(2) PERPUSTAKAAN

64 5 0
                                    

Hari ini adalah hari dimana aku harus menggantikan Bu Cindy sebagai penjaga perpustakaan untuk sementara waktu. Guru yang tidak lain adalah sahabatku sendiri itu akan segera menikah dan meninggalkan kota Jakarta.

"Bu Fida jaga perpus?"

"Ibu jaga perpus lagi? Ah! Seneng banget!"

"Akhirnya Ibu jaga perpus lagi. Kita sebagai murid yang rajin ke perpus kangen banget sama ibu."

"Ibu jangan lupa kembangin perpustakaan ini, kalau perlu kita bangun perpustakaan yang lebih besar lagi."

"Iya, Bu. Novelnya itu-itu terus. Enggak ada perkembangan apa-apa. Minat baca novelku menurun sekarang ."

"Bener, Bu! Novel Wattpad banyak yang terbit dan harus ada di perpustakaan sekolah kita."

"Jangan lupa, Bu!"

Aku hanya bisa tersenyum mendengar keluhan mereka. Melihat mereka begitu bahagia dengan kehadiranku di perpustakaan membuatku merasa enam bulanku di satu tahun yang lalu ternyata begitu terkenang di hati mereka.

"Iya, tapi ibu cuma sementara waktu." paparku.

Raut wajah mereka menjadi masam karena ucapanku, tetapi bagaimana lagi? Itu adalah kebenaran yang harus mereka terima. Guru baru akan segera datang dan menggantikan diriku.

"Sudah. Jangan sedih. Enggak apa-apa. Usulan kalian ibu tampung. Nanti akan ibu bicarakan dengan kepala sekolah."

"Makasih, Bu."

"Sama-sama. Sudah,

Sejak lulus S1 jurusan Sastra Indonesia, aku mulai mengajar di sekolah ini. SMA Dewi Sartika adalah SMA favorit yang memiliki banyak prestasi.

Terkenalnya SMA Dewi Sartika membuatku terus memperbaiki dan mengembangkan diriku agar bisa menjadi guru yang baik dan ikut serta membangun sekolah menjadi bertambah maju dengan mencerdaskan para siswa-siswi serta menyadarkan mereka tentang pentingnya moral dan kasih sayang di kehidupan.

"Assalamualaikum, Bu." Seseorang datang dan mengalihkan pandanganku dari buku-buku yang tertata rapi di rak pojok. Sepertinya dia tidak tersentuh.

"Waalaikumussalam. Ada apa, Man? Ada masalah di kelas?"

Namanya Salman Alfarisi. Anak didikku kelas XI IPS 3 itu adalah wakil ketua OSIS yang merangkap sebagai ketua kelas. Dia sudah seperti idola satu sekolah. Seperti cerita kisah remaja dengan percintaannya.

"Enggak, Bu. Kelas aman, kok, ibu tenang saja. Saya di sini mau menyampaikan salam dari Pak Irwan, kalau sekarang ibu sedang ditunggu di ruangannya." jelasnya.

Sudah aku duga. Belum satu hari menjaga perpustakaan, tetapi kepala sekolah sudah memanggilku. Aku harap guru baru yang akan menjaga perpustakaan bisa melakukan kewajibannya dengan baik nantinya.

"Baiklah. Terimakasih, ya, Man."

"Sama-sama, Bu."

∆∆∆


Ruangan bercat hijau dengan suasana sepi yang hampir tidak pernah aku kunjungi itu hanya membuatku diam dan sesekali bermain ponsel. Setelah mempersilahkanku masuk, Pak Anwar pergi dan tidak kunjung kembali. Ini membuatku menunggu dan membuang waktu.

"Silahkan masuk, Pak!"

Suara tegas itu membuatku berdiri. Pak Anwar datang dengan pria beralis tebal dengan bulu mata yang lentik. Dia berpakaian rapi dengan setelan hitam putih seperti pelamar pekerjaan pada umumnya.

"Bu Fida. Perkenalkan ini Pak Girfan Al-Ghifari yang akan menjaga perpustakaan mengantikan Bu Cindy."

Nama yang bagus. Aku baru mendengarnya pertama kali. Hanya saja wajah dan senyumnya seperti pernah aku tatap sebelum pertemuan ini, tetapi entah dimana.

"Pak Girfan, ini Bu Fida yang saya bicarakan tadi." Ucap Pak Irwan memperkenalkan diriku.

Dia menatapku dengan senyuman, "Iya, Pak. Kita sudah saling kenal sebelumnya." ucapnya.

Aku terdiam. Namun, berusaha tersenyum. Bingung dengan respon apa yang harus aku tunjukkan. Aku seperti pernah melihatnya dan dia berbicara bahwa kita saling mengenal. Namun, kenyataanya aku tidak ingat siapa sebenarnya dirinya.

"Bagus kalau begitu. Silahkan duduk!"

Pak Irwan menjelaskan tentang bagaimana latar belakang sekolah SMA Dewi Sartika kepada Girfan dan tanggung jawab apa saja yang akan diembannya.

Aku mulai gusar karena Pak Irwan tidak kunjung membahas tentang diriku. Sebenarnya apa yang membuatku diharuskan ke tempat ini? Jika hanya untuk mengkonfirmasi pengganti Cindy kurasa tidak harus se-formal ini.

"Maaf, Pak. Lalu bagaimana dengan saya? Mengapa Bapak memanggil saya keruangan ini?" tanyaku.

"Nah! Jadi begini, Bu. Saya ingin Bu Fida dan Pak Girfan bekerja sama membangun sekolah ini dengan menjadi penanggung jawab Osis. Saya yakin ketika kalian bekerja sama, maka sekolah kita akan lebih maju nantinya."

Aku hanya diam tidak tahu harus menjawab apa rasanya menolak pun tidak mungkin apa yang menjadi keinginan kepala sekolah sama seperti perintah. Lagi pula jika aku menolaknya alasan masuk akal pun tidakku punya.

∆∆∆

"Kamu ngikutin saya?" tanyaku ketika pria bernama Girfan itu masih terus berjalan dibelakang ku.

Aku berbalik badan dan mendapati dirinya yang hanya tersenyum. Aku heran, mengapa masih ada makhluk aneh seperti dirinya dimuka bumi ini.

"Ngapain kamu ngikutin saya?" tanyaku.

"Enggak. Siapa yang ngikutin kamu? Aku cuma enggak tahu harus kemana."

Aku menghembuskan nafas kasar. Dia mengeluarkan kaca mata hitam dari saku celananya, lalu memakainya dihadapanku. Aneh. Memakai kaca mata hitam di sekolah, padahal cahaya matahari juga tidak menyentuhnya sama sekali.

Ingatanku melambung pada kejadian kemarin di pasar. Senyum yang sama, tingkah aneh yang sama, suara yang sama dan kaca mata yang sama. Dia adalah petugas keamanan pasar yang justru menciptakan kegaduhan.

"Sudah ingat?" tanyanya.

"Dasar aneh!"

Aku pergi meninggalkannya. Tak peduli akan pergi kemana dia selanjutnya. Benar-benar aneh. Kemarin menjadi petugas keamanan dan sekarang diterima sebagai penjaga perpustakaan di tempatku mengajar. Entahlah. Lagi-lagi dia seperti seorang pencuri yang merencanakan hal besar.


















GHUROBA' {Completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang