18 - Saroh dan Azim

826 72 1
                                    

"Kenapa pulang sama Bang Azim?"

-Yusuf-

***

"Biar Mang Ucup yang antar kalian," ujar Siddiq menyusul langkah Billa dan Saroh ke luar dari rumah.

"Nggak apa-apa, Bah. Umma berani kok," kata Billa meyakinkan sang suami.

"Saroh juga berani kok, Bah." Saroh menimpali.

"Kalian perempuan lho, apalagi kondisi Saroh baru aja pulih."

"Abah... tenang aja atuh. Saroh baik-baik aja kok, lagi pula pasar kan dekat dari rumah. Orang pasar juga semua kenal sama Umma sama Abah," suara lembutnya berusaha meyakinkan sang ayah.

"Coba aja ada Yusuf di sini, pasti Abah udah suruh dia temani kalian ke pasar. Kamu sih, lagian betah banget jauh dari suami." Raut wajah Saroh berubah setelah mendengar celetukkan Siddiq.

"Abah," lirih Billa memelototi suaminya.

***

Tak terasa sudah satu jam lebih Saroh dan ibunya berada di dalam pasar.

"Um, udah yuk pulang. Udah siang nih, belanjaan juga udah banyak. Nanti kita kesusahan bawanya," ajak Saroh dengan kedua lengan yang mulai tremor menjinjing tas belanja yang sudah penuh dengan segala jenis kebutuhan dapur.

"Sebentar, habis ini kita pulang," jawab Sayla yang masih sibuk memilah-milah jeruk segar di pedagang buah.

"Tangan Saroh nggak kuat," rengeknya.

"Taruh aja dulu di lantai tasnya, nanti biar dibawain sama tukang becak."

"Kita pulang naik becak?" beo Saroh setelah meletakkan tas belanja yang memberati tangannya.

"Iya. Emang kamu mau pulang jalan kaki bawa belanjaan sebanyak itu?"

Saroh menggeleng cepat. "Nggak mau."

***

"Abah, assallamu'alaikum..."

"Eh Yusuf, waallaikumussalam warahmatullah," jawab Siddiq mendongak dari balik motor.

"Tumben nggak ke pesantren, Bah?"

"Nanti agak siangan. Kamu sendiri kenapa baru ke sini?" dengan tangan yang sibuk mencuci motor vespa kesayangannya, ia balik bertanya.

"Baru sempat, Bah," jawab Yusuf bersamaan dengan menjongkokkan diri di dekat vespa kesayangan mertuanya itu.

"Baru sempat baru sempat, telat kamu. Tuh Saroh sama Ummanya udah berangkat ke pasar dari tadi."

"Mereka udah berangkat ke pasar? Kenapa kemarin nggak bilang, tahu gitu Yusuf antar Saroh sama Umma," sesal Yusuf.

"Abah," panggil Yusuf lembut.

"Hm?"

"Tolong bujuk Saroh dong, Bah. Supaya Yusuf bisa tinggal di sini. Yusuf nggak betah jauh-jauh dari Saroh," pintanya merengek.

"Iya, nanti Abah coba bujuk Saroh lagi."

Yusuf mengangguk lemas.

"Sekarang bantu Abah nyuci vespa satunya. Tuh, di dalam garasi."

***

"Umma bilang belanjaannya biar dibawain tukang becak, ini kenapa jadi kita yang bawa sendiri?" keluh Saroh tak ada habisnya.

"Iya, mbok ya sabar to. Lihat aja itu tukang becaknya jauh di sana."

"Ada yang lupa Umma beli."

Menjadikanmu Bidadari (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang