+29+ Poison Love

96 12 4
                                    

Update lagi...
Semangat membacanya...
Jangan lupa masukin reading list ya...
Love you...
Ini tiga part terakhir...
Tinggal dua part lagi ending...

Tinggal dua part lagi ending

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Matahari sudah berada tepat di atas kepalanya saat Yeonjun Sampai di kampus. Beruntung dirinya mendapatkan jadwal siang karena dengan begitu dia bisa mengulur waktu untuk latihan.

Ternyata menjadi trainee sangat melelahkan. Bahkan Yeon Jun beberapa kali sudah berpikir untuk mengakhiri traineenya. Tapi mengingat dia yang tertua di groupnya dia tidak bisa bersikap egois. Apa lagi posisi Yeonjun sangat penting di group nya sebagai center.

"Lelah banget hari ini. Padahal aku tidak berangkat latihan pagi tadi," gumam Yeonjun. Pria itu mendudukkan dirinya di dahan pohon belakang kelasnya. Atau lebih tepatnya samping kelasnya yang langsung mengarah ke taman belakang.

Beberapa kali ponselnya bergetar. Tanpa membuka saja Yeonjun tahu siapa yang menghubunginya siapa lagi kalau bukan leader groupnya. Sudah beberapa kali Yeonjun melewatkan latihannya dengan alasan sekolahnya yang mulai memasuki semester baru.

"Kenapa kau selalu pergi tanpa mengatakan sepatah katapun!"

Yeonjun tertawa kecil mendengar suara Soobin yang marah dengan dirinya. Sudah dua bulan dirinya tinggal bersama dengan tim nya di dorm. Membosankan karena tidak ada Wooyoung yang selalu bersama dengan dirinya. Apalagi dirinya dan Wooyoung sangat dekat dari kecil.

Membuat jarak mereka semakin jauh saja. Apalagi Wooyoung sudah tinggal dengan keluarganya yang sebenarnya. Yeonjun bahagia jika Wooyoung bahagia tapi melihat hubungan pertemanan mereka yang merenggangkan kadang Yeonjun merindukan kebersamaan mereka.

Apalagi Wooyoung sudah tidak bersekolah di teman ini lagi. Entah karena apa. Tapi dari yang dia tahu kabarnya seperti itu. Keluarga Wooyoung bukan main-main sehingga harus dijaga seketat ingin jika keluar dari rumah. Bahkan untuk berhubungan dengan orang sana saja sangat susah.

Duk!

Yeonjun menoleh ke bawah saat dirasa ada seseorang yang berada di bawahnya. Seorang perempuan duduk dengan sebuah buku pengetahuan tentang kedokteran.

Kedua telinganya tertutup earphone berwarna peach. Dan itu membuat Yeonjun semakin yakin jika perempuan di bawahnya adalah orang yang menempati hatinya beberapa bulan terakhir.

Yeonjun tidak tahu namanya hanya saja. Sepertinya dia pernah mendengar tapi entah kenapa otaknya sedang tidak sinkron saat itu.

Sayang sekali Yeonjun hanya bisa melihat perempuan itu dari atas. Dia tidak berani memulai apa yang seharusnya tidak dimulai. Karena beban di pundaknya akan semakin berat jika dia melangkah maju untuk mendapatkan orang itu.

***

Dengan langkah pasti Bora memasuki lingkungan perkuliahan yang baru. Hari-hari pertama memang membuat Bora sedikit canggung dengan suasana Korea. Apalagi Bora sudah terbiasa dengan budaya barat. Itu membuat Bora sedikit kesusahan untuk mencari teman.

Bora memasuki ruang kelas hari ini. Pelajaran dengan ilmu pengetahuan sosial. Pelajaran yang menurutnya sangat membosankan apalagi membahas hal yang berkaitan dengan masa lalu. Selalu saja membuat orang emosi.

"Selamat pagi," ucap seseorang saat Bora sudah menduduki kursi bagian tengah. Alasannya karena letaknya sangat menguntungkan.

Bora menoleh dan tersenyum. "Selamat pagi. Kau sudah lama?"

Pria itu mengangguk. Dengan gerakan cepat pria bernama Wonwoo itu mengeluarkan sebuah buku yang cukup tebal dan menyerahkan kepada Bora.

"Kau tahu saat aku melihat judul buku ini aku teringat dengan mu yang sudah terbiasa budaya barat. Semoga kau bisa mengenang sekolah mu yang dulu," ujar Wonwoo. Buku novel berbahasa Inggris yang berlatar di negara London.

Bora dengan antusias menerima buku itu. Dirinya memang sedikit merindukan suasana di sana. Apalagi teman-temannya yang sampai saat ini masih berkomunikasi dengan dirinya.

"Terimakasih. Kau selalu bisa membuat aku bahagia. Kau tahu saja aku sedikit merindukan suasana di sana."

"Mendengar kau selalu antusias menceritakan tentang London aku tahu jika kau merindukan itu. Lagipula kenapa kau tidak kembali saja ke sana. Bukankah kau sudah terbiasa dengan suasana di sana?"

Bora menganggukkan kepalanya mengerti. "Benar. Tapi aku juga tidak bisa meninggalkan Korea. Di sini aku dilahirkan dan aku tumbuh besar. Lagipula keluargaku juga tinggal di sini. Tidak ada alasan untuk aku kembali ke London."

"Jika kau benar-benar merindukan suasana di sana. Kau bisa berkunjung beberapa hari. Itu lebih baik," saran Wonwoo lagi.

"Kau benar. Sepertinya jika aku ada waktu akan berkunjung ke sana."

Bora memasukkan buku yang diberikan Wonwoo ke dalam tasnya. Beberapa menit kemudian dosen masuk dengan beberapa buku tebal di tangannya.

Sepertinya pelajaran yang membosankan akan segera dimulai.

"Semangat!"

Bora mengangguk saat Wonwoo menyemangatinya dengan senyuman manisnya. Bahkan dalam hati Bora masih selalu saja memuji senyuman yang diperlihatkan Wonwoo kepadanya.

Pria dengan dimple di sebelah kiri itu sangat manis. Apalagi suara berat yang selalu bisa membuat Bora hilang fokus.

***

Hari sudah beranjak sore saat Yirea kembali ke dalam ruang ganti. Pria dengan kulit pucat yang akan menjadi suaminya itu selalu membuat Yirea mengganti pakaian pernikahannya.

Bahkan jika dihitung Yirea sudah mengganti baju berjumlah delapan. Dan dari semua itu tidak ada yang di setujui oleh Yoongi. Pria itu akan mengomel jika potongan aku bagian dari tubuhnya terekspos sedikit saja.

"Apa tidak ada yang lebih tertutup? Aku tidak suka melihat kakimu terlihat seperti itu." Yoongi menatap tajam ke arah pengawak pria yang menatap Yirea terpesona.

Gaun yang dipakai Yirea memang sedikit terbuka di bagian kaki. Bagian dengan yang hanya sepanjang lutut dan bagian belakang yang menyapu lantai.

"Sayang, ini sudah baju yang kesembilan. Apa kau tidak lelah berkomentar terus menerus. Aku saja sudah lelah mendengar suaramu," decak kesal Yirea. Perempuan itu mendudukkan dirinya di depan Yoongi.

Yoongi beranjak dari duduknya menghampiri petugas yang menjadi penanggung jawab gaun Yirea. "Apa kau tidak mempunyai model lain yang sedikit tertutup?"

Pria itu menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu. Dia hanya di suruh untuk menemani mereka memilih gaun pernikahan. Dan yang membuat gaun hanya bagian desainer yang tahu.

"Saya hanya bertanggung jawab atas kenyamanan tamu. Untuk model gaun anda bisa bertanya dengan orang yang memakaikan gaun kepada nona itu," jawab pria itu dengan santun.

Yoongi mengangguk. Lalu menanyakan lagi kepada orang yang dikatakan pria itu. "Kami punya satu model yang belum selesai digarap. Dan model itu sedikit tertutup dari gaun-gaun sebelumnya. Jika anda berkenan, gaun itu akan selesai beberapa hari lagi."

Yoongi langsung menyetujui apa yang diucapkan pegawai itu. Baju atau model apapun dirinya tidak perduli yang terpenting tertutup.

"Aku tidak ingin kau dilihat dengan tatapan lapar dari orang-orang," ujar Yoongi saat melihat raut wajah Yirea yang kesal.

Yoongi juga kesal. Bahkan dirinya sangat ingin membakar gedung ini jika bisa.

***

Bersambung...

Akhirnya update lagi...

Jangan lupa votenya teman yang berkenan untuk apresiasi.

✔️°•Danger•° JIMIN [REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang