19 - Bukan Anak Kecil

807 86 1
                                    

"Sebanyak apapun wanita yang mendambakan saya di luar sana, tetap Saroh pemenangnya."

-Yusuf-

***

"Sini, biar aku aja!" sungut Yusuf merebut belanjaan Saroh dari tangan Azim.

Sedikit sempoyongan, Yusuf membawa masuk barang belanjaan istrinya.

"Kenapa suamimu itu?" Siddiq bahkan menghentikan suapan terakhir si pipit.

Saroh mengangkat bahu sekali. Ia juga tak mengerti dengan sikap suaminya.

"Lho, kok jadi kamu yang bawa barangnya?" tanya Billa begitu melihat Yusuf berjalan menuju dapur.

Bruk!

Yusuf meletakkan belanjaan tadi sedikit kasar. "Kenapa kemarin nggak bilang Yusuf kalau hari ini Umma sama Saroh belanja ke pasar? Tahu gitu Yusuf yang antar kalian," omelnya kesal.

"Umma sama Saroh bisa sendiri kok."

"Kalau bisa sendiri kenapa minta bantuan Bang Azim?"

"Oh, kamu cemburu?"

"Nggak," elak Yusuf cepat. Billa menyipitkan mata menatap sang menantu dengan tatapan menelisik.

"Nggak, Yusuf nggak cemburu."

"Bang Azim mau minum apa?"

Yusuf sontak melotot saat mendengar suara lembut Saroh. Ia bergegas menuju ruang tamu.

"Bang Azim kenapa masih di sini?" satu pertanyaan terlontar dari mulut Yusuf.

"Umma nyuruh Bang Azim mampir, Mas," jawab Saroh jujur. Saroh bergantian mengamati laki-laki yang berdiri di depannya dan laki-laki yang duduk di sofa.

"Iya, Umma yang nyuruh Nak Azim mampir," sahut Billa bergabung menyajikan dua piring jajanan pasar. "Yusuf, Saroh, sini duduk. Mau sampai kapan kalian berdiri di situ?"

Saroh mendudukkan diri di sisi kanan Billa. Sedangkan Yusuf masih dengan wajah kesal duduk di kursi tunggal di seberang sang istri.

"Ayo dimakan dulu jajannya," seru Billa mempersilakan.

***

"Bang Azim ngapain ke pasar? Bukannya ke pesantren malah mampir ke pasar," Yusuf bertanya pada Azim di perjalanan pulang. Wajahnya masih saja masam.

"Kamu sendiri kenapa nggak temani Saroh belanja?"

"Aku telat datang," jawab Yusuf masih dengan nada dinginnya, seolah ia tak suka dengan pertanyaan itu.

"Rumah siapa yang merawat? Kan sekarang kamu tinggal sama Pakdhe-Budhe."

"Nggak ada."

"Kenapa nggak tinggal serumah sama Saroh? Kenapa malah balik ke rumah orang tua kamu?"

"Kalian masih marahan? Tapi sepertinya kalian baik-baik aja."

Yusuf berhenti tiba-tiba, membuat Azim yang berjalan di sebelahnya ikut berhenti.

Yusuf menoleh, menatap Azim dengan tatapan menajam.

"Bang Azim kepo banget sama urusan rumah tangga aku."

"Apa itu kepo?"

"Bahasanya Reno. Artinya, pengen tahu banget!"

Mulut Azim membulat, ia ber-oh ria.

"Jadi apa jawabannya? Kenapa Bang Azim kepo banget sama urusan rumah tangga aku?" tanya Yusuf sekali lagi.

"Tenang aja, Suf. Aku nggak ada niat jelek ke istri kamu kok."

Menjadikanmu Bidadari (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang