🌀 Aku Lupa Semalam 🌀

2.1K 202 1
                                    

Jeno kini sedang berada di meja makan rumahnya, ditemani Karina yang tengah menyiapkan sup pereda mabuk agar sakit kepalanya sembuh. Tak lama, Karina ikut duduk di depannya. Karina lantas mengambil sendok dan diulurkan ke si tetangga yang diam saja.

"Aku tidak menambahkan racun apapun di dalam supnya, jadi makan saja."

Jeno meraih uluran sendok dan segera menyeruput kuah sup pereda mabuk buatan Karina.

"Enak?"

Jeno mengangguk masih sambil menahan sakit. "Maaf merepotkanmu lagi."

Karina geleng-geleng kepala. "Daripada merasa bersalah, tidakkah kau mau menceritakan padaku apa yang terjadi semalam?"

"Semalam? Bukankah aku mabuk?"

Karina mengangguk. "Iya. Makanya aku tanya, apa yang membuatmu mabuk?"

"Entah lah, kurasa aku membawa seorang perempuan masuk. Tapi begitu bangun, aku tidak melihat ada siapa-siapa di sampingku."

Karina membulatkan mulutnya. "Kau tidur dengan perempuan? Di kamarmu? Siapa dia?"

"Entah lah, aku pun tidak ingat. Mungkin orang kantor, atau justru orang yang baru kukenal di bar. Aku tidak ingat, sungguh."

"Apa yang membuatmu mabuk, Jen?" Karina menatap miris pada Jeno yang kelihatan linglung.

"Orang-orang di hotel berulah lagi. Setiap ada relasi baru, maka makin banyak juga pertanyaan tentang ayah dan ibu. Sudah kukatakan pada Jaemin agar membuat mereka berhenti menanyakan hal-hal itu, tapi Jaemin tidak mau mendengarkanku."

"Kurasa Jaemin bukan orang yang suka mengadu."

"Iya, tapi Jaemin tidak bisa menghentikan mereka bicara yang tidak-tidak. Aku jadi kesal padanya."

"Kenapa kau kesal pada Jaemin? Sudah jelas relasi barumu itu yang bicara menyebalkan!"

Alis Jeno sedikit naik mendengar Karina membentaknya. "Kenapa kau marah padaku?"

"Karena kau menyebalkan! Sudah tahu yang salah bukan Jaemin, masih saja membencinya!"

"Kau marah karena aku kesal pada Jaemin? Ada hubungan apa kau dengannya?"

Bentakan Jeno tidak digubris sama sekali oleh Karina yang baru saja bangkit berdiri dan keluar dari rumah si lelaki.

"Terserah, aku mau ke kantor. Sudah terlambat."

Jeno hanya memandangi kepergian Karina datar. Memang sesekali mereka adu mulut, itu hal biasa mengingat setiap hari mereka bertemu dan membicarakan banyak hal. Terkadang, terlalu sering bertemu dengan orang yang sama bisa memicu kebosanan, dan bicara dengan mereka bisa meletupkan emosi yang tidak tertahankan.

Karina sendiri sering emosi kalau Jeno sudah menjelek-jelekkan teman mereka. Karina tidak suka saja saat Jeno membicarakan keburukan orang lain atas masalah yang ia buat sendiri. Mabuk kan salahnya, tidur dengan perempuan yang entah siapa itu juga salahnya. Kenapa harus menyalahkan Jaemin?

Bukankah itu terlalu berlebihan?

Sebelum benar-benar pergi, Karina berbalik arah dan membuka pintu rumah Jeno kembali, menampakkan Jeno yang masih mengedip-ngedip bingung.

"Aku tidak marah padamu. Kita lanjutkan pembicaraan ini nanti malam."

Hal itu membuat Jeno tersenyum senang.

Inilah yang membuatnya tidak pernah pergi dari sisi Karina walaupun mereka berdua kerap berselisih paham. Karina akan selalu melunak padanya, sampai kapan pun. Mungkinkah semua perempuan selalu punya sisi lembut yang tersembunyi seperti itu?

"Dan tentang perempuan yang entah siapa itu, kuharap kau segera minta maaf padanya." Karina benar-benar pergi ke kantor setelahnya.

Mungkin Karina benar soal Jeno yang meniduri seorang perempuan malam tadi. Tapi mungkin juga tidak. Jeno hanya ingat marah-marah di depan gerbang rumahnya yang tidak bisa dibuka. Selanjutnya ada seseorang yang membantunya mengatasi kunci itu dan mereka segera masuk ke dalam rumah.

Jeno juga ingat saat ia memeluk perempuan yang memakai jaket jeans dan rok tenis itu hingga menuntunnya ke dalam kamar. Saat mereka sedang berdua saja di atas ranjang dan menatap mesra mata satu sama lain, Jeno mengelus surai panjangnya dan juga pipinya yang begitu lembut.

"Jeno, hentikan. Kau mabuk."

"Oppa. Panggil aku oppa."

"I-iya, oppa."

Perempuan itu terus menerus merintih memanggil namanya saat Jeno berulang kali berusaha menghapus jarak diantara mereka, saat bibir Jeno mulai menciumi lehernya.

Suaranya terdengar lirih, tapi Jeno tidak ingat siapa pemilik suara indah itu. Apa yang ia lakukan setelahnya pun ia tidak ingat. Sungguh, Jeno tidak tahu apakah ia benar-benar sudah meniduri perempuan itu atau belum.

"Argh, sial. Kenapa tidak ada yang membalas pesanku sama sekali? Kalau begini caranya, bagaimana aku tahu siapa yang aku tiduri tadi malam?"

Mengacak rambutnya frustasi mendadak memunculkan sebuah ide baru di kepala Jeno.

"Aku harus cek ranjangku sendiri. Pasti ada bukti di sana."

Dengan tergesa ia berjalan menuju kamarnya sendiri, tapi tak ditemukan bukti apapun yang menyangkut kegiatannya semalam. Ranjangnya bersih, tidak ada bekas apapun. Bahkan saat Jeno kira seprainya akan sedikit berantakan karena permainannya yang nakal bersama perempuan itu tadi malam, nyatanya tidak sama sekali.

Keasyikan melamun, Jeno tiba-tiba terhantam realita. Ini sudah pukul sembilan, sudah waktunya ia berangkat kerja. Jaemin pasti akan mengomel habis-habisan.

Nah kan, baru juga dibilang. Jaemin benar-benar menelepon.

"Kau dimana, hah? Orang-orang di hotel dari tadi mencarimu!"

"Jangan mentang-mentang kau pimpinan hotel ini jadi bisa berangkat seenakmu!"

"Cepat datang!"

"Sabar, teman. Aku akan ke sana dalam lima menit." Jeno memegangi kepalanya yang pening lagi.

Mungkin Karina benar, mungkin ia tak seharusnya kebanyakan minum seperti ini.

🌀 To be continued 🌀

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

A/N : Hayow siapa ceweknya 👀

Redup • Lee Jeno x Yoo Karina ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang