➿ Yang Kubutuhkan ➿

1.1K 112 1
                                    

Hanya pagi biasa di mana Jeno yang baru saja bangun dan cuci muka keluar rumah mengenakan kaos dan celana pendek. Dipakainya sandal rumah dan ia akan mengunjungi rumah tetangganya seperti biasa. Matanya mengedip beberapa kali, ingin memperjelas penglihatannya bahwa yang ia saksikan saat ini bukanlah halusinasi semata. Karina sedang menyirami tanaman di depan rumah bersama Giselle, ada juga Jaemin yang duduk sendirian di teras.

"Kau beli bunga?" Jeno menatap Karina penuh tanda tanya.

"Bukan aku. Giselle yang membelinya. Bagaimana? Bagus?" Karina masih fokus menyemprotkan air ke bunga mawar merah yang beberapa kuncupnya masih mengatup.

"Bagus kok,"

Menengok ke samping kiri, Jeno beralih mendekati Giselle yang sedang menyirami bunga serupa. Dua perempuan ini entah kenapa bisa fokus sekali ketika sedang menyiram bunga, seolah bunga adalah segalanya bagi mereka.

"Kenapa beli yang warnanya berbeda?" Jeno menunjuk mawar kuning yang sedang disemprot oleh Giselle.

"Supaya berwarna-warni, pak manajer. Kalau hanya satu warna pasti membosankan."

Jeno mengangguk paham. Ia mau berhenti bertanya saja daripada pusing. Ia tidak terlalu mengerti tentang bunga, jadilah ia bergabung dengan Jaemin yang sedang sibuk memotret Giselle dan Karina dari belakang.

"Sedang apa kau? Kenapa mengambil foto Karina?" Jeno menatap tak suka pada Jaemin.

Jaemin berdecak. "Santai lah kawan, aku hanya sedang mengabadikan momen yang mungkin tidak akan terulang lagi."

"Maksudmu, potret Karina dan Giselle yang merawat bunga adalah hal langka?" Jeno tidak sadar bahwa ia langsung ditatap tajam oleh kedua perempuan yang ia sebutkan.

Hanya masalah waktu sampai wajahnya lah yang kena semprot air.

"Bukan," Jaemin menggeleng keras.

"Maksudku, momen indah sudah seharusnya diabadikan."

"Kenapa harus? Seperti anak kecil saja."

Jaemin tertawa mendengar Jeno yang begitu cuek pada hal-hal kecil di sekitarnya. "Setiap hari, orang-orang selalu membuat kenangan. Kita semua pasti akan merindukan kenangan ini di masa depan, jadi mengabadikan momen adalah suatu keharusan."

"Tapi kan mengambil foto atau video seperti itu tidak mungkin bisa tiap hari." Jeno kembali menyanggah.

Jaemin menggetok kepala Jeno. "Aku juga tidak bilang harus setiap hari. Minimal luangkan waktu untuk orang yang kau cintai selagi kalian bersama. Terutama kau sih, Jen. Waktumu untuk berduaan dengan Karina tinggal sedikit. Sebentar lagi kalian akan bertiga, dan pasti akan super sibuk nantinya."

Bersamaan dengan kalimat Jaemin yang serasa jadi sengatan listrik di kepala, Jeno segera menatap kekasihnya yang masih menyemprot bunga di spot lain. Hanya Karina yang muncul di kepalanya begitu Jaemin berhasil mencuci otaknya.

"Giselle, aku mau mengisi ulang air dulu." Karina berbalik masuk ke rumah.

"Oke," Giselle menyahut singkat.

Mata Jeno yang tidak bisa berpindah dari tubuh indah Karina langsung saja beranjak dari duduknya, ia mengikuti masuk ke dalam rumah.

"Hei, Jeno. Mau kemana?" Jaemin menatap bingung Jeno yang sudah sampai di ambang pintu.

Jeno mengerling singkat. "Mau membuat kenangan."

Meneruskan misi sucinya, Jeno segera mendekati Karina yang sedang mengisi air di wastafel. Ia langsung saja memeluk pacarnya itu dari belakang.

Karina sudah tidak kaget lagi kalau sekarang ini ada lebah raksasa yang menemplok di punggungnya. Lagipula ia dengar pembicaraan Jaemin dan Jeno dari tadi.

Redup • Lee Jeno x Yoo Karina ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang