05 - Demam

1.5K 105 0
                                    

"Saroh sakit,"

-Yusuf-

***

"Allahu Akbar, Allahu Akbar..."

Kumandang adzan subuh membangunkan Saroh dari tidurnya. Kelopak matanya terbuka perlahan, ia mengusap wajah lalu segera bangkit dari tidurnya.

Krekkk...

"Nak, tadi nggak sholat malam, ya?"

Saroh diam dan coba mengingat. "Astaghfirullah, iya Um!"

"Ya sudah, nggak apa. Buruan sholat subuh, Abah udah berangkat ke masjid," utus Billa kemudian pergi dari kamar putrinya.

Selepas perginya Billa, Saroh tiba-tiba teringat akan mimpi buruknya, mimpi yang bisa ia rasakan hingga saat ini. Badannya terasa aneh, kepalanya juga terasa berat.

"Alhamdulillah Ya Allah, itu hanya mimpi," ujar Saroh menghela lega. Tak ingin menunda-nunda sholat subuhnya, Saroh segera beranjak untuk merapikan ranjang yang ia tempati semalam. Dimulai dari melipat selimut kemudian menyusunnya di atas bantal.

Namun, pergerakan Saroh terhenti saat ia mendapati beberapa gumpalan rambut halus berwarna putih yang ada di atas bantal. Saroh mengambil rambut halus tersebut, dia diam untuk beberapa saat. "Ini apa?" tanyanya heran.

Tak berdiam lama, ia segera mengambili rambut yang berhamburan di bantalnya dan berniat membuangnya ke tempat sampah. Namun, saat ingin melangkah tiba-tiba ia merasakan nyeri yang sangat hebat di area perut bawahnya. Sakit sekali, hingga Saroh kembali mendudukkan tubuhnya ke ranjang.

"Aduh, perut aku kenapa? Astaghfirullah, sakit banget," ringisnya menekan perut bawahnya berharap rasa sakitnya berkurang.

Cukup lama Saroh bertahan, rasa sakit itu akhirnya mereda. Suara ayam yang berkokok di pagi hari mulai terdengar, itu artinya Saroh harus segera menunaikan kewajibannya. Karena rasa sakit yang sudah tidak begitu terasa, ia bangun dari duduknya. Namun, hal aneh kembali terjadi, cairan berwarna merah mengalir di kedua kakinya. Saroh menunduk untuk melihat apa yang terjadi, ia terkejut saat melihat darah itu merembes cukup banyak dan sudah ada yang menetes ke lantai.

"Aku haid?" lirihnya heran.

Saroh kemudian melihat kalender meja di meja belajarnya. Pada kalender itu tertera bahwa Saroh baru saja datang bulan satu minggu yang lalu.

"Apa ini gara-gara kecapekan kemarin, ya?"

***

Pagi ini, santriwati tengah mengikuti senam pagi di halaman utama Pesantren As-Siddiq.

"Eh kamu udah dengar kalau Ustadzah Saroh bulan depan akan menikah?" tanya seorang santriwati pada teman di sebelahnya.

"Serius? Kamu tahu dari mana?"

"Aku dengar langsung dari Abah Siddiq waktu ngobrol sama Ustadz Fajar di depan ruang pengajar," kata santriwati itu.

"Wah maasyaallah, siapa calonnya?"

Santriwati yang memberi info tersebut menggeleng, ia tidak tahu.

"Dih gimana sih ngasih info jangan setengah-setengah atuh," cibir temannya.

"Ya gimana, orang aku dengarnya cuma itu doang."

***

Berbeda dengan Pesantren As-Siddiq, pagi ini Pesantren Darussalam sudah memulai kegiatan belajar mengajar. Seperti yang terlihat pada Kelas Saqof yang sedang di ajar oleh Yusuf.

Menjadikanmu Bidadari (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang