nine
pretending
***
Helia menyelipkan tangannya pada lengan kekar Demian seiringan dengan langkah mereka yang menjejaki taman Istana Romeo.
"Nama gadis itu adalah Auste Apricot," ujar Helia tiba-tiba. Manik ruby menerawang ke arah panorama gelap di angkasa.
Demian melirik adiknya yang hanya memiliki tinggi sebatas bahu sekilas.
Apricot. Keluarga Count biasa saja yang tidak terlalu terkenal. Keluarga pembisnis yang biasa saja. Tidak populer, menjual barang umum, serta tidak memiliki kekuasaan dan kekayaan. Begitulah impresi Demian terhadap Apricot.
Demian tidak mengerti apa yang Allan lihat dari sosok putri bungsu Apricot.
"Kata Allan, ketika dia melihat Nona Muda Auste di pesta, dia seakan melihat peri. Kemudian, ada sebuah perasaan di dadanya. Dia berdebar, untuk pertama kalinya. Dan itu karena gadis lain. Katanya, Allan mencintai gadis itu. Katanya, tiran seperti Allan juga ingin dicintai dan mencintai. Akan tetapi, aku sudah mencintainya, lalu kenapa Allan tidak pernah mau mencintaiku?"
Di akhir kalimat, suara Helia tercekat. Dia tiba-tiba merasa dadanya sesak oleh ribuan kalimat yang menusuknya. Di mana ribuan kalimat itu merupakan sebuah kenyataan kalau yang Allan cintai adalah Auste dan bukanlah Helia.
Demian memeluk tubuh Helia. "Tidak apa, tidak apa, Helia. Aku tetap mencintaimu."
"Aku ingin dicintai Allan." Helia menggigit bibir. "Selama ini, Allan hanya menatapku sebagai teman dan ajudannya. Itu tidak cukup, Kakak. Aku ingin cinta juga. Katakan saja kalau aku egois. Namun, dibanding dengan Nona Muda Auste, aku sudah lebih lama tinggal bersama Allan dari pada dia. Aku lebih mengenal Allan. Kenapa dia tidak mau mencintaiku?"
Demian mempererat pelukannya. Demian menggigit bibir dengan keras. Menyaksikan adiknya pecah membuat Demian ikut hancur.
Demian tidak bisa menenangkan adiknya dengan terus mengatakan "tidak apa jika Allan tidak mencintai Helia", karena Helia sama sekali tidak ingin mendengar fakta itu. Maka, apa yang Demian lakukan adalah memeluk tubuh Helia yang bergetar.
Gadis itu menangis.
Demian, meski dia merupakan penerus sekaligus kepala keluarga Duke Floral di masa depan, serta Komandan Ksatria Utama pasukan Teratia, sosok yang teguh itu masih merasa kalau dia juga bisa hancur terlepas dari seluruh kekuatan besar yang ditampungnya.
Melihat getaran samar di tubuh Helia, membuat Demian ingin ikut menangis juga.
Dalam hatinya, Demian ingin mengutuk Allan. Kalau bisa, mencegah kemungkinan bagi Helia dan Allan bertemu sehingga adiknya tidak perlu menderita seperti ini.
Demian membuka mulutnya-
"Siapa di sana?"
Sebelum sebuah suara familier memotong.
Helia tersentak. Jelas dia tahu suara ini. Allan. Dia juga ada di sini.
Dengan tergesa, Helia menyeka air matanya yang menggenang dan menepuk gaunnya.
Helia tidak merasa kalau ada yang aneh dalam adegan singkat di mana Allan dapat mendengar mereka dalam jarak kurang lebih lima puluh meter.
Namun, Demian berbeda.
Demian menyadari jika ada yang salah.
Bagaimana mungkin, jarak yang cukup jauh ini, dapat diketahui oleh Allan dengan cepat? Sementara perasaan Helia yang sangat jelas malah tidak diketahui Allan? Jawabannya dua, versi Demian Delano Floral.
KAMU SEDANG MEMBACA
END | Look at Me, Your Majesty! [E-book]
Ficción históricaAllan Edelbert Teratia adalah raja dari kerajaan Teratia. Dia dikenal sebagai tiran kejam yang mampu memukul mundur ratusan pasukan musuh sendirian dan selalu menyiksa orang dengan sadis. Belum lagi, dia mengambil tahta dengan membunuh seluruh Kelua...