Drrrttt... Drrrttt...
“Sayang,” panggilnya pada Richard yang masih fokus menyetir saat ponselnya bergetar.
“Angkat saja,” ucapnya tanpa memalingkan wajah.
“Haloooooooo...”
“Ya Allah. Berisik banget lo, Dew” protes Arin saat mendengar suara bising dan wajah heboh Dewi melalui video call.
“Lo gak kangen gue, Rin?” tanya Dewi.
“Apaan juga? Lagi iya iya sama laki lo, kan?” kekeh Arin sesekali melirik ke arah Richard yang ternyata sedang memicingkan mata padanya.
“Cantik benar lo malam ini.”
“Emang selalu cantik kan gue,” senyumnya merekah membuat Dewi berdecih sebal.
“Ya sayang aja sih, you should be second wife for someone you love,” ucap Dewi dengan polosnya tanpa mempedulikan di mana tempat saat ini Arin berada.
“Dew...” Arin berusaha memperingatkan dengan mata melirik Richard yang tampak cuek mendengar ocehan Dewi. Karena memang Richard cukup mengenal sahabat kecil Arin itu, kurang lebih sajalah sifat keduanya.
“Fakta! Ganteng sih. Tapi rela bagi-bagi?” Kekehnya tanpa mempedulikan tatapan tajam Arin.
“Jadi ada apa lo video call gue? Tumben-tumbenan,” Arin berusaha mengalihkan pembicaraan sebelum omongan tanpa plot Dewi akan semakin panjang dan membuatnya serta Richard kesal sendiri. Karena sedari tadi moodnya juga belum kembali sejak kedatangan Jenny yang mengganggu acara makan malam mereka.
“Tebak gue di mana?” tanyanya yang sedang mencoba main tebak-tebakkan dengan Arin yang terlihat malas.
“Di kamar lo” jawab Arin malas.
“Yaelah. Gue juga tahu kali ini di kamar. I mean where am I?”
“Ya sudah bilang aja lo di mana sekarang?” Arin memutar matanya jengah dengan Dewi yang masih suka main tebak-tebakan dan bersikap seperti anak kecil terkadang. Walaupun saat ini ia sedang hamil besar dan tidak lama lagi akan menjadi seorang ibu.
“Gue di Jakarta!!!” teriaknya senang.
“APA???” Arin kaget mendengarnya, setahunya Dewi akan hadir saat pernikahannya bulan depan.
“Kaget kan lo... “ kekeh Dewi.
“Ya sudah lo di mana sekarang? Gue ke sana, deh,” ucap Arin yang akhirnya membuat Richard bereaksi. Dia tidak akan membiarkan Arin pergi sebelum menjelaskan semuanya pada gadis itu.
“Sayang. Kita harus pulang, besok saja aku antar bertemu Dewi,” ucapnya yang langsung membuat raut wajah Dewi berubah pada layar ponsel Arin.
“Aaarrrrggghhhh...” teriak Dewi setelah mendengar suara bariton Richard.
Richard berdecak kesal mendengar teriakan heboh Dewi, selalu seperti itu ketika mendengar suaranya saat di telepon. Kebiasan yang tidak berubah dan dari sifatnya Dewi memang sangat cocok bersahabat dengan tunangan dan juga sepupunya serta kembaran Dewi yang selalu membuat darahnya mendidih.
“Kekanakan,” ucap Richard terus memacu mobilnya menuju mansion miliknya tanpa mempedulikan lagi perbincangan heboh antara Arin dan Dewi.
Richard sudah cukup lelah beberapa hari ini, pekerjaan yang menumpuk ditambah lagi kekacauan yang Jenny ciptakan. Wanita itu selalu bisa membuat Richard harus meminum obat darah tinggi. Sebenarnya sudah lama Richard ingin menceraikan wanita itu, itulah jawabannya atas pertanyaan Rachel tadi. Tapi sejauh ini ia belum bisa melakukannya, mengingat surat kesepakatan atau lebih tepatnya pernyataan yang ditandatanganinya beberapa bulan paska pernikahan mereka. Wanita itu benar-benar licik dan berhasil membuatnya menandatangani surat terkutuk itu. Richard hanya sedang mencari alat untuk memukul mundur wanita itu. Jauh pergi dari kehidupannya dan Arin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Second Wife
RomantizmNB : Cerita ini mengandung adegan dewasa, harap bijak dalam membaca. Kareena Diandra Mahesa terpaksa harus menikah dengan Richard Albercht Wirajaya. Bukan hal mudah baginya untuk menerima pernikahan ini. Terlebih lagi pria yang menjadi calon suaminy...