Matanya menatap pada mata biru Richard yang sudah dipenuhi oleh kabut birahi. Ia menggiring pandangan Richard pada bukit cintanya, dan pria itu sangat paham apa yang tengah diinginkan oleh calon istrinya.
Bibir tipis dan lembab itu mengecup dagu lancip Arin, hingga turun ke leher jenjangnya untuk memberikan jejak-jejak kepemilikan di sana. Kecupan hangat dan lembab itu terus turun menjalar ke bawah, berhenti tepat di bukit cinta nan penuh milik Arin. Matanya mengerjap sesaat sebelum ia menangkup kedua bukit cinta milik Arin dengan kedua tangan besarnya. Membiarkan jari-jarinya memilin puncak kecokelatan bukit cinta milik tunangannya.
“A--aah... Yang keras!” seru Arin pada pria yang tengah gemas pada bukit cinta miliknya.
“Apanya, Sayang?” tanya Richard menggoda.
“Please touch them with your mouth. I want to feel it...” tangan Arin meraih kepala Richard dan membenamkannya tepat di tengah bukit cinta milinya dengan puncak kecokelatan yang telah mengacung sempurna.
Puncak kecokelatan yang telah meminta untuk dipuaskan dengan hangatnya mulut dan lidah kasar milik Richard. Pria yang paham benar apa keinginan gadis yang tengah berada di awang-awang itu segera mendaratkan kecupan kecil pada puncak bukit cintanya. Memberikan sensasi geli yang menjalar hingga ke titik inti tubuhnya. Menggodanya sekali lagi sebelum melahap habis puncak bukit kecokelatan yang ukurannya tidak lebih besar dari kacang tanah. Bentuk yang memiliki tingkat sensitif sangat besar dan mudah untuk dirangsang.
Arin hanya mendesah tertahan saat Richard terus mempermainkan puncaknya. Terkadang hanya gerakan lidah memutar untuk menjilat, dan terkadang gerakan menghisapnya mampu membuat Arin menjerit penuh nafsu. Tak jarang gigi-gigi pria itu menggigit dengan gemas puncak bukit cinta miliknya. Membuatnya memohon untuk terus dipuaskan di sana.
Napas mereka tersengal saat Richard mengakhiri permainannya pada kedua bukit milik gadis itu. Mata mereka saling menatap dan senyum kepuasan terpancar di wajah Richard yang semakin seksi ketika sedang bernafsu seperti sekarang.
“Richard,” panggilnya pada pria yang tengah berdiri untuk mengunci pintu kamar.
“Hmmmm...” gumamnya sembari berjalan kembali ke arah ranjang.
“Buka!!!” pinta Arin pada pria yang tidak paham akan maksudnya.
“Apa?”
“Buka celananya,” pintanya dengan nada memohon.
Sontak saja Richard tesenyum mendengar permintaan Arin karena saat ini ia memang masih mengenakan celana bahan yang digunakan saat bekerja. Walau jelas terlihat ada sesuatu di bawah sana yang meminta untuk dibebaskan.
“Panggil yang benar, Sayang...” godanya pada Arin yang masih tampak bernafsu.
“Richard buka celananya please...” mohonnya.
“Yang benar!” pintanya sedikit tegas.
“Sayang, please open it, I wanna touch it...” Arin memohon dengan jari telunjuk yang menunjuk pada bagian tengah paha milik Richard.
“If you want, open it your self...” Richard merebahkan tubuh di sisi Arin yang tengah duduk dalam keadaan telanjang.
Mata abu-abu Arin menatap liar pada sesuatu di balik celana bahan berwarna hitam itu. Tangannya segera menyentuhnya secara perlahan hingga menekannya sedikit lebih keras. Membuat Richard meringis tertahan akibat rasa yang ditimbulkan oleh perbuatan Arin. Matanya terpejam dan ia mulai merasakan bahwa tangan Arin sedang membuka kancing celananya, menurunkan zippernya sampai habis.
Dengan sekali sentakkan Arin berhasil meloloskan celana dan boxer yang dikenakan oleh Richard. Membuat benda yang sedari tadi tersembunyi berhasil bebas dengan keadaan tegak sempurna. Mata dan mulutnya membola karena terkejut dengan apa yang ada di depannya.
Melihat ekspresi terkejut dan terpesona dari wajah Arin membuat pria itu tersenyum bangga. Akhirnya ia berhasil memperlihatkan miliknya yang paling pribadi pada gadis yang dicintainya. Ia mencoba memejamkan mata untuk meresapi rasa hangat yang menjalar di bawah sana. Tangan hangat Arin sedang memainkan perannya, terkadang iramanya pelan, stabil, sampai jadi cepat.
Richard mebelalakan matanya ketika menyadari apa yang sedang dilakukan Arin pada dirinya. Gadis itu kini sedang menjilati dadanya bidangnya, menghisap seperti apa yang dilakukannya tadi. Membuatnya mendesah tertahan akibat menerima perlakuan panas Arin pada dua titik sensitifnya.
Biarlah kali ini nafsu yang menguasai dirinya. Richard dengan sigap merubah posisinya untuk berada di bawah tubuh Arin, dengan posisi yang berlawanan. Mulutnya meraih kulit di antara paha Arin yang telah basah membenamkan wajahnya di bawah sana, membuat gadis itu tersentak kaget.
Sedetik...
Dua detik...
Tiga detik...
Gadis itu masih menikmati perlakuan mulut dan lidah Richard di sana, hingga ia sadar apa yang harus ia lakukan pada si besar panjang yang ada dalam genggamannya sedari tadi. Ia mendekatkan bibirnya pada puncak yang sedikit basah itu, membelainya dengan ibu jarinya sebelum mengecup lembut puncak tongkat kehidupan milik Richard.
Merasakan benda miliknya dikecup membuatnya menghentikan jilatan pada lembah cinta milik calon istrinya. Ia mendesis merasakan nikmat yang baru pertama kali ia rasakan. Arin mulai memasukkan tongkat kehidupannya yang keras dan besar itu ke dalam mulutnya, walau tidak muat untuk masuk semua. Tapi ia tetap memasukkannya secara perlahan dan mengeluarkannya lagi. Begitu seterusnya.
Richard yang menerima perlakuan panas Arin pada miliknya pun tidak mau kalah dengan gadis itu. Ia terus memberikan jilatan dan isapan pada titik kecil di antara paha gadis itu. Membuat isapan yang diterima miliknya semakin kencang dan menggila.
Keduanya terus memberikan kenikmatan pada milik masing-masing dengan mulut mereka. Karena seperti yang dikatakan Richard tadi, ia akan menyentuh inti tubuh milik Arin setelah mereka menikah. Walau jujur saat ini mereka sangat menginginkannya.
Richard merasakan saat ini miliknya dan milik Arin berkedut di bawah sana, tanda-tanda mereka sudah mendekati puncak pelepasan penuh nikmat. Ia terus mempercepat gerakan lidahnya menyapu kulit dan titik basah milik Arin. Begitupun sebaliknya.
Hingga paha Arin menjepit kepalanya dengan keras saat puncak pelepasan penuh nikmat itu diraih, mengeluarkan cairan cinta dari dalam inti tubuh Arin memenuhi mulutnya. Membuatnya tidak bisa mengontrol diri dan membenamkan miliknya jauh melesak ke dalam mulut calon istrinya. Membuat Arin menelan habis benih kehidupannya.
Ia bisa melihat dengan jelas jejak-jejak benih dari tongkat kehidupannya yang tidak bisa tertelan semua oleh Arin di tepi bibir gadis itu. Ia membantu Arin untuk membersihkan sisa-sisa perbuatannya, mendekap tubuh telanjang gadis itu pada tubuhnya. Mengecup puncak rambut yang telah basah oleh keringat.
“Terima kasih sayang...” ucapnya pada Arin yang masih saja diam mengatur napas setelah pergulatan mulut yang mereka lakukan tadi.
“Maaf...” satu kata yang lolos dari mulutnya itu berhasil mencuri perhatian Arin. Membuat gadis itu mendongak ke arahnya untuk melihat raut wajah lelah namun penuh keluasan itu.
“Sayang...” panggil Arin.
“Ya...”
“Aku rindu” Arin mengeratkan pelukannya pada tubuh sexy Richard.
“Aku juga. Jangan pergi lagi,” tangannya meraih dagu Arin dan mengecup sekilas bibir yang masih tampak bengkak itu.
“Kamu yang jangan tinggalin aku lagi. Aku sakit setiap kali ngebayangin kamu mesra-mesraan dengan wanita itu. Ngelakuin hal seperti yang kita lakuin tadi dan bahkan lebih dari ini. Aku--”
Kalimat Arin terputus saat pria yang sedari tadi memeluknya itu melumat bibirnya dengan lembut. Lebih lembut dari sebelumnya, yang ada hanya ketulusan dan perasaan yang halus. Kerinduan yang dalam dan selama ini terpendam.
“I promise. So, stop to think about another things. Tidur, yuk, kamu capek, kan?”
Arin hanya mengangguk pelan, membenamkan wajahnya di dada bidang berbulu milik Richard. Satu-satunya pria yang memiliki hatinya dulu, kemarin, hari ini, besok, dan seterusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Wife
RomanceNB : Cerita ini mengandung adegan dewasa, harap bijak dalam membaca. Kareena Diandra Mahesa terpaksa harus menikah dengan Richard Albercht Wirajaya. Bukan hal mudah baginya untuk menerima pernikahan ini. Terlebih lagi pria yang menjadi calon suaminy...