(1) ANAK PRESIDEN

130 10 1
                                    


Langit kembali cerah ketika masa kegelapan telah habis mengisinya. Cahaya rembulan yang seringkali ku pandang berganti menjadi matahari yang bersinar.

"Ibu, Fida ke pasar dulu, ya!" Teriakku terburu-buru sambil memakai kaos kaki.

"Hati-hati!"

Bergegas dengan sepeda milik kakek Udin. Tukang bakso yang memberikan modal Ibu, meski dengan tujuan menjual bakso. Saat ini kakek Udin berada di rumah anaknya. Dan rumah yang saat ini kutempati adalah miliknya.

Aku berusaha mengayuh sepeda lebih cepat dari biasanya, meski jarak antara rumah dan pasar tidak terlalu jauh, tetapi datang lebih cepat akan mempercepat pekerjaanku.

"Eh, Mbak Fida! mampir kesini, Mbak. Duriannya masih baru nih. dijamin Mbak Fida suka." sapa salah satu pedagang dengan tawarannya.

"Iya, Bu. Terima kasih." ucapku kemudian mempercepat langkahku menuju tempat Bu Dora berjualan.

Kedai Bu Dora letaknya cukup jauh. Masih harus melewati kawasan buah-buah, sayur-sayuran dan bumbu dapur lainnya.

"Eh, anak Ibu! Mau ikan apa?" tanya Bu Dora

"Cumi-cumi kesukaan Dani, Bu." jawabku

"Dani pulang?"

"Iya, Bu. Nanti sore."

"Owh. Semester berapa Si Dani?"

"Semester akhir, Bu."

"Oh.. iya, ya! Ibu lupa."

Ketika kita sedang asyik mengobrol tiba-tiba suasana Pasar menjadi ramai. Bu Dora meninggalkanku. Berlari menghampiri kerumunan dengan langkah gontai dan sanggul yang hampir lepas.

"Ada apa ramai-ramai?"

"Ini Bu Dora, ada artis!" Jawab salah satu pengunjung tetap pasar.

"Benaran artis?"

"Iya, Bu."

Bu Dora sangat antusias. Dia Melambaikan tangannya mengajakku bergabung dengan apa yang ingin dia lihat, "Ada artis, Da! Ada artis!"

"Masya Allah, Mas kaisang!" teriak Bu dora.

Mendengar nama yang familiar, aku berjalan menuju kerumunan. Perlahan tapi pasti semua orang tidak lagi menghalangi jalanku menuju Bu Dora.

"Anda siapa?" Tanyaku pada pria yang sudah menghebohkan warga pasar.

Matanya menatapku tajam. Dia memang tampan, tetapi tidak seperti seorang public figure. Terlihat jelas wajahnya asing di pandangan karena aku sering menonton sinetron, film dan juga berita seputar kehidupan artis.

"Saya petugas yang diberikan amanah untuk memeriksa keamanan, kenyamanan dan kebersihan pasar ini." jawabnya

"Sejak kapan?" tanyaku.

"Dari satu tahun yang lalu. Mungkin mbak penduduk asing, jadinya belum tahu." terangnya.

"Penduduk asing katanya! Gue lebih dulu ke sini dari pada lo." batinku.

"Baiklah. Kalau begitu saya akan berkeliling memeriksa pasar ini."

Aku merasa aneh dengan dirinya. Pria itu seperti pencuri yang sedang menyamar. Cara dia menatap, berbicara, tersenyum. Sedikit mencurigakan. Semua pergerakannya membuatku tidak menyukainya.

"Yasudah. Biar saya temani."

"Kamu?"

Dia menatapku tidak yakin. Aku rasa perkiraannya masih sama bahwa aku adalah orang baru dan baru pertama kali datang ke pasar ini.

GHUROBA' {Completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang