25

197 27 3
                                    

"Radikulus" kata Fiat dengan wajah yang sangat serius, 

" Apa yang kau ucapkan sat" tanya Sing yang kaget karena tiba-tiba meledak, dan membuat wajah mereka semua menghitam, khusus kelompok 3, Jane, Primily, Love, mereka semua membersihkan wajahnya, tak lupa atensi seluruh kelas melihat kelompok 3 ikut tertawa terbahak-bahak. 

"Fiat, letakkan tongkatmu, Latihan pengucapan mantra dengan baik terlebih dahulu, kalau sudah yakin baru kau gunakan tongkatnya" jelas Love Panjang lebar yang sedang mengelap kasar mukanya, karena sulit sekali hilang. 

"Aish, Fiat...." Sambung Primily, 

"Ya, maafkan aku" Fiat meminta maaf keteman-temannya. 

"Tidak apa-apa, lanjutkan latihanmu" balas Singharit.

 "Raddikulus" ucap Chimon, benar saja pelafalan mantra Chimon berhasil menghidupkam api di perunggu tersebut, 

"Wah, kau hebat Chimon," Puji Pluem. 

"Terimakasih" jawab Chimon yang langsung menulis essay nya. 

Dan "Raddikulus" mantra First tidak kalah hebat dia juga bisa mengeluarkan api di perunggu tersebut, Perunggu tersebut akan otomatis mati, jadi mereka tidak perlu repot mematikan api, untuk bergantian mengucapkan mantranya.

 "Wah First, kau hebat, ajarin aku" pinta Pluem yang memang dari tadi tidak bisa membaca mantra tersebut dengan benar. 

"Aku aja yang ajarin, ini juga udah mau siap" sambung Chimon ke Pluem yang masih berkutik dengan essay nya. Tanpa basa-basi First memegang tangan Plume, dan mengarahkan tongkatnya ke perapian itu

 "Ucapkan Raddikulus" ucap First yakin kearah pluem "Radikulus" yang heran dengan sikap First, yang membuatnya tidak konsentrasi "no Pluem double d, Raddikulus" dengan menatap pluem lebih dalam.

"Ok, aku ulangin" ucap Pluem, yang masih berpegangan tangan dengan first "Raddikulus" dan benar saja, perapian itu menyala, betapa senangnya hati Pluem melihat itu, usahanya berhasil berkat bantuan First.

"Sudah ku bilang kau bisa" puji First sambil mengelus lembut tangan Pluem, Pluem biasa saja dengan perlakuan first, Tapi Chimon yang melihat itu, sudah habis kesabarannnya. "kau kenapa sih sat" tanyanya dalam hatinya. Chimon langsung bangun kearah Porece dan memberikan selembar Essay ke porece, menandakan Chimon sudah selesai mengerjakan tugasnya 

"Porece bolehkah saya keluar", karena Chimon yang beneran sudah siap, jadi Porece Gunsmile memberikan izin "baiklah Tn. Chimon". Mempersilahkan Chimon keluar.

Chimon keluar kelas, membuat seluruh siswa yang melihatnya terpacu untuk segera mengerjakan serta menyelesaikkan essay dan mengucapkan mantra, sebelum meninggalkan kelas Chimon memberikan kertas ke Nanon, karena Nanon duduk di dekat pintu keluar 

"Gunakanlah" bisik Chimon, sambil memberikan sebuah kertas 

"Terimakasih Mon" jawabnya pelan. Nanon membuka kertas itu benar saja, kertas itu adalah contekan essay yang ditulis Chimon dua kali "dia paham banget aku, tau aja susahnya aku" Nanon memujinya betapa bersyukurnya Nanon mempunyai sahabat seperti Chimon. 

"Apa yang kau baca?" tanya Ohm yang tiba-tiba mengejutkan Nanon, hampir saja kertas itu terjatuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa yang kau baca?" tanya Ohm yang tiba-tiba mengejutkan Nanon, hampir saja kertas itu terjatuh. 

"Tidak ada, lanjutkan mantramu" jawab Nanon,

"Sadarlah Non" sambung Bright, yang melihat gelagat Nanon mencurigakan, kalau dari tadi Nanon belum menulis esay nya dan takut dilihat Ohm, 

 "Kau yang belum sama sekali menulis essay" sambil menunjukkan kertas putih polos milik Nanon

 " Perlu aku ajarin Non?" tanya Ohm

 "Tidak usah Ohm" Ketus Nanon. 

 "Kau lihat sudah hampir sepi ini kelas, kau mau sampai kapan disini" sambil melihat sekilingnya 

"kau sudah siap?" tanya Nanon 

"sudah" jawabnya 

"kalau begitu, kau sudah bisa meninggalkan kelas, tidak perlu menungguku" yang masih berusaha mengucap mantra "Radiukulus"

 "Kamu sangat keras kepala" langsung saja Ohm memegang tangan Nanon dan menggoyangkan tongkatnya kearah yang benar dan mengajari Nanon pengucapan yang benar. Sontak Nanon menyadari banyak kesalahan saat dia menggunakan tongkat dan pengucapan mantra. "Raddikulus" terakhir Nanon mengucapkan mantra yang akhirnya bisa membuat perapian tersebut menyala, Nanon membuat Essay tersebut dengan mudah karena sudah memahaminya. Mereka berdua pun mengumpulkan essay tersebut ke pocere Gunsmile

 Mereka berdua pun mengumpulkan essay tersebut ke pocere Gunsmile

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 "lumayan lama ya Tn. Nanon dan Tn Ohm" sambil merapikan beberapa essay yang sedikit berantakan 

"ia Pocere, maaf" Nanon wai kearah Pocere Gunsmile yang diikuti dengan Ohm

 "Sudahlah, tidak masalah, Tn.Nanon harus banyak belajar pengucapan mantra, seringlah datang ke perpus, kalau masih bingung, Tn.Nanon bisa langsung bertanya kepadaku" jawab Gunsmile 

"Terimakasih Porece",

 "Istirahatlah". Mereka berdua pergi menuju ruang makan. 

"Ohm terimakasih" ucap Nanon sambil berjalan melewati beberapa koridor kelas

 "sama-sama" dijawabnya. Nanon berjalan sangat cepat sehingga meningalkan Ohm dibelakang sendiri.

"Karena tak ada batas jelas, kapan dan bagaimana tepatnya, rasa tersebut hadir dalam diriku Non." Renungan Ohm, yang sudah tertinggal jauh oleh Nanon.

DHANAYAKSA (OHMNANON, TAYNEW, PLUMEMON, MEWGULF, BRIGHTWIN, SINGKIT, OFFGUN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang