🎑 Wanita Lain 🎑

1K 135 2
                                    

Suasana bar masih sama seperti biasanya, meski Jeno sudah berkali-kali menginjakkan kakinya di sini. Mungkin karena sudah terlalu nyaman, jadi tidak mau berpindah ke bar lain. Meski ada kemungkinan bertemu Ningning lagi, ia tidak peduli, yang penting adalah hasratnya untuk melupakan segala masalah yang ada bisa terpenuhi.

Kalau beruntung, Jeno bisa menemukan perempuan lain lagi untuk diajak mengobrol. Seperti malam ini. Ia dapat satu perempuan yang sedari tadi memandanginya dari kejauhan, dan ia langsung saja memanggilnya untuk mendekat.

Persetan dengan patah hati. Dengan wajah tampannya ini, Jeno bisa mendapatkan puluhan perempuan untuk diajak tidur. Lagipula tidur dengan bergonta ganti pasangan bukan masalah yang besar, karena keesokan paginya ia akan melupakan semua orang. Ia tidak akan merasa terlalu bersalah setelahnya.

Entah benar-benar sudah melakukannya atau belum, atau hanya sekedar tidur bersebelahan saja, ia masih tidak ingat.

Sesungguhnya ini lah lubang besar lain yang menggerogoti hidupnya, memori yang hilang akibat terlalu banyak menenggak alkohol.

"Malam, tampan," Si perempuan menampilkan senyum paling menawannya.

"Malam. Kau baru pertama kali ke sini?"

Si perempuan menggeleng. "Sudah beberapa kali, memangnya kenapa?"

Jeno menopangkan tangan kiri pada dagunya, ia memandangi wajah perempuan cantik itu lekat-lekat. "Aku sudah lama main ke sini dan baru melihatmu malam ini. Bagaimana bisa aku melewatkan bidadari seindah dirimu?"

Si perempuan tertawa, tangan lentiknya menutupi bibir agar nampak elegan. "Aku pernah melihatmu di sini kok, dengan perempuan. Mungkinkah dia pacarmu? Kenapa kalian tidak ke sini bersama?"

Tangan Jeno terulur untuk merapikan helaian rambut si gadis yang menjuntai ke depan, hampir menutupi wajahnya.

"Tidak, dia bukan pacarku. Hanya kenalan saja."

"Oh, kau rupanya suka berkenalan dengan banyak orang." Si gadis tersenyum lagi, bibirnya yang merah merona diakui Jeno membuatnya terpana.

"Lalu siapa namamu?"

"Aku Joy, kau sendiri?"

Jeno terkekeh singkat. "Joy? Apakah itu nama asli? Orang tuamu memberikanmu nama seperti itu?"

Joy ikut terkekeh juga. "Tentu saja tidak. Ini hanya nama panggilanku."

"Seperti nama samaran?"

"Kurang lebih."

Alis Jeno naik satu saat menyaksikan sendiri tangan Joy yang menelusup ke tangannya, minta digenggam.

"Lihat, tangan kita cocok. Tangan kecilku sangat cocok berada di genggamanmu yang besar."

Jeno mengangkat tautan tangan mereka, menatapnya dalam diam. Jujur saja ia tidak tahu cara memperlakukan wanita dengan baik, tapi ia ingin membuat wanita di hadapannya ini terbuai oleh sikap manisnya, jadi segera diciumnya tangan mulus itu.

"Joy..." Gumamnya lirih.

"Hmm?" Joy yang baru minum menoleh lagi, merasa ditatap begitu dalam.

"Tidak, hanya ingin memanggil namamu saja."

Tanpa sadar ucapan Jeno membuat Joy berdebar sendiri. Ini terlalu manis. Jeno terlalu manis.

Mereka diam sambil menatap satu sama lain. Jeno kembali mengulurkan tangannya untuk membenahi rambut kecokelatan Joy agar tidak menutupi wajah. Lama Jeno melakukan hal itu berulang-ulang, sampai akhirnya ia tidak tahan pada bibir merah yang sedari tadi memanggil-manggil minta dicicipi.

Redup • Lee Jeno x Yoo Karina ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang