Arin masih terpukau dengan kemewahan mansion yang ada di depannya. Rupanya pria di sampingnya ini benar-benar mewujudkan rumah impiannya.
Pikirannya memutar memori 12 tahun silam, saat ia masih masih kelas 1 SMA. Liburan semester tahun ini Arin ikut pergi berlibur dengan keluarga sahabat ayahnya, Arya Wirajaya ke berlibur ke Spanyol. Karena sedari kecil Arin sudah sangat dekat dengan keluarga itu.
Bahkan Arin muda sangat dimanja oleh Arya Wirajaya dan istrinya. Usia Arin yang lebih muda dari ketiga anak keluarga Wirajaya, membuatnya sangat disayang keluarga tersebut. Rowiena dan Rachel selalu menjadi Kakak yang baik bagi Arin, berbeda dengan Richard yang selalu cuek.
Selama di Barcelona mereka tinggal di mansion yang baru dibeli oleh keluarga Wirajaya. Mansion dengan gaya klasik khas negara mediterania itu benar-benar membuat Arin terkagum-kagum.
“Nanti Arin kalau menikah mau punya rumah seperti ini aja, deh, Uncle, Auntie,” ucapnya spontan saat duduk santai di taman belakang mansion.
“Oh ya? Arin suka rumah seperti ini?” tanya Marry penasaran.
“Iya, Aunt... This house look so nice, and I love it. Ya nanti maunya rumah dengan gaya mediteran begini, deh,” jawabnya antusias.
“Sekolah dulu, Rin, yang benar, baru nikah,” celetuk Rowiena yang duduk bersamaan dengan Richard yang juga baru bergabung.
“Ih, Kak Rou... Iya gue sekolah yang benar biar bisa dapet suami hebat buat bikinin mansion begini,” kata-katanya penuh semangat.
Keluarga Wirajaya yang mendengarnya hanya tersenyum sambil mencuri lirik pada Richard yang sibuk dengan laptopnya. Entah apa yang dilakukannya, tampaknya ia sangat serius mengetik.
Suami istri Wirajaya rupanya tertarik untuk memgulik seperti apa mansion impian milik putri sahabat mereka. Arin menceritakan tentang mansion impiannya dengan penuh minat. Kolam renang, taman, air mancur, dan jendela-jendela besar adalah fokusnya pada mansion impiannya.
Setelah selesai mengenang kejadian 12 tahun lalu, gadis yang tangannya masih pada genggaman pria di sampingnya ini langsung menghentikan langkahnya. Karena sedari tadi mereka bejalan menuju pelataran mansion yang berada di depan air mancur. Ia membalik badan dan menatap Richard yang juga menatapnya dengan wajah bingung.
“Jadi?” Arin bertanya dengan mengacak pinggang. Richard hanya menaikkan sebelah alisnya melihat tingkah calon istrinya.
“Jadi, bisa kamu jelaskan?” tanyanya mendongakan kepala ke arah Richard.
Pria itu masih diam tidak memberi jawaban atas pertanyaan gadis yang tampaknya sangat penasaran. Richard hanya tersenyum tipis dan memberikan kecupan kecil pada bibir Arin yang sedari tadi mengerucut kesal. Segera ia berjalan memasuki mansion meninggalkan gadis yang sedang kesal itu.
“Jawab aku kali, Richard, jangan main cium-cium sembarangan!!!” teriaknya sambil menyusul Richard yang kini telah berdiri menunggunya di depan pintu utama mansion itu.
“Yang anggun, Sayang...”
“Iya nanti kalau ingat. Jawab aku, jadi kenapa kamu tahu mansion impian aku seperti ini? Atau jangan-jangan...” Arin menunjuk wajah Richard yang sedang mengeringai.
Pria itu hanya tersenyum tipis penuh arti dan kembali meraih tangan Arin dalam genggamannya. Membawa gadis yang masih penasaran itu untuk masuk ke dalam mansion mereka. Arin terpukau sesaat dan pikirannya kembali pada pertanyaan yang belum mendapatkan jawaban dari pria itu.
“Iya, kan? Yang aku pikirkan benar, kan?” nada bicaranya sedikit manja mengundang Richard untuk mengecupnya sekali lagi.
“Memang apa yang kamu pikirkan?” sembari mengangguk pada para pelayan yang menyambut kedatangan mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Second Wife
RomanceNB : Cerita ini mengandung adegan dewasa, harap bijak dalam membaca. Kareena Diandra Mahesa terpaksa harus menikah dengan Richard Albercht Wirajaya. Bukan hal mudah baginya untuk menerima pernikahan ini. Terlebih lagi pria yang menjadi calon suaminy...