Chapter 29

345 11 0
                                    

Sudah hari terakhir dari seminggu yang dikatakan oleh Richard. Mereka hanya berdua di dalam mansion besar ini. Menikmati momen sebagai pasangan pengantin baru tanpa ada yang mengganggu. Atau merasa terganggu oleh suara-suara yang mereka timbulkan.

Tentunya kesempatan ini dimanfaatkan Arin dan Richard untuk mewujudkan fantasi liar mereka sebagai suami istri. Tidak ada bagian dari mansion yang terlewat dari lenguhan dan desaham keduanya. Terakhir kali tadi pagi mereka bergumul di dapur, dengan Arin yang menyandarkan dirinya di depan kulkas. Richard menyentakkan miliknya dari belakang, membuat dada bulat Arin menyentuh pintu kulkas yang dingin.

Tiada hari tanpa desahan dan lenguhan keduanya. Tubuh keduanya pun sudah dipenuhi oleh tanda kepemilikkan masing-masing. Yang mereka ciptakan tiap kali bercinta.

Pagi ini Arin memutuskan untuk berenang di kolam renang yang ada di belakang mansion. Karena hanya berdua dengan sang suami, jadilah ia berenang telanjang. Saat sedang asik berenang tanpa disadari, Richard berjalan menuju kolam renang. Melepaskan seluruh pakaiannya, membuat Arin tersentak melihat milik suaminya sudah menegang sempurna. Tubuhnya sangat kekar membuat siapapun yang melihat ingin menyentuhnya, tapi itupun jika berani berhadapan dengan Arin. Karena sudah dipastikan apa yang akan terjadi, kalau tidak ingin masuk rumah sakit silakan saja goda mesin es batu miliknya.

Pagi ini ia hanya ingin berenang tanpa bercinta. Karena rasanya cukup lelah melakukan pergumulan seminggu penuh tanpa henti. Kalau pun berhenti hanya untuk makan, minum, membersihkan diri dan tidur.

Arin buru-buru berenang menjauh dari suaminya, enggan keluar dari kolam renang karena ia masih menikmati bermain air. Saat bersandar di pingiran sisi lain kolam, Arin tidak melihat ada tanda-tanda suaminya di dalam kolam renang. Dia mencari ke sekeliling kolam hingga tiba-tiba merasakan lembah cintanya menjadi hangat. Ternyata Richard berada di bawah air sedang menjilati lembah cintanya. Sembari memegang kedua paha Arin yang terasa lemas merasakan sensasi dari lidah suaminya. Benar-benar gila Richard, ia tahan menyelam cukup lama untuk menjilat lembah cinta sang istri.

Akhirnya ia bisa merasakan lidah panas itu menyeruak masuk ke dalam lembah cintanya. Berusaha menyentuh inti tubuhnya, meyecapnya dengan gemas. Dengan tangan yang mencengkram erat pinggiran kolam, Arin menggigit bibir bawahnya menikmati perlakuan sang suami. Hingga detik berikutnya ia terkejut melihat wajah sang suami yang menyeringai penuh kepuasan berada di depannya.

Dengan sekali hentakkan Richard membenamkan miliknya dalam lembah cinta Arin. Menggantikan lidahnya yang tadi memporak porandakan pertahanan Arin yang tidak ingin bercinta pagi ini.

“Arrgghh..” erangnya menahan nikmat yang diberi sang suami. Sebuah candu yang baru baginya dan juga Richard. Rasanya sehari saja tanpa melakukannya seperti akan mati.

Arin membiarkan Richard menggoyang pinggulnya, memasukkan miliknya melesak dalam inti tubuhnya. Memberikan perasaan penuh dan hangat dalam waktu bersamaan. Perasaan nikmat yang masih terasa asing dalam dirinya sudah kembali menguasai dirinya. Dengan posisi berdiri di dalam kolam renang, Richard terus menghujami Arin dengan miliknya. Mencumbu leher dan juga telinga istrinya yang memang itu adalah bagian sensitif bagi Arin. Membuat wanita itu menggelinjang sambil memeluk tubuh kekarnya.

Sekarang Arin membiarkan Richard menjilati bukit cinta miliknya, sembari merasakan lembah cintanya penuh oleh milik sang suami. Posisi ini membuat pergerakan Richard junior di bawah sana semakin terasa. Menggesek lembah cintanya dengan sedikit kasar, membuat tubuhnya meremang. Tidak puas dengan posisi bercinta berdiri di kolam renang, Richard menarik tubuh Arin untuk keluar dari kolam renang.

Di pinggir kolam ia membaringkan tubuh telanjang istrinya. Lalu mulai menyetubuhi kembali tubuh mulus dan sintal Arin. Tubuh yang memiliki ganja yang menjadi candu baginya. Setidaknya setiap pagi ia ingin hal ini sebagai sarapannya sebelum sarapan di meja makan. Itulah yang ia katakan pada Arin sejak pagi pertama mereka bangun sebagai suami istri.

“You’re so beautiful and sexy my wife... aaahhh” bisinya di telinga Arin yang membuat wanita itu semakin menggelinjang geli.

Arin memejamkan matanya, menikmati perlakuan Richard pada lembah cintanya. Menggerakkan tongkat kehidupannya keluar masuk inti tubuhnya. Tidak lupa ia mengimbangi permainan suaminya dengan menggerakkan pinggulnya di bawah sana. Menyambut gerakan liar yang diciptakan Richard untuk saling memuaskan diri masing-masing.

Hanya suara eranggan keduanya yang menjadi pengiring percintaan ini. Suara pertemuan milik Richard dan Arin benar-benar menambah gairah keduanya. Terutama suara basah yang dapat didengar dengan jelas oleh keduanya disela desahan dan erangan yang mereka ciptakan. Hingga beberapa saat kemudian Arin mengerang panjang saat mengalami pelepasannya.

“Aaaa... hhh... Richard... Babe I am come...”

“Enjoy it, Babe...” bisik Richard di telinga Arin ketika tahu sang istri mengalami pelepasan.

Sampai akhirnya Richard berteriak lebih keras dari sebelumnya. Pelepasannya terasa begitu dasyat karena ini kali pertama bagi keduanya bercinta di ruang terbuka.

“You’re so amazing. Aahhh... I love you, Kareena... Hhhfffttt” Richard menyentakkan miliknya semakin dalam membuat Arin sedikit kaget menerima tumpahan cinta suaminya di dalam sana.

Tidak lama Richard melepaskan miliknya dari cengkraman bukit cinta sang istri. Mengecupi wajah Arin yang tampak memerah sisa gairah yang diciptakannya serta sinar matahari pagi yang mulai naik. Benar-benar penyatuan yang dasyat bagi keduanya.

“Besok gimana?” tanya Arin yang masih telentang dipinggiran kolam renang.

“Apa?” Richard menaikkan sebelah alisnya dan memberikan bathrobe pada sang istri, membantu Arin untuk berdiri.

Karena ia sadar betapa gilanya ia tadi, belum ada sejam sejak pergumulan mereka di atas meja makan tadi pagi. Ia kembali menggumuli Arin di dalam dan dipinggir kolam renang. Sudah pasti Arin merasa tidak nyaman di bawah sana. Mengingat betapa besarnya milik Richard yang sudah memporak porandakan inti tubuh Arin.

“Kerja,” jawab Arin yang telah mendudukan dirinya di atas pangkuan Richard yang sedang duduk di atas gazebo.

“Iya,” Richard melingkarkan tangannya di pinggang sang istri.

“Besok kamu anter aku, ya,” pinta Arin manja.

“Nggak bisa.”

“Kenapa?” Arin menjauhkan tubuhnya dari sang suami yang sedari tadi membenamkan kepala di dadanya.

“Sibuk.”

Arin langsung ingin melepaskan tangan Richard dari pinggangnya, karena suaminya itu kembali bersikap dingin seperti biasa. Ya! Memang biasanya seperti itu walaupun mereka sudah menikah. Richard masih saja jarang bicara, kalaupun meresponnya hanya sebentar.

“Sabar sayang. Dengarkan dulu,” bujuk Richard pada Arin yang sudah sudah merajuk dengan bibir yang nengerucut sempurna.

Cup...

“Jangan cium, gue lagi marah,” Arin protes saat suaminya dengan lancang mencium bibirnya.

“Jangan bicara ‘lo gue’ ke suami. Nggak sopan,” Richard mencubit hidung mancung istrinya yang masih merajuk.

“Habisnya kamu ngeselin,” Arin memeluk tubuh telanjang suaminya. Richard memang hanya melilitkan handuk sebatas pinggang dan membiarkan dada bidangnya terekspos.

“Aku besok ada rapat jam 8, Sayang. Jadi nggak bisa anterin kamu ke kantor. Dan lagi itu beda arah,” Richard menjelaskan sambil mengecupi leher jenjang istrinya.

“Ssshhhhhh...” desahan lolos dari mulut Arin.

“Di sini lagi, ya,” pinta Richard sembari menaik turunkan alisnya untuk menggoda Arin.

Akhirnya mereka kembali bergumul di gazebo yang ada di sisi kolam renang. Setidaknya cukup untuk pagi ini, itulah yang diucapkan Richard pada Arin.

Second WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang