🌍 Jangan Begitu 🌍

1.2K 156 1
                                    

Jaemin tidak bisa duduk tenang di kursi kerjanya sejak pagi. Ia menunggu jam makan siang tiba, karena hanya di saat itulah ia bisa menemui Giselle. Memang, ia belum mengenal Giselle dengan baik. Apalagi dia itu sekretaris Jeno, bukan sekretarisnya. Agak susah bertemu dengan orang yang masih ada kaitannya dengan Jeno.

Pasti masa orientasi Giselle belum selesai.

Jaemin melirik jam tangannya, ah dia sudah bisa ke kantin sekarang. Jam makan siangnya baru saja tiba. Dengan langkah yang sangat terburu, lelaki itu segera saja meninggalkan ruang kerjanya. Namun baru beberapa langkah, ia sudah ditatapi banyak orang. Mereka menunduk hormat padanya.

Beginilah hidup sebagai wakil pimpinan hotel. Semua orang yang berpapasan dengannya pasti akan membungkuk, kadang beberapa menyalami karena lumayan dekat. Jaemin berbeda dengan Jeno. Dia jauh lebih ramah pada semua orang, cara berpikirnya terbuka dan rasional. Ia mendapat semua perhatian karena memang seperti inilah dirinya sejak dulu.

Beda dengan Jeno yang cenderung pemurung, dan jarang mau keluar dari ruangannya. Jeno pun kurang lebih hanya seorang bos yang suka mencela ketika karyawannya melakukan sedikit kesalahan, atau justru diam saja di ruangannya tanpa mau diganggu.

Terkadang hanya orang tertentu yang boleh masuk ruangan si bos, meski itu hanya urusan meminta tanda tangan saja. Jadi, kebanyakan karyawan di luar teritorial Jeno akan menitip berkas yang perlu dibubuhi tanda tangan pada Jaemin.

Seolah Jaemin ini babunya Jeno saja.

Tapi tidak masalah, karena pribadi Jaemin selalu dikenal terbuka.

"Pak wakil manajer, kemari lah." Salah seorang bagian human resource memanggilnya untuk duduk bersama.

Jaemin yang sudah mengambil makan siangnya tentu langsung menyetujui permintaan Haechan, karena mereka ini juga akrab. Tapi mata Jaemin sedari tadi tidak berhenti mencari keberadaan Giselle.

Nah, di sana si gadis berponi itu berada. Sedang mengantri mengambil makan siangnya.

Jaemin tersenyum simpul ketika dilihatnya Giselle kebingungan mencari tempat duduk, jadi ia dengan gagah berani melambaikan tangannya agar Giselle mendekat.

Berhasil, Giselle balas tersenyum simpul dan mendekat ke meja yang ia tempati sekarang.

"Siang, pak wakil manajer. Apakah saya boleh bergabung?"

"Siang, nona sekretaris baru. Silakan bergabung. Tempat ini terbuka lebar untukmu."

Keduanya tersenyum ramah sebelum memulai makan siang masing-masing.

"Oh ya, Giselle. Eh, apa aku boleh memanggilmu Giselle saja?"

Giselle mengangguk masih sambil mengunyah suapan pertamanya.

"Kenapa kau menyetujui permintaan pak manajer untuk tinggal di rumah temannya?"

Baru saja Giselle hendak minum, tapi ia sudah tersedak duluan. Ia terbatuk beberapa kali.

"Eh, pelan-pelan saja makannya." Haechan yang duduk di sampingnya menginterupsi.

"Iya, terima kasih." Balas Giselle masih batuk-batuk.

"Saya belum menyetujuinya. Kenapa Anda bicara seperti itu?"

Dahi Jaemin berkerut, bingung. "Dia sendiri yang bilang begitu, jadi kupikir aku ke sini mau menanyakan alasan kenapa kau langsung setuju begitu saja."

Giselle menggeleng keras-keras. "Tidak, saya hanya bilang akan mempertimbangkannya. Lagipula sewa kontrak saya dengan tempat tinggal baru di dekat sini masih sampai bulan depan, jadi saya rasa agak susah menyetujuinya dalam waktu dekat."

Redup • Lee Jeno x Yoo Karina ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang