Malam yang dingin, Jeno beranjak dari ranjang Karina dan berjalan menuju dapur. Ia duduk sendirian di atas kursi yang kosong, meminum segelas air putih dengan tergesa. Tatapannya nampak kosong, namun otaknya tengah berpikir keras. Ini pertama kalinya Jeno bisa memikirkan banyak hal dalam waktu yang bersamaan seperti ini. Biasanya ia tidak mau. Ia menghela napas berat, kedua tangannya disangga ke atas wajah, menutupi bibirnya. Ditemani kegelapan, ia berpikir seorang diri.
Jeno sudah melihat semuanya. Sekarang ia tahu alasan kenapa tidak bisa mendapatkan ingatan itu kembali. Itu semua karena ia tidak melakukannya dengan seseorang di kamarnya sendiri, melainkan di kamar Karina.
Jeno menyadarinya tadi saat membaringkan tubuhnya di ranjang Karina dan mencium seluruh aroma yang familiar di kamar Karina, karena ternyata ia pernah tidur di sana.
"Argh, sakit." Lagi-lagi ia memegangi kepalanya, kesakitan.
Semakin sakit kepalanya, maka semakin banyak pula kepingan memori yang hilang itu kembali. Jeno kini tahu bahwa ketika ia marah-marah di depan gerbang setiap pulang dari bar, ia tidak masuk rumahnya sendiri. Melainkan rumah Karina.
Seseorang yang ia peluk tentu saja tidak memakai rok tenis seperti yang ia khayalkan selama ini, karena dia bukanlah perempuan yang Jeno temui di bar. Dia adalah Karina yang memakai piyama tidur bermotif beruang.
Satu-satunya memori yang benar hanya tentang Ningning, bahwa gadis itu benar-benar pernah mengantarkannya sampai di depan gerbang rumah. Namun, Ningning tentu saja langsung pergi bersama supir taksi. Jeno tidak pernah menyentuh gadis itu, apalagi menuntunnya ke ranjang.
Karina lah yang keluar rumah dan menariknya masuk ke dalam. Bahkan sepertinya Karina juga yang menyeretnya kembali ke rumahnya sendiri.
Kini rasa bersalah menguasai dirinya yang berhati lemah ini. Jeno ingat bagaimana kasarnya ia selama 'bermain' saat mabuk pada malam-malam lalu. Ia pasti sudah menyakiti tubuh Karina terlalu banyak.
Berapa kali Jeno mabuk dan masuk ke rumah Karina? 4 kali? 5 kali?
"Huffft," Jeno mengacak rambutnya frustasi.
Ia beranjak dari kursi, berjalan menuju ruang tamu. Ketika melihat sofa, ide brilian muncul di kepalanya. Agar ingatannya pulih semakin cepat, maka ia harus membalikkan tubuhnya. Kepala di bawah dan kaki di atas. Maka dari itu ia melakukannya, tiduran terbalik di atas sofa seperti kelelawar. Oh lumayan, rasanya menyenangkan.
Jeno memejamkan mata, berusaha mengingat kembali apalagi hal yang sudah seharusnya ia ingat. Kali ini ia baru tahu bahwa ketika satu memori kembali, maka memori lainnya pun mengikuti. Seperti halnya Jeno yang akhirnya ingat bahwa ia tidak pernah sekalipun memberikan alamatnya pada gadis-gadis di bar, begitu juga pada Ningning yang pada dasarnya sudah lama memata-matainya.
Sekarang ia ingat bahwa ia selalu pulang sendiri, memesan taksi sendiri, kadang juga jalan kaki.
Soal Joy yang pernah ia cium itu benar, dan Joy yang mengajaknya pergi ke hotel itu benar juga. Namun, Jeno jelas tidak menerima tawarannya. Apa yang ia ingat selama ini nyatanya bersilang dengan kejadian yang sesungguhnya terjadi.
Malam itu, ia dan Joy ribut di depan bar. Jeno memaki-maki gadis itu yang terus menerus mengajaknya ke hotel, membuat kesal saja.
"Kau pikir aku pria macam apa, hah? Kenapa aku harus ikut kau ke hotel?"
"Asal kau tahu, aku ini..." Jeno muntah sebelum melanjutkan kalimatnya.
Joy menatapnya jijik, ia agak mundur dan menutupi hidungnya dengan tangan.
Jeno mengelap mulutnya dengan lengan kemeja. "Aku ini pria baik-baik, aku tidak sembarangan mengajak orang untuk tidur bersamaku. Aku masih waras, hanya sering mabuk saja."
Joy berdecak pelan. "Tapi kau yang menciumku duluan tadi, kupikir kau memang tertarik padaku."
Jeno tertawa. "Aku bahkan sudah lupa rasanya berciuman denganmu. Yang bisa kurasakan hanya tumpukan lipstick di bibirmu."
Joy yang marah lantas menampar pipi Jeno dan pergi begitu saja, membuat Jeno tersungkur di jalanan.
Ingatannya tidak berhenti sampai di situ saja. Malam menyenangkan di bar yang selanjutnya saat ia bertemu Seulgi pun ia ingat dengan baik. Seulgi adalah gadis terakhir yang ia godai di bar. Benar, Seulgi nyatanya tidak ia goda sampai ke tahap yang lebih jauh.
"Astaga, aku jadi ingin menunjukkan seperti apa definisi hidung belang yang sesungguhnya padamu."
"Caranya?"
Jeno menyeringai nakal. "Kau sungguh mau tahu?"
Begitu berkata demikian, Jeno kehilangan kesadarannya dan jatuh dari kursi.
Jeno bangun dalam keadaan sudah tiduran di salah satu sofa panjang. Bartender di sana bilang, Seulgi meminta tolong padanya untuk mengangkat tubuh Jeno ke sofa. Sementara gadis itu pergi tak lama setelahnya.
Pulang dari bar pun Jeno tetap kembali ke rumah yang sama. Rumah Karina. Menggedor-gedor pintu gerbang seperti biasa.
Untuk beberapa alasan ia sempat berpikir kenapa harus rumah Karina yang ia tuju, kenapa bukan rumahnya sendiri padahal sudah jelas hanya bersebelahan.
Ternyata sekarang ia tahu, bahwa perasaan kesepian yang menyelimutinya selama mabuk memintanya untuk mendapatkan kehangatan dari seseorang.
Rumah Jeno yang kosong jelas bukan tujuan yang tepat, karena nantinya ia hanya akan meringkuk kedinginan sendirian di kamar. Maka dari itu langkah kakinya membawa dirinya yang kesepian itu ke rumah Karina.
Sejak awal, ia menginginkan kehangatan dari seorang Yoo Karina, karena hanya Karina yang paling mengerti dirinya.
Di akhir kegiatannya memulihkan kesadaran, Jeno sudah bisa mengerti sepenuhnya. Selama ini ia tidak pernah meniduri perempuan asing mana pun, terutama yang dari bar.
Satu-satunya orang yang ia tiduri ketika mabuk adalah Karina, dan ia adalah sahabatnya sendiri.
Alasan kenapa memorinya selalu bersilang dari kenyataan adalah karena terlalu banyak peristiwa terjadi di waktu yang hampir bersamaan, dan juga terlalu banyak perempuan yang masuk di hidupnya.
Di sisi lain, ia jadi melupakan kehadiran Karina yang jelas-jelas sangat dekat dengannya.
Sekarang, desir di hati Jeno tidak lagi terasa mengerikan. Ia mulai menyukainya.
🖌 To be continued 🖌
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
A/N : Ayo tumpengan krn jeno udah sadar 😃✌
KAMU SEDANG MEMBACA
Redup • Lee Jeno x Yoo Karina ✅
Fanfiction[Complete] Jeno yang selalu mabuk-mabukan dan melupakan segalanya dalam semalam. Jeno butuh petunjuk atas apa yang terjadi, tapi Karina tidak mau memberitahunya. Jenrina fanfiction #1 - Jenokarina [23 Mei 2022] #1 - Jenrina [7 September 2023] (Hanya...