42 - Surat untuk Yusuf

1.4K 97 3
                                    

Genap sepuluh menit Yusuf berdiam diri memandangi surat pemberian Saroh, akhirnya ia memberanikan diri untuk membacanya.

Assallamu'alaikum Suamiku...

Semoga kamu dalam keadaan sehat saat membaca surat ini.

Allah punya banyak cara untuk mempertemukan dua insan yang ditakdirkan bersama. Seperti aku dan kamu, meski pada akhirnya Allah juga punya banyak cara untuk memisahkan keduanya.

Aku bersyukur bisa mengenalmu, Mas...

Aku bersyukur karena Allah menjatuhkanku pada tangan yang tepat.

Aku tidak tahu sampai kapan aku bisa menikmati senyummu yang membuatku candu. Aku tidak tahu sampai kapan aku bisa merasakan pelukanmu yang membuatku tenang.

Aku khawatir jika ternyata aku belum bisa menjadi istri yang baik untukmu?

Aku khawatir jika sebelum aku berhasil menjadi yang terbaik untukmu, Allah menakdirkan kita berpisah dengan cara apapun. Termasuk ajal...

Jika aku pergi dulu, jangan menyalahkan diri kamu, jangan merasa gagal menjadi suami. Di mataku, kamu adalah yang terhebat.

Jangan salahkan siapapun atas kepergianku. Semuanya adalah keputusanku. Maaf kalau keputusanku menyakiti perasaanmu...

Walaupun pada akhirnya aku pergi, jangan pernah merasa sendiri karena Allah akan menghadirkan Saroh kecil untukmu. Dari mata lentiknya, kamu bisa melihat aku di sana. Laki-laki atau perempuan, pasti dia akan mirip denganmu.

Mas, biarkan Sania yang membantumu merawat dan membesarkannya. Aku percayakan semuanya pada Sania. Dia perempuan baik-baik...

Dari ketulusannya padamu, pasti akan membuat dia menyayangi anak kita seperti anaknya sendiri.

Mas, lihat Sania. Jangan membencinya. Datanglah kepada perempuan yang selama ini sungguh-sungguh mencintaimu. Dia sudah lama menunggumu...

Sania sudah banyak berkorban perihal perasaan. Sampaikan maafku pada Sania karena ku, dia sering menahan sakit dan tangis sendirian...

Terima kasih sudah mencintaiku dengan segenap cintamu, Mas Yusuf.

Terima kasih sudah memilihku untuk menjadi tulang rusukmu, dan terima kasih sudah menjadikanku bidadari dalam hidupmu.

Ketahuilah, bahkan nanti di hari aku memejamkan mata, aku akan membiarkan perasaanku untuk terus mencintaimu...

Hiduplah bahagia setelah ini dan jangan lupakan aku...

Aku menyayangimu, Suamiku...

Dari Saroh,

perempuan yang sangat beruntung dimilikimu.

Yusuf mencengkeram kuat surat itu. Tangisnya semakin menjadi.

"YUSUF MANA?!"

"Astaghfirullah!"

Semua orang yang sedang mengaji dibuat terkejut dengan kedatangan Azim.

Yusuf yang mendengar suara kakak iparnya, bangkit untuk melihat apa yang sedang terjadi di luar.

Tok! Tok! Tok!

"SUF! YUSUF! INI AKU! BUKA PINTUNYA!"

Ceklek...

Melihat gagang pintu, Azim mundur satu langkah, ia segera berlutut membuat semua orang menatapnya heran.

"Aku tahu kamu membenciku, aku tahu kamu ingin menghabisiku. Tapi, ini bukan saatnya untuk itu, Suf. Kali ini aku butuh kamu."

"Azim kamu kenapa?" Sayla terus bertanya, tingkah Azim membuatnya ikut khawatir.

Tak merespon, Yusuf menarik pintu kamar berniat menutupnya.

"Sania," ucap Azim kembali memejamkan mata. "Sania menghilang..."

Deg!

Mohon maaf sebagian cerita dihapus untuk kepentingan penerbitan🙏

***

to be continued...

Menjadikanmu Bidadari (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang