malam terakhir?

418 38 1
                                    

" na " panggil devano kepada Sena yang sedang tertidur di samping brankar.

" Hm " jawabnya dengan mata tertutup.

" Gue.." devano menggantung ucapannya membuat Sena membuka matanya.

" Apa? " Tanyanya.

" Gue mau donorin jantung gue buat syla " ujar devano.

Sena tertawa kecil dan mengucek-ngucek hidungnya " bosen hidup lo? ".

" Ngapain gue hidup kalau syla pergi alasan gue bertahan hidup sampai sekarang kan dia dia yang maksa gue tetep bertahan ".

Sena berdiri dari duduknya menepuk-nepuk pelan bahu devano " syla udah dapat pendonor ".

"Beneran Lo? siapa? "  kaget devano.

" Manusia " Sena berjalan ke arah pintu dan hendak keluar ruangan.

" Gue serius na " kesal devano.

" Gue juga serius yang penting kan syla selamat itu kan yang Lo mau? ".

" Iya sih yaudahlah terus Lo mau kemana? ".

" Toilet Lo jagain sepupu gue dulu " ucap Sena lalu pergi begitu saja.

Devano menoleh ke arah syla menatap gadis cantik yang sedang terbaring lemah  saat ini tubuhnya di penuhi oleh selang matanya tertutup rapat wajahnya pucat namun masih terlihat sangat cantik walaupun wajahnya di tutupi oleh ventilator.

" Cepet bangun dong sil kangen tau " lirihnya sambil menggenggam erat tangan mungil syla.

" Lo harus berjuang ya ga boleh nyerah Lo jangan tinggalin gue ntar hidup gue hancur terus nyusul Lo " sambungnya.

Mata devano beralih pada rambut syla yang terurai " tumben Lo ga nyuruh gue ngiketin rambut Lo?biasanya kan Lo gerah banget tuh kalau rambut di gerai gitu ".

" Hidup gue hambar ga ada Lo ".

Sedetik kemudian ruangan ini senyap devano memilih untuk diam sambil menatap wajah syla yang terdengar sekarang hanya lah monitor.devank berdiri lalu mengecup rambut syla merapihin rambut nya dan kembali duduk.

Tanpa mereka sadari ternyata sedari tadi seorang lelaki berdiri di balik pintu sambil menatap mereka dari sela-sela pintu yang tak tertutup rapat.

" Harusnya gue ga datang " lirihnya.

Sena memperhatikan lelaki itu dari jauh lalu mendekatinya menarik tangan lelaki itu paksa agar menjauh dari ruangan syla " biarin mereka dulu kak " ucapnya.

" Buat malam ini doang tetep ga bisa ya? " Tanyanya.

Sena menggeleng " jangan kak disana ada devano ".

Lelaki itu menunduk dan tersenyum hambar " oke gue balik " ujarnya pelan.

Sena membalikkan badan saat lelaki itu melewatinya memperhatikan punggung lelaki itu perlahan menjauh.

" Kak Zaidan " teriaknya mengejar lelaki itu.

" Apa? " Singkat Zaidan lelaki yang ingin pergi tadi.

" Gue anterin ya " tawar Sena.

" Ga usah dah malam " tolak Zaidan lalu kembali berjalan melewati Sena.

Sena membuang nafasnya kasar lalu berlari ke arah parkiran untuk mengambil motornya.

Sena mengikuti mobil Zaidan dari jarak jauh agar lelaki itu tak curiga sungguh Sena sangat kasihan pada lelaki ini lelaki yang selalu di benci orang-orang hanya Karna mereka mengira Zaidan lelaki brengsek yang suka mempermainkan hati wanita padahal itu semua tidak benar Zaidan bukan lelaki brengsek dia punya alasan di balik itu semua dan hanya Sena yang mengetahui nya.

" Loh kok berhenti? " Heran Sena saat melihat mobil milik Zaidan berhenti di jembatan.

Zaidan keluar dan membanting pintu mobilnya kuat dia berjalan ke arah pinggiran jembatan berdiam diri dan mengetikkan sesuatu di hp nya.

" Gue tau Lo ngikutin gue " Sena kembali mendengus ternyata Zaidan mengetahui keberadaan Sena menghidupkan mesin motornya dan berjalaninnya mendekat ke Zaidan.

" Dasar keras kepala " cibir Zaidan saat Sena sudah berdiri di sampingnya.

" Maaf kak " lirih Sena.

Tangan Zaidan naik mengusap rambut Sena membuat sang empu menoleh " iya gapapa ".

Sena tersenyum tipis dan kembali menatap langit " kak liat deh " tunjuk Sena ke arah langit.

Zaidan mengikuti arah tunjuk Sena " kenapa emang? ".

" Gue pengen jadi bintang itu bintang yang paling bersinar dari pada yang lain " jawabnya tersenyum manis.

Zaidan tertawa pelan " kalau gitu gue pengen jadi bintang itu " tunjuk Zaidan.

" Kenapa bintang itu? Kan biasa aja sama kayak bintang lain " bingung Sena.

" Iya sama kayak bintang lain cuma bintang itu di tengah-tengah dia di kelilingi oleh bintang yang lain " balas Zaidan .

" Berarti kakak pengen di kelilingi oleh orang-orang? " Tanya Sena.

Zaidan mengangguk mata nya masih tetap menatap bintang itu " iya gitu deh gue bosen na sendirian Mulu ".

" Sendirian dari mana kan ada tuh si sambalado yang nempelin kakak " sindir Sena.

" Sambalado?ahahaha " tawa lepas Zaidan hingga mukanya memerah karena tertawa.

" Udah ih ntar di kira kesambet loh " tegur Sena memukul lengan Zaidan.

" Serius Lo lucu banget bisa-bisanya Lo bilang dia sambalado " ucap Zaidan masih tertawa bahkan dia sampai terduduk di jalanan.

" Bener kan? Kalau ga lintah nempelin orang Mulu heran gue ".

" Heh udah-udah sakit perut gue nih " Zaidan kembali berdiri dan bersandar di ujung jembatan " dia terlalu terobsesi na jadi susah " sambungnya.

" Iya yah kenapa dia bisa terobsesi kayak gitu?padahal kan kakak jelek ya " canda Sena.

Zaidan mengerucutkan bibirnya memutar badan Sena agar menghadap nya " gue jelek na? ".

" Iya Lo jelek banget banget " ejek Sena makin menjadi-jadi " unprend lah ga level temenan sama orang jelek " sambungnya melepaskan tangan Zaidan dari lengannya.

" Dasar bocil " ejek Zaidan .

" Gundul mu yang bocil ".

" Tidak ramah bintang satu ".

Mereka berdua kembali tertawa melupakan luka-luka mereka sejenak Zaidan adalah satu-satunya lelaki yang bisa membuat Sena tertawa selepas ini mungkin karena Sena sudah menganggap Zaidan kakaknya begitu pun dengan Zaidan dia sudah menganggap Sena sebagai adiknya .

" Ini mungkin malam terakhir kita bisa ketawa gini na " ujar Zaidan membuat Sena berhenti tertawa.

Sena menggeleng kuat " jangan ngomong gitu kak " .

" Jaga diri baik-baik na gue udah ga bisa lagi di samping Lo gue titip syla juga " suara serak milik Zaidan terdengar jelas matanya berkaca-kaca .

" Kalo iya umur gue panjang kak " Sena menopang dagunya di pinggiran jembatan .

Zaidan mengeluarkan sebuah kertas dari dalam saku celananya dan menyodorkan nya pada Sena " ini gue titip ".

Dengan ragu Sena mengambil kertas itu menatap nya sekilas lalu mengangguk .

" Lo satu-satunya orang yang ga pernah benci gue na di saat semua orang menghina dan membenci gue Lo malah jadi tembok penghalang yang melindungi gue dari mereka " .

" Gue bukan mereka kak yang membenci tanpa menyelidiki apa yang terjadi " lirih Sena.

" Iya gue juga mikir gitu tapi gue berdoa banget semoga nanti pas syla bangun dia ga inget gue " Zaidan menatap kosong pada jalanan di bawah jembatan .

" Melupakan seseorang yang pernah menjadi alasan kita tertawa itu bukan hal yang mudah kak apalagi Lo orang yang sangat spesial di dalam hidup gue dan syla ga mungkin banget gue ngelupain Lo " Sena menutup matanya menahan sesak di dadanya

Part ini Sampai sini dulu ya gays maaf lama up nya soalnya kemarin lagi banyak tugas jangan lupa vote and komen yang banyak ya see u.

27.831 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang