🔹 Kita Ini Apa? 🔹

1.1K 130 2
                                    

"Jadi ini yang membuatmu tidak mau membalas pernyataan cintaku?"

"Jeno," Karina terkejut menatap Jeno yang berucap demikian.

Ada sebagian dari dirinya yang merasa tergores ketika Jeno dengan seenaknya menyimpulkan hanya dari apa yang ia lihat. Ia sendiri tidak tahu kalau Jeno akan semarah ini hanya karena ia mempersilakan teman kerjanya datang ke rumah. Tapi begitu melihat sorot mata Jeno yang terluka, ia jadi mengabaikan luka di dalam dirinya sendiri.

"Kau manis sekali padanya tadi, aku jadi iri."

"Jen, dia hanya seniorku. Kami baru berdiskusi tentang karyawan baru."

Jeno membuang muka. "Aku tidak ingin tahu apa yang kalian diskusikan, aku hanya bertanya kenapa sikapmu manis sekali padanya."

Karina menutup mata sejenak, ia harus berkepala dingin untuk mengatasi semua ini. Tapi ia tidak menemukan solusi sama sekali karena Jeno terlihat begitu menyeramkan sekarang.

Tak ada cara lain, Karina mulai melangkah mendekati Jeno. Ia harap dengan memeluk Jeno akan membuat laki-laki itu segera luluh dan menghentikan pembicaraan ini.

Tapi belum sempat Karina menjulurkan tangannya, Jeno sudah mundur lebih dulu. Hati Karina kembali tergores.

"Jelaskan dulu padaku, kenapa kau seperti itu padanya tadi?"

Karina jelas tidak punya alasan atas apa yang ia lakukan. Ia selalu baik ke semua orang di kantor, apalagi seniornya sendiri. Mark sudah seperti kakak laki-laki baginya.

Jeno juga anak tunggal, harusnya dia mengerti perasaan Karina.

"Aku tidak bermaksud apa-apa tadi."

"Tidak bermaksud apa-apa? Tapi kau menepuk-nepuk lengannya sambil tersenyum? Wah, bukankah jelas kalian sedang jatuh cinta?"

Nah kan, Karina salah bicara. Diam salah, menjawab pun salah.

"Aku tidak jatuh cinta padanya, Jen. Jaga ucapanmu. Dia sudah seperti kakak bagiku."

Jeno mendengus. "Sudah berapa lama kalian saling kenal sampai kau menganggapnya kakak?"

Karina menghela napas, ia tiba-tiba kehilangan emosi yang biasa ia semprotkan pada Jeno kalau mereka sama-sama sedang ribut begini. Perutnya agak nyeri ketika marah, jadilah ia pilih bicara pelan saja.

Huft, harusnya tadi ia bilang ke Mark untuk bertemu di cafe saja.

"Kenapa kau harus semarah ini? Aku kan sudah jelaskan dia seniorku dan bahkan aku tidak menyukainya seperti yang kau bayangkan."

"Kenapa memangnya? Tidak boleh? Kau sendiri selalu marah-marah saat aku dekat dengan gadis -gadis di bar."

Emosi Karina kembali tersulut mendengar Jeno mengungkit-ungkit kejadian itu. "Kau sendiri tahu alasannya!"

Jeno berjingkat, ia heran kenapa justru Karina yang lebih marah sekarang. Napas keduanya naik turun, sama-sama tak mau kalah berdebat.

"Karena kau orang yang kutiduri? Oke, maaf untuk semua itu. Semua memang salahku. Tapi sekarang aku sudah sepenuhnya memberikan hatiku padamu, dan kau tidak mau membalasnya."

"Aku bukannya tidak mau membalas." Suara Karina makin meninggi, membuat Giselle mengintip di dapur.

Jaemin juga baru saja lari pontang-panting dari rumah Jeno ke rumah Karina hanya untuk menonton prahara rumah tangga dari balik jendela.

"Sudah lah, aku sudah tahu sekarang. Kau memang tidak mau membalas cintaku. Kau terlalu sibuk dengan lelaki rekan kerjamu itu." Ucapan Jeno cukup membuat Karina tersentak dan buru-buru berjalan menuju kamarnya sendiri.

Redup • Lee Jeno x Yoo Karina ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang