Suasana tampak semakin panas. Aku tidak menyangka. SMA Dewi Sartika akan bertanding melawan SMA favorit yang kini tengah mencapai puncak kejayaannya. Rasanya sangat bangga, bahkan meskipun nanti akhirnya tidak menjadi juara pertama.
"Woy, SALMANTAN! Kalau Lo kalah, gue pecat lo jadi mantan gue!"
"Demi apapun woy, Tegar! Lo harus menang!"
Aku tersenyum menatap muridku yang sedikit tersulut emosi karena tim sepak bola sekolah tak kunjung mencetak poin, sedangkan lawan sudah dua kali mendapatkan kemenangannya.
Aku melihat bagaimana Salman berusaha merebut bola dari ketua tim SMA Semesta. Nomor punggung Sepuluh dengan nama Raga itu terlihat sangat berkompeten dalam hal menggiring bola menuju gawang.
"Raga! Semangat!" Seseorang berteriak cukup kencang, hingga aku beralih menatapnya.
"Ayo, Raga!"
Benar saja. Pantas wajahnya tidak asing. Ditambah lagi, banyak muridku yang duduk disebelahnya. Sepertinya mereka melupakan dimana mereka bersekolah dan siapa yang seharusnya mereka dukung.
Melihat pemandangan itu sebenarnya membuatku ingin ikut mendukung Raga Aldevar. Kekasih dari penyanyi yang sedang naik daun dengan segala gosip yang mencuat ke permukaan publik. Selain anak yang pintar dalam pelajaran, ternyata dia juga jago bermain bola.
"Ayo, anak-anak! Kalian pasti bisa!"
Apa ini? Pak Anwar ikut memberikan semangat, bahkan berdiri bersama para yang sedang menari menggerakkan. Aku memicingkan mata. Benar saja. Pak Anwar tidak sendirian. Seseorang datang dengan kaca mata hitam andalannya.
Aku mendengus. Rasanya sangat malas menatap wajahnya. Teringat bagaimana dia membuat nafsu makanku menghilang. Aku tidak akan melupakan kejadian itu. Dia sangat menyebalkan.
"Kamu tahu apa makanan lele?"
Entah mengapa aku tidak curiga sama sekali, ketika dia tidak menyetujui menu yang sama denganku. Bahkan, aku masih bisa berpikiran positif jikalau dia alergi atau memang mempunyai pantangan untuk tidak mengonsumsi ikan lele.
Tidak sampai disitu, aku juga tidak berpikiran negatif, ketika raut wajahnya terlihat tidak terima akan tempat yang aku pilih untuk sekedar istirahat dan mengisi perutku yang sudah kelaparan.
Aneh saja pikirku. Seseorang yang pertama kali aku temui di pasar, lalu di sekolah. Terlihat seperti manusia yang benar-benar membutuhkan pekerjaan, ditambah lagi motor dan juga KTP sebagai jaminan ketika dia memberiku tumpangan ke sekolah. Rasanya tidak percaya, jika lelaki sepertinya tak pernah makan pinggir jalan.
"Ibu, ngelihatin Pak Girfan, ya?" Nana mencolek bahuku tak lupa dengan senyum jahilnya.
"Enggak. Ibu liatin anak-anak."
"Masa, sih?" tanyanya tidak percaya.
"Pak Girfan! Dicariin Bu Fida! Katanya kangen!" Mendengar suaranya, aku reflek mencubit perut gadis itu membuatnya meringis.
∆∆∆
Sorak ramai kemenangan dari SMA Semesta membuat Siswa-siswi SMA Dewi Sartika juga ikut bahagia. Mereka memang bersahabat baik, terbukti dengan adanya pertandingan yang sportif dan begitu menyenangkan.
"Mumpung ada artis, kita tik-tokan, yuk!"
"Yes! Fyp, nih! Fyp!"
Aku menikmati minuman bulir jeruk untuk menyegarkan tenggorokanku yang lelah berteriak karena dorongan Nana. Gadis itu memintaku menyemangati Salman agar dia mencetak poin dan memenangkan permainan.
Sebenarnya aku tidak ingin mengikuti keinginannya, tapi bukan Nana namanya jika tidak mengancam gurunya sendiri. Dia berucap akan memanggil Girfan, lalu mengatakan jika aku mencintainya. Benar-benar menyebalkan.
Jika kau tak mau
Kan ku buat kamu mau
Jika kau tak cinta
Kan ku buat kamu cinta
Tenang saja .. Tenang saja
Ku pastikan kau jadi pacarkuAku tersentak kaget. Bagaimana Salman menarik-narik tangan Nana mengikuti irama lagu. Sedangkan Gistara. Penyanyi yang terbiasa dengan nada sendu itu terlihat ceria, bahkan turut menari mengikuti
"Lagunya bagus, deh." Aku membalik tubuh ke arah belakang. Suaranya memang sudah tidak asing lagi, tapi aneh saja dengan ucapannya.
"We're just friends. What are you sayin'?"
Dia melotot tidak percaya. Aku tersenyum. Selain gemar menonton berita infotainment, aku juga sering scroll tik tok. Vidio seperti itu sering lewat, hingga membuatku lelah untuk melewatinya.
"Cie.. Ada yang bentar lagi sebar undangan, nih!"
Tiba-tiba suara Nana membuat semua orang menatap kearahku dan Girfan membuatku enggan menatap mereka, "Bu! Raga mau nyanyi buat ibu mewakili pak Ghirfan!" Tegar menambah kejengkelanku.
Kulihat penyanyi cantik itu tersenyum kearahku. Dia adalah gadis yang manis. Terlihat tidak banyak tingkah. Sama seperti yang biasanya kulihat di televisi.
Sir I'm a bit nervous
'Bout being here today
Still not real sure of what I'm going to say
So bare with me please
If I take up too much of your timeBut you see, in this box is a ring for your oldest
She's my everything and all that I know is
It would be such a relief if I knew that we were on the same side
'Cause very soon I'm hoping that ICan marry your daughter
And make her my wife
I want her to be the only girl that I love for the rest of my life
And give her the best of me 'til the day that I die, yeahI'm gonna marry your princess
And make her my queen
She'll be the most beautiful bride that I've ever seen
I can't wait to smile
As she walks down the aisle
On the arm of her father
On the day that I marry your daughter
KAMU SEDANG MEMBACA
GHUROBA' {Completed}
Fiksi Penggemar{17+} Belum revisi! "Eh, mbak Fida! Bersih-bersih dalam rangka apa mbak? Calon istrinya Dani mau ke sini ya?" "Iya, nih. Nggak papa gitu dilangkahi adiknya? Nanti jadi perawan tua, loh." Aku hanya tersenyum tipis mendengar berbagai tanggapan mereka...