08 - Masalah

1.7K 91 1
                                    

"Kenalin ini Saroh istri aku."

-Yusuf-

***

Pagi ini, di rumah Siddiq baru saja selesai melakukan rutinitas sarapan pagi. Saroh membantu Billa untuk membersihkan meja makan dan mencuci piring-piring kotor. Sedangkan Yusuf, dia membantu ayah mertuanya mencuci motor Vespa di luar rumah.

"Ini sudah lama nggak dipakai ya, Bah?" tanya Yusuf mengamati Vespa abu yang cukup berdebu.

"Iya, Abah lebih suka pakai motor kopling akhir-akhir ini. Soalnya kalau mau pakai si Vespa makan banyak waktu buat nyalain mesinnya," jawab Siddiq sembari mengurai gulungan selang.

Yusuf mengangguk paham, kemudian ia mencoba menyalakan mesin Vespa tersebut. Benar apa yang dikatakan Siddiq, Vespa itu cukup sulit dinyalakan, butuh beberapa kali kick starter untuk akhirnya Vespa itu bisa menyala.

Siddiq mulai menyiram Vespa butut kesayangannya, disusul Yusuf yang sigap menyabuni si Vespa. Di sela-sela aktivitas mereka mencuci Vespa, ide bagus muncul di otak Yusuf yang membuat dia tiba-tiba berkata, "Bah, Vespanya boleh Yusuf pinjam, nggak?"

"Boleh, pakai aja. Emang mau ke mana?"

"Mau ajak Saroh jalan-jalan keliling kampung," jawab Yusuf meringis.

"Ya udah bawa aja nih Vespa. Tapi jangan dilecetin, butut-butut gini mah tetap kesayangan Abah."

Yusuf mengangguk yakin. "Siap, Bah. Pasti Yusuf hati-hati kok."

"Abah, Mas, ini teh hangatnya," kata Saroh keluar dari rumah dan meletakkan dua cangkir teh hangat di atas meja teras rumah.

"Makasih, Sayang."

Hal itu jelas membuat Siddiq menatap menantunya dengan tatapan meledek. "Iya-iya, Sayang," ledek Siddiq.

Yusuf hanya tersenyum tipis menanggapi mertuanya.

"Selain Vespa Abah, tuh anak Abah juga jangan sampai lecet!"

"Wah kalau itu mah sudah pasti, Bah. Jangankan lecet, kena debu aja nggak akan!"

***

Setelah mendapat izin dari Siddiq, Yusuf membawa Saroh berkeliling kampung menggunakan Vespa. Suasana sejuk pedesaan di pagi hari, mendukung momen keromantisan sepasang manusia yang masih diselimuti rasa bahagia. Cerahnya mentari pagi, memperjelas pemandangan perkampungan yang sedang mereka nikmati.

"Mau belanja apa aja di pasar?" tanya Yusuf setengah berteriak

"Mmm, apa ya? Mas Yusuf mau dimasakin apa hari ini?" Saroh balik bertanya.

"Mmm, apa ya?" Yusuf menirukan gaya bicara Saroh, berpikir sejenak kemudian bertanya, "Saroh bisa bikin cap jay?"

"Bisa dong. Mas Yusuf mau apa aja, nanti Saroh masakin," jawab Saroh percaya diri.

"Maasyaallah, aku emang nggak salah pilih istri," puji Yusuf membuat Saroh mengulum senyumnya, tersipu malu.

Yusuf meraih kedua tangan Saroh, menuntun wanitanya untuk mengeratkan pelukan yang melingkar di perutnya.

***

Setelah menghabiskan pagi yang indah bersama sang suami, siang harinya Saroh memutuskan untuk berkunjung ke Pesantren As-Siddiq. Sebenarnya ini masih hari cutinya, namun ia sudah dibuat rindu dengan pesantren. Terlebih hari ini Saroh sama sekali belum bertemu dengan Nayla.

Sesampainya di pesantren, Saroh berhenti di halaman utama melihat-lihat para pekerja yang masih membereskan sisa dekorasi pesta pernikahannya.

"Baaaa!"

Menjadikanmu Bidadari (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang