📫 Mereka Datang 📫

1K 143 5
                                    

Akhir pekan kali ini dimanfaatkan Karina untuk tiduran di sofa, ia tidak mau melakukan apapun pagi ini selain tiduran. Badannya pegal sekali setelah kemarin diminta 3 kali menemani seorang pengacara bolak-balik ke pengadilan.

"Memangnya yang sekretaris hanya kau saja?" Jeno menggembungkan pipinya, sembari memijat kaki Karina.

"Ada yang lain, tapi masih baru. Jadi masih aku yang disuruh ke sana kemari."

"Apa gunanya pegawai baru kalau tidak dilatih? Percuma mereka dibayar kalau tidak bekerja."

"Belum waktunya, karena mereka semua masih ada dalam pengawasanku. Sudah lah, kau nyalakan kipas angin saja untukku. Panas sekali hari ini."

Hanya Karina satu-satunya orang yang berani memerintah si pimpinan hotel yang begitu dihormati di tempat kerjanya ini. Ia kini bahkan sedang memejamkan mata, menikmati embusan kipas angin besar yang baru saja dinyalakan Jeno.

Setelah dirasa pekerjaannya memijat kaki sudah selesai begitu tetangganya ini berganti meminta kipas angin, Jeno meraih remote dan menyalakan televisi, menonton kompetisi memasak.

"Sedang apa kau?" Karina menatapnya aneh.

"Nonton tv lah, apalagi?" Balas Jeno enteng.

Tanpa ia tahu Karina sedang menatapnya kesal, kakinya ia gunakan untuk menendang perut Jeno dari samping hingga si laki-laki itu mengeluh sakit.

"Sakit, tahu! Kau kenapa sih?" Jeno jengkel, acaranya menonton kompetisi memasak jadi terganggu.

"Siapa bilang kau sudah selesai memijat kakiku?" Bentak Karina masih sambil menendang-nendang perut Jeno.

Jeno yang ditendang jadi gemas sendiri, ia lantas meraih kaki Karina, menahannya agar tidak bisa bergerak lagi.

Karina yang terkejut lantas meronta minta kakinya dilepaskan namun sambil tertawa. Jeno jadi semakin jahil menarik-narik kaki si tetangga hingga kepalanya turun, bukan lagi tiduran di sandaran sofa.

Masih belum puas, Jeno menggelitiki perut Karina, hingga membuat perempuan yang ada di bawahnya sedari tadi menggeliat kegelian. Ia sudah memohon agar Jeno berhenti, tapi laki-laki ini tidak mau mendengarnya. Jadi lah Karina ikut menggelitiki perut tetangganya juga.

Mereka berdua tertawa lepas, melupakan rasa lelah yang akhir-akhir ini mendera keduanya. Namun itu tidak berlangsung lama, karena Jeno menjatuhkan tubuhnya persis di atas tubuh Karina.

Jeno ini paling tidak tahan digelitiki.

Tatapan mereka bertemu untuk sepersekian detik, dan nafas mereka terdengar memburu, mungkin karena terlalu lelah saling menggelitiki.

Mata Jeno terkunci oleh manik seseorang di bawahnya. Mereka saling terpikat namun tak pernah menyadarinya hingga saat ini. Ah bukan, tepatnya mereka tak mau tahu.

Desir di hati masing-masing hanya dianggap angin lalu, karena keduanya masih lah meninggikan status sahabat di atas segalanya.

Tapi siapa saja pasti tahu, mata tidak akan pernah berbohong. Jeno menurunkan wajahnya, menipiskan jarak di antara dirinya dan Karina. Tapi, tidak ada apapun yang terjadi karena ada suara bising yang menginterupsi dari luar.

'Tin Tin!'

Suara klakson mobil menyadarkan Jeno dan Karina dari posisi yang kurang nyaman ini. Keduanya lantas bangkit dari sofa dan menengok keluar, mengamati truk pengangkut barang yang parkir di depan rumah Jeno.

"Jeno, kau beli furnitur baru?"

Jeno mengernyit sebentar di balik jendela rumah Karina, ia lantas membuka pintu dan mendapati sebuah mobil baru saja masuk ke pekarangan rumahnya, mengikuti truk pengangkut.

Redup • Lee Jeno x Yoo Karina ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang