07 - Ijab Qabul

1.6K 99 2
                                    

"Cup!"
-Yusuf-

***

Hari ini menjadi waktu yang paling dinantikan banyak orang, terlebih bagi dua keluarga yang mana hari ini mereka akan menyambut kebahagiaan baru. Seperti diketahui, tepat pada hari ini Yusuf Arbani dan Saroh Nabilla Siddiq akan melangsungkan pernikahan mereka, yang akan digelar di Masjid As-Siddiq dan halaman utama Pesantren As-Siddiq.

Waktu yang terus berjalan membawa pagi beranjak menuju siang. Pukul 09.00 WIB, Masjid As-Siddiq sudah dipenuhi dengan para tamu laki-laki. Di meja akad sudah duduk seorang penghulu, Bani, Siddiq juga calon pengantin laki-laki itu sendiri, Yusuf. Sebelum memulai acara akad, Kyai Rosyid memberikan khutbah nikah sebagai nasihat untuk pengantin pria juga para tamu undangan yang ada di dalam masjid tersebut.

Di tempat lain, tepatnya rumah Saroh, juga telah dipenuhi akhwat atau perempuan yang menunggu acara akad nikah selesai. Sedangkan di lantai dua rumah itu, calon pengantin perempuan sudah siap sedari tadi. Saroh duduk di depan meja riasnya, sejak tadi pula ia menatap wajahnya yang terlihat asing di depan cermin.

"Gugup nggak, Mbak?" tanya Nayla yang sedari tadi menemani Saroh.

Saroh menghembuskan napasnya berat, jangan ditanya lagi, jelas ia sangat gugup.

"Eh, Nay lihat-lihat Mbak Saroh cantik juga pakai make-up. Nay kira Mbak Saroh nggak akan cocok pakai riasan. Kalau kayak gini Mas Yusuf nggak salah pilih sih."

"Anak Umma juga nggak salah pilih suami," sahut Billa yang tiba-tiba masuk ke kamar Saroh.

Saroh memutar duduknya sembilan puluh derajat dan menyapa sang ibu yang baru mendatanginya. "Umma," panggil Saroh dengan senyum bahagianya.

Billa berjalan mendekati Saroh, ia berdiri tepat di hadapan putrinya. "Anak Umma cantik sekali hari ini," puji Billa dengan mata yang mulai berair.

Ia menatap lama wajah sang putri semata wayangnya. Billa bungkam dengan bibir yang mulai bergetar, tatapannya tak bisa berbohong.

"Umma jangan nangis," pinta Saroh melihat air mata yang sudah menggenang di kedua mata ibunda.

Billa mengusap puncak kepala Saroh, merapikan tudung putih Saroh, dan mengusap tipis pipi Saroh. "Rasanya baru kemarin Umma gendong kamu."

Nayla yang ada di situ ikut hanyut dalam suasana haru di hadapannya.

"Umma, makasih udah jadi Ibu yang baik buat Saroh. Makasih, untuk segala hal yang Umma ajarkan kepada Saroh. Saroh nggak akan jadi perempuan seperti ini tanpa didikan dan bimbingan dari Umma," kata Saroh yang juga mulai menitihkan air mata. "Saroh minta doanya ya, Umma. Semoga Saroh bisa menjadi istri yang baik untuk suami Saroh juga ibu yang baik untuk anak-anak Saroh kelak," pinta Saroh menyelesaikan kalimatnya.

Billa yang sudah berlinang air mata, mengangguk mengiyakan. "Pasti, Sayang. Pasti kamu bisa menjadi istri dan ibu yang baik untuk keluarga kamu. Terima kasih, sudah menjaga diri hingga saat yang dinantikan akhirnya tiba."

***

"Jangan gugup," bisik Bani pada Yusuf.

Yusuf tak menjawab, ia justru melihat tangan Bani yang jelas terlihat gemetar sejak tadi. Menyadari tatapan Yusuf, Bani segera menyembunyikan tangannya. Sepertinya Bani yang lebih gugup daripada pengantinnya.

"Nak Yusuf, gugup?" tanya penghulu menggunakan mikrofon yang ia pegang.

Yusuf mengulum senyumnya sebagai jawaban atas pertanyaan penghulu.

"Santai saja, Nak Yusuf. Wajar namanya juga kali pertama, kan?"

Yusuf mengangguk.

"Abah Siddiq, sudah siap?"

Menjadikanmu Bidadari (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang