🚲 Jangan Pergi 🚲

1K 133 4
                                    

Di malam yang sepi dan lampu rumah sudah mati, Jeno mengendap-endap keluar kamar. Ia sudah memakai jaket dan menenteng sepatu untuk dipakai di luar nanti.

Dinginnya malam tidak ia pedulikan, karena ia bisa menghangatkan diri di bar nanti. Oh ayolah, Jeno pusing sekali karena tidak menenggak alkohol berhari-hari. Ia harus mendapatkan setidaknya satu botol saja lalu pulang.

"Mau kemana, Jeno?"

Jeno yang baru berjalan sampai ruang tamu harus bertemu dengan Jaemin yang baru saja berjalan dari arah kamar mandi.

Sial.

Jaemin mengucek matanya, mencoba memperjelas penglihatannya sendiri bahwa sekarang ini Jeno sudah berpakaian rapi, hendak pergi.

"Mau kemana malam-malam begini?" Tanyanya sambil memiringkan kepala.

Jeno mendengus sebentar sebelum menjawab. "Mau cari makan." Kilahnya.

"Kita kan sudah makan dengan Karina dan Giselle tadi. Masih kurang?"

Jeno menggaruk tengkuknya. Ia tertawa-tawa tidak jelas. "Iya, haha. Aku masih lapar."

"Oh, ya sudah." Balas Jaemin tanpa mencegah sedikit pun, membuat Jeno menghembuskan napas lega.

Jeno mulai berjalan lagi, ingin segera pergi sebelum Jaemin menyadari kalau ia sedang berbohong.

Lampu ruang tamu tiba-tiba menyala, Jaemin yang menyalakannya.

Jeno mengernyit tak suka. "Woi, kenapa dihidupkan?"

"Kau bilang mau makan, ya sudah aku hidupkan. Memangnya kau mau makan gelap-gelapan?"

Jeno sedang menahan diri untuk tidak mengumpat. "Maksudku aku mau makan di luar, bukan di rumah. Lagipula kulkasku kosong, tidak ada isinya."

Mengabaikan Jaemin yang kebingungan karena setengah mengantuk, Jeno terus berjalan hingga meraih pintu. Ia membukanya, berjalan keluar tanpa menatap ke belakang lagi.

Jaemin pasti sudah masuk ke kamarnya sekarang.

Begitu bisa menghirup udara malam yang begitu ia rindukan, Jeno melangkah riang sampai ke depan pagar. Niat sucinya untuk menghilangkan penat akan segera terwujud.

Tidak apa meski harus jalan kaki ke bar, semua ini ia lakukan agar Karina tidak marah-marah lagi. Hasratnya sudah tidak bisa ditahan lagi, pokoknya ia ingin minum.

"Mau kemana?"

Jeno kaget setengah mati begitu seseorang menyeru dari rumah sebelah. Ternyata itu Karina yang sedang bersedekap di depan pintu. Lampu rumahnya masih menyala, dan tetangganya itu belum memakai piyama.

Berarti Karina belum tidur sejak tadi.

"Oh, hai, Rin. Belum tidur?" Jeno cengengesan, bingung dengan situasi ini.

"Diam di situ dan buka pagarnya." Ucap Karina galak. Ia melangkah menuju depan rumah Jeno sambil menghentak-hentakkan kaki.

Rupanya Jeno masih saja bandel, tidak mau diberitahu hal-hal baik. Beruntung tadi Karina sempat mendengar keributan kecil di rumah Jeno, dan ia juga bisa mendengar dengan jelas saat pintu depan dibuka.

"Kutanya mau kemana, kenapa tidak dijawab?" Karina kini sudah berdiri tepat di depan Jeno yang kaku.

Kepala Karina mendongak, menatap tepat di mata Jeno. Jeno sendiri justru salah fokus, ia terpaku pada tatapan Karina yang terlalu intens. Desir di hatinya makin menjadi-jadi dan ini mulai menakutkan.

"Ehm, Rin," Jeno mundur perlahan, ingin membuat sedikit jarak dengan Karina.

Namun hal yang tak disangka adalah Karina makin maju, mempersempit jarak mereka kembali. Jeno jadi pusing menghadapinya. Apa yang harus ia lakukan?

Redup • Lee Jeno x Yoo Karina ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang