33 - Kapuk Bantal

1.1K 66 0
                                    

Setelah menyelesaikan sarapannya, Yusuf segera menuju pesantren dengan mengendarai sedan hitamnya. Cukup jauh dari rumah, Yusuf memelankan laju mobilnya saat ia menangkap punggung seorang wanita yang tak asing baginya.

"San," panggil Yusuf dari dalam mobil.

Sania yang terkejut, menengok siapa yang ada di dalam mobil itu. "Mas Yusuf?"

Yusuf kemudian melepas sabuk pengamannya dan turun dari mobil untuk menghampiri Sania. "Kok kamu jalan kaki?"

"Lagi pengen aja."

"Aku antar, ya?" tawar Yusuf.

Sania menggeleng.

"Aku minta maaf masalah kemarin-"

"Nggak apa-apa. Udah biasa," jawab Sania tak menunggu Yusuf menuntaskan kalimatnya.

"Aku nggak bermaksud menyalahkan kamu-"

"Iya, aku tahu. Lagipula, emang salahku." Sania memotong kalimat Yusuf lagi.

Yusuf geming, ia tak tahu harus merespon apa.

"Mbak Saroh gimana? Masih marah?"

Yusuf mengangguk lemas.

"Mulai sekarang, Mas Yusuf nggak usah repot-repot jenguk aku ke rumah. Mas Yusuf fokus sama Mbak Saroh aja dulu." Yusuf mengangguki perkataan Sania.

"Bentar lagi telat, aku berangkat dulu."

"Aku antar, ya?" tawar Yusuf lagi. Sania masih saja menolak.

"Kan bentar lagi telat."

"Nanti Mbak Saroh marah kalau tahu aku satu mobil sama Mas Yusuf."

"Saroh nggak mungkin kayak gitu-"

"Nyatanya gitu kok," potong Sania tersenyum kecut.

"Ya nggak gitu juga-"

"Nggak apa-apa, Mas. Lagian, jalan kaki sehat," tolak Sania lagi tak peduli paksaan suaminya. "Aku berangkat dulu, hati-hati bawa mobilnya," pamitnya kemudian mencium punggung tangan Yusuf dan pergi melanjutkan jalannya.

***

Srekkk... Srekkk... Srekkk...

"Assallamu'alaikum, Mbak Saroh," sapa Irwan yang sedang menggulung selang di halaman rumah Azim.

Saroh mendongak membalas sapaan Irwan. "Waalaikummussallam, Pak Irwan."

"Mbak Saroh kok nggak pakai pembantu aja? Ibu hamil bukannya rawan kalau kelelahan?"

Mendengar pertanyaan itu, Saroh tersenyum sumir. "Saya masih kuat, kok."

"Kalau gitu semisal nanti butuh hubungi saya ya, Mbak. Ada adik saya yang lagi cari pekerjaan."

Saroh dengan senang hati mengiyakan permintaan Irwan.

Bug!

"Kok udah pulang, Mas?" tanya Saroh yang heran.

"Iya, Abah tiba-tiba ajak aku rapat di luar. Ini mau ganti baju," jawab Yusuf berhenti di depan istrinya.

"Baju yang mana? Perlu aku siapin?"

"Nggak usah, Saroh. Bajunya selalu siap di lemari gantung, kok. Aku bisa sendiri," tolak Yusuf kemudian berlari kecil masuk ke rumah.

Ekor mata Saroh menangkap Irwan yang kembali ke halaman rumah dengan membawa beberapa tumpukan barang dan membuangnya ke tempat sampah beton. Awalnya, Saroh masa bodoh dengan apa yang akan dilakukan Irwan. Namun, ketika sulutan api memantul di ekor mata Saroh, Saroh pun menegurnya.

Menjadikanmu Bidadari (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang