14 - "Aku Kehilangannya"

1.3K 83 2
                                    

"Belum sempat kamu menyadari bahwa selama ini aku memendam rasa padamu. Kini, kamu membenciku..."

-Sania-

***

Beberapa orang sudah berada di depan ruang operasi. Ada Yusuf, Sayla, Bani, Nayla dan Sania. Lampu ruang operasi yang menandakan operasi sedang berlangsung sudah menyala sejak dua puluh menit yang lalu.

"Saroh di mana? Saroh di mana?"

Billa dan Siddiq yang baru tiba, bergegas menghampiri Yusuf dan keluarganya.

"Gimana keadaan Saroh, Suf?" tanya Siddiq membuat Yusuf menghentikan langkahnya.

Yusuf menggeleng pelan, seolah tak ada harapan. "Janinnya harus diangkat, Bah."

***

-Dua jam kemudian di ruang inap-

"Kenapa?" tanya Saroh pada laki-laki yang berdiri di sisi ranjang.

"KENAPA, MAS?!" teriakan itu membuat semua orang yang ada di ruangan terkejut.

Yusuf hanya bisa menunduk, ia tak punya keberanian untuk menatap mata sang istri. Billa kemudian memberanikan diri mendekati Saroh. Sempat melirik kehadiran Billa, Saroh tak menghiraukannya.

"Atas izin siapa kamu berani menyingkirkan janin yang ada di perut aku, Mas?!"

Yusuf mengepalkan tangan. Ia merasa bersalah telah menandatangani surat persetujuan tindakan medis.

"Aku udah janji... aku akan mempertahankan janin aku, tapi kamu..." Saroh terisak, ia belum bisa menerima kenyataan pahit ini.

Ceklek!

Semuanya menoleh pada dokter dan seorang perawat yang memasuki ruangan.

"Permisi sebelumnya, ada yang perlu saya bicarakan dengan Tuan Yusuf," ujar dokter yang menangani operasi Saroh.

"Baik, Dok-"

"Di sini aja. Sampaikan semuanya di sini," potong Saroh.

Si dokter dan Yusuf saling melempar tatap, kemudian Yusuf yang menurut pun memberi isyarat pada dokter untuk menuruti saja permintaan istrinya.

"Jadi begini, setelah kami melakukan tindakan kuretase dan dilatasi, kami dapati bahwa jaringan parut dan leher rahim Nyonya Saroh mengalami kerusakan, di mana hal ini mengakibatkan Nyonya Saroh sulit untuk hamil kembali," jelas dokter.

Penjelasan tersebut membuat semua orang menganga tak percaya. Terlebih Yusuf yang semakin merasa bersalah atas penderitaan sang istri.

"Itu saja yang perlu saya sampaikan. Mohon maaf sebelumnya dan besok lusa Nyonya Saroh sudah bisa pulang ke rumah," ucap si dokter sebelum pergi meninggalkan ruangan.

Semua orang beralih pada Saroh yang sejak tadi hanya diam. Kemarahan terlihat jelas di wajah Saroh. Tatapannya jatuh menatap kosong lantai ruangannya.

"Mas minta maaf, Saroh. Mas juga nggak tahu harus berbuat apa-"

"Keluar..." lirih Saroh memejamkan mata.

"Mas nggak tahu kalau akan seperti-"

"KELUAR!"

Semua bungkam.

"Aku nggak mau ada siapa pun di sini, kecuali anakku," ujar Saroh.

"Nduk, sama Umma ya-"

"KELUAR! SIAPAPUN KELUAR DARI SINI!" teriak Saroh histeris.

***

-Di depan ruangan-

Menjadikanmu Bidadari (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang