sanda.

Alen pun segera melihat arah layar ponsel Sanda. Kedua mata Alen langsung melebar saat itu ketika mendapati sebuah foto dirinya dan Alan. Lebih tepatnya foto saat Alan menjemputnya di belakang sekolah.

CHAMOMILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang