Jeno baru memejamkan mata saat hampir pagi, itu pun dia bukan mau mengganti waktu tidurnya yang terbuang semalam. Ia hanya berpura-pura tidur saja karena Karina sudah bangun.
Tanpa mengeluarkan suara apapun, Karina bergerak pelan untuk turun dari ranjang. Tetangganya itu mengecek ponselnya sambil duduk, mengabaikan Jeno yang kini sedang menatapnya dalam diam.
Selesai dengan urusannya, Karina berniat keluar kamar untuk minum air putih. Ini adalah kebiasaannya setiap pagi, minum air putih dingin dari kulkas. Namun baru membuka pintu, bahunya berat oleh sepasang lengan yang mengalung di lehernya. Karina tentu tahu ini pasti Jeno, tapi yang tak ia tahu adalah ternyata Jeno sudah bangun entah sejak kapan.
Karina membatu di tempat, tidak berani menengok ke belakang begitu Jeno mulai menyamankan diri memeluknya.
"Aku sudah tahu, Rin." Ucap Jeno tiba-tiba, membuat detak jantung Karina serasa berhenti.
"Rin, akhirnya aku sudah tahu semuanya." Terdengar isakan pelan Jeno yang membuat Karina makin tak tahu harus berbuat apa, ia sedari tadi masih diam.
"Ingatanku tentang malam-malam itu sudah kembali. Maafkan aku, Karina. Pasti rasanya sakit sekali, bukan?"
Karina yang mulai mengerti arah pembicaraan Jeno lantas melepaskan pelukan itu dan membalik badan. Ia tidak bisa lebih terkejut lagi dari ini saat melihat Jeno berderai air mata.
"Apa yang kau bicarakan?" Karina pura-pura tidak mengerti.
"Begitu tidur di kamarmu, aku langsung mengingat semuanya. Aku bisa melihat semuanya yang terjadi di kamarmu. Kenapa kau tidak mengatakan apapun padaku?" Jeno mengelap air matanya.
"Aku sudah hampir gila saking bingungnya. Kenapa kau justru diam saja?"
Kesabaran Jeno habis seiring dengan air mata yang terus mengalir dari pelupuk mata.
"KATAKAN SESUATU PADAKU, RIN!"
Karina membekap mulut Jeno secara tiba-tiba. "Diam, mereka mungkin masih tidur."
Jeno berontak, melepaskan tangan Karina dari mulutnya. "Aku tidak mau diam, aku mau kau menjelaskan semuanya padaku."
"Apa yang harus kujelaskan? Kau yang melakukannya padaku, bukan sebaliknya."
Jeno semakin kesal namun ia juga merasa bersalah di sini. Rasanya perasaan bersalah selalu menghantui dirinya tiap kali menyakiti Karina, dan ia benci situasi ini.
"Lalu kenapa kau diam saja? Kenapa kau tidak protes? Kau harusnya melaporkanku ke polisi karena sudah berbuat kesalahan besar seperti ini!"
Karina menggeleng keras, melihat Jeno yang menangis membuatnya ikut sedih. "Jangan seperti ini, Jen. Aku baik-baik saja kok."
Jeno yang tidak tahan langsung memeluk Karina, membawa tubuh yang lebih kecil itu masuk dalam dekapannya. Ia mendekap Karina erat.
"Aku yang tidak baik-baik saja, aku menyakitimu."
Karina hanya bisa menepuk-nepuk bahu Jeno, menenangkan si pemilik hati lemah itu agar bisa tenang sedikit.
"Kenapa kau masih tidak menjawabku?" Tanya Jeno masih belum melepaskan pelukannya.
Karina menghela napas pelan. "Awalnya aku pun terkejut, ingin sekali rasanya memukulmu. Tapi karena saat itu kau mabuk parah, jadi aku tidak mempermasalahkannya sama sekali."
"Kau mungkin tidak sadar saat melakukannya, tapi aku sadar. Aku bisa saja menghindar tapi tidak kulakukan." Karina melanjutkan.
Jeno mengernyit bingung. "Semudah itu kau memaafkanku? Ayo pukul saja aku biar impas, pukul sampai aku babak belur!" Ia mengarahkan tangan Karina untuk memukul tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Redup • Lee Jeno x Yoo Karina ✅
Fanfiction[Complete] Jeno yang selalu mabuk-mabukan dan melupakan segalanya dalam semalam. Jeno butuh petunjuk atas apa yang terjadi, tapi Karina tidak mau memberitahunya. Jenrina fanfiction #1 - Jenokarina [23 Mei 2022] #1 - Jenrina [7 September 2023] (Hanya...