Chapter 26

387 13 0
                                    

Richard mengangkat tubuh telanjang istrinya ala bridal berjalan keluar dari aula mansionnya. Arin segera mengalungkan tubuhnya agar tidak jatuh saat digendong Richard menuju kamar mereka. Senyumann terus merekah dari bibir mereka yang saat ini sedang menaiki udakan tangga. Richard menutup pintu kamarnya dengan kaki ketika sudah berhasil membawa tubuh Arin masuk ke dalam kamar tidur mereka. Saksi bisu pelepasan segala perasaan yang selama ini menyeliputi keduanya.

Dengan hati-hati ia meletakkan tubuh setengah telanjang Arin ke atas ranjang, dan mengungkung tubuh itu dengan tangannya. Memenjara Arin agar tidak beranjak dari peraduan mereka, menikmati segala sentuhan yang diberikan istrinya pada tubuh setengah telanjangnya. Richard memejamkam matanya untuk menikmati permainan jari lentik Arin pada puncak dadanya yang sudah mengeras. Rasa bergejolak itu semakin memenuhi dirinya, membuatnya mengecupi wajah, leher dan telinga Arin dengan penuh gairah.

Lenguhan lolos dari mulut Arin yang langsung dibungkamnya dengan ciuman panas, lidahnya menerobos masuk ke dalam rongga mulut istrinya. Mengekspos rasa manis yang diecapnya sedari tadi, sejak awal permainan ini dimulai.

Dengan terampil jari jemari lentik Arin meloloskan boxer yang dikenakan suaminya. Membebaskan burung yang sudah sejak tadi meminta pembebasan. Merindukan sarangnya untuk kembali pulang, ah tidak lebih tepatnya rumah yang belum pernah di tempatinya sekalipun

Richard mendesah dalam ciumannya saat merasakan hangat pada tongkat kehidupnya. Belaian itu begitu memabukkan, melepaskan kontrol diri yang sedari tadi dia jaga. Melepaskan tahutan bibirnya pada bibir Arin yang sudah bengkak karena perbuatanya. Sekali lagi mata mereka bertemu, berbicara dari hati ke hati. Meyakinkan bahwa saat ini keduanya saling terikat dan membutuhkan.

Dengan cepat bibir Richard sudah mengecupi puncak dada Arin yang menantang, meminta untuk dipuaskan. Kecupan-kecupan kecil yang berhasil membuat tubuh Arin menggelinjang tak tertahan. Tangan kanannya pun tidak tinggal diam, segera diraihnya dada bulat yang terbebas dari mulutnya. Karena saat ini mulutnya tengah menghisap puncak kecokelatan itu dengan rakus, menggigit-gigit kecil hingga membuat Arin mengerah penuh gairah. Puas bermain dengan puncak kecokelatan dada kiri, mulutnya berpindah menghisap puncak kecokelatan dada kanannya. Memberikan sensasi geli dan panas secara bersamaan.

Saat ini lidahnya membuat gerakan memutar disekitar puncak kecokelatan itu.  Membuat Arin yang sedari tadi meremas rambutnya menjadi semakin tidak bisa diam. Tubuhnya terus bergerak gelisah, kakinya juga sedari tadi menggesek pada paha Richard yang terekspos.

Richard mengangkat wajahnya menatap Arin yang sedang memejamkan mata, meresapi gelombang gairah yang semakin menerpa. Senyumann tipis tersimpul dari bibirnya ketika Arin mengangguk pelan tanda persetujuan untuk Richard melakukan apapun pada tubuhnya. Kembali ia membungkam tubuh Arin dengan ciuman liar dan panas, tangannya menerobos masuk ke balik lace hitam yang menutupi inti tubuhnya.

“Kamu basah,” lirih Richard ketika melepaskan ciumannya dengan napas tersengal.

Hanya desahan yang keluar dari mulut Arin, karena saat ini ia bisa merasakan jari Richard menari pada kulit basahnya di bawah sana.

Arin bisa melihat dengan jelas kabut gairah menyelimuti mata suaminya, dan lagi jari-jari itu terus menekan bongkahan kecil di bawah sana. Membuat tubuhnya semakin menggelinjang gelisah dan berusaha merapatkan paha namun gagal karena tubuh Richard berada di antara kedua kakinya. Pria itu menggigit bibir bawahnya untuk menikmati ekspresi penuh gairah milik istrinya. Wajah Arin begitu menggoda saat ini.

Tak tahan dengan penyiksaan yang diberikan Richard membuatnya meraih apapun. Mencengkram erat seprai dan terkadang menggigit bantal karena tersiksa dengan gejolak yang semakim deras dari dalam inti tubuhnya.

“Lepaskan ssshhh-- Sayang...” ucapan Richard tercekat karena menahan gejolak yang sama.

“Ta-tapi... a--aku mau kamu...” ucap Arin dengan tersengal, wajahnya sudah tertutup sebagian rambut yang memang berantakan.

“After this, you’ll get all of me... I am your...” lirih Richard mengecupi leher dan telinga Arin bergantian.

Tangannya semakin cepat bergerak, jari jemarinya semakin menekan bongkahan kecil di bawah sana. Membuat Arin semakin menggelinjang tak menentu arah, mencengkram seprai lebih keras dari sebelumnya. Seakan tahu bahwa istrinya sudah mendekati klimaks, Richard semakin memepercepat tempo permainan tangannya. Membelai kulit basah itu lebih intens dari sebelumnya. Bahkan mulutnya kini telah turun untuk menghisap dan menjilat puncak kecokelatan dada Arin.

Lenguhan dan desahan itu semakin menjadi, sungguh Arin tidak tahan lagi. Tubuhnya melengkuk, mengangkat dadanya lebih tinggi untuk Richard lahap sepuasnya. Tangannya sudah beralih mencengkram rambut Richard dengan kasar. Pria itu terus melanjutkan aksinya membuat Arin mendapatkan pelepasannya.

“Lepaskan, Sayang... I wanna you screaming my name...” tatapan sendu penuh gairah Richard pada wajah merah padam istrinya.

Paha Arin sudah menjepit tangan kekar Richard yang masih mempermainkan kulit basahnya. Rasanya sebentar lagi dia akan benar-benar meledak hanya dengan permainan jari suaminya. Dan kali ini ia benar-benar meledak dengan suara lenguhan panjang memenuhi penjuru kamar.

“Ri---Richard...” teriak Arin dengan tubuh setengah melengkung ke atas saat pelepasannya.

Tangannya menekan kepala Richard yang masih berada di atas dadanya. Membuat pria itu semakin menggila mengecupi dan menghisap dadamya. Menimbulkan bercak merah tanda kepemilikan di sana. Ia bisa merasakan dengan jelas ada cairan hangat yang meluar dari inti tubuhnya yang saat ini masih berkedut dan mencengkram 1 jari suaminya. Richard hanya meringis ngilu karena di bawah sana Arin terlalu keras mencengkram jarinya. Seandaingnya saja itu tongkat kehidupannya, pasti akan sangat nikmat rasanya.

Richard kembali mencium bibir Arin namun wanita itu tidak membalasnya. Richard paham bahwa saat ini Arin masih butuh untuk menghirup napas sebelum pertempuran yang sebenarnya. Menikmati cengkraman erat inti tubuh istrinya pada jarinya yang masih berada di dalam sana. Benar-benar kencang dan ketat cengkraman Arin pada jarinya.

“Should we?” tanya Richard pada Arin yang masih tersengal setelah pelepasannya.

“Yes please...” jawab Arin dengan senyum menggoda.

Akhirnya Richard berhasil membebaskan jarinya dari cengkraman inti tubuh Arin. Sekarang ia benar-benar tengah siap dengan posisi kuda-kudanya. Menopang tubuhnya pada salah satu siku yang berada di atas ranjang. Dengan pasti Richard mengarahkan tongkat kehidupannya pada kulit basah istrinya. Perlahan-lahan ia menggesekkan puncak tongkat kehidupannya pada lembah cinta yang sudah basah dan kemerahan milik istrinya. Menikmati sensasi geli yang hadir akibat pergesekan itu.

Arin sudah mendesah tak tertahan karena merasa perbuatan Richard ini semakin menyiksanya. Sungguh ia tidak tahan lagi, dengan penuh gairah ia menarik tengkuk suaminya. Menjilat leher dan telinga suamianya secara bergantian, sesekali ia menghisap leher kokoh itu. Richard dibuatnya mendesis dengan mata tertutup dan tangan yang masih memainkan tongkat kehidupannya dicela lembah lembab milik Arin. Lembah yang belum pernah terjamah oleh tongkat kehidupan manapun, yang akan menjadi lembah tempatnya bercocok tanam.

Tangan Arin terus menjalan turun dari leher kokoh ke punggung telanjang suaminya. Membelainya lembut penuh sayang dan gairah. Hinga berhenti tepat pada bokong bulat suaminya yang terasa sangat menggemaskan baginya. Arin meremas bokong Richard dengan gemas dan semakin membuka lebar pahanya. Mempermudah akses sang suami memainkan tongkat kehidupannya pada lembah kenikmatan miliknya.

Dengan penuh keyakinan Arin meraih bokong itu, menekannya hingga membuat tongkat kehidupan suaminya melesak ke dalam lembah miliknya. Mata Richard membola dengan sempurna mendapati aksi sang istri yang sudah dirasuki gairah.

“Aaaarrrggghhhh...” teriak Arin saat merasa tongkat kehidupan Richard mengoyak benteng kenikmatan miliknya.

“Aaahhh....” teriak Richard tak kalah nyaring dengan sang istri.

Keduanya menikmati momen penyatuan mereka untuk pertama kalinya.

Second WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang