Chapter 9

488 25 0
                                        

Hari ini Arin cukup sibuk mempersiapkan materi presentasi untuk rapat dengan Platinum Inc. Ia akan menggantikan Hesti sekretaris Marcel yang tengah cuti melahirkan. Marcel berperan sebagai Direktur Utama di perusahaan yang dimiliki oleh keluarganya. Lelaki muda dan berbakat ini tidak lain adalah sepupu Arin dari pihak Ibu.

Platinum Inc bukanlan nama yang asing di telinganya dan mungkin ia sering mendengarnya sejak dalam kandungan sang Ibu. Sejujurnya Arin sangat malas untuk mendampingi Marcel hari ini, terlebih sejak tahu siapa yang akan meeting bersama mereka. Richard Wirajaya yang biasa disebut dengan RW sebagai inisialnya.

“Lo jangan ngeluh terus kali, Rin, kan bentar lagi ini perusahaan akan jadi punya lo. Jadi sudah ikutin aja rapat kali ini dengan Platinum Inc, mereka menanamkan modal besar di perusahaan kita,” Marcel memberi pengertian pada sepupunya. Ya setidaknya untuk bersikap profesional saat berhadapan dengan Richard.

“Ya deh. By the way nih, Kak, kenapa dia dipanggil RW?” mulai kepo kan nih anak.

“Kan emang inisial namanya dia RW, Richard Wirajaya kan? Jangan katakan lo sudah lupa nama calon suami sendiri” Marcel mengacak rambut Arin yang sudah terikat rapi.

“Cih. Sok keren pake disingkat-singkar segala. R for Rese and W for Wasssss---” segera ia menghentikan kalimatnya setelah mendapatkan pelototan dari Marcel.

“Lo jangan sembarang ngomong deh Rin. Bukannya dulu lo cinta banget ya sama dia, sampai---” kali ini kalimatnya yang berhenti setelah mendapat pukulan dari Arin pada pahanya.

“Sekali lagi lo bahas masa lalu, gue tinju juga, tuh, Kak!” seringai Arin melirik bagian tengah paha Marcel. Dan sukses membuat lelaki itu menelan salivanya, karena ia tahu benar jika sepupunya ini selalu serius dengan ucapannya.

Kini sampailah mereka di depan gedung pencakar langit berdinding kaca. Mata Arin menatap takjub pada bangunan gedung yang tidak pernah dikunjunginya lagi. 8 tahun sudah berlalu, namun keindahannya masih tetap sama.

Sayang yang sedang ada di dalam sana sama sekali tidak indah. Memuakkan.

Gumam Arin dalam hati sembari mengikuti langkah Marcel yang telah masuk ke dalam gedung. Mereka berjalan menuju meja resepsionis, dan Arin segera bertanya pada wanita dengan pakaian auzubile seksinya.

“Siang, Bu... Ada yang bisa kami bantu?” tanya wanita itu ramah.

“Kami dari MK Inc ada janji rapat dengan Platinum Inc.”

“Mohon ditunggu sebentar, ya, Bu, saya cek dulu,”  wanita itu sibuk memeriksa data yang ada pada layar PC. Sepertinya ia telah menemukan apa yang dicarinya dan segera berjalan ke arah Arin dan Marcel yang masih duduk menunggu di lobi.

“Terima kasih Bu, Pak sudah mau menunggu. Saya sudah cek dan meeting akan dilangsungkan di rom 3 lantai 17. Mari saya antar”

“Terima kasih Miss---” ucap Arin yang terputus sebelum berbicara lagi setelah melihat name tag wanita itu. “Santi...”

Mereka berdua berjalan mengikuti langkah Santi ke arah elevator khusus tamu yang berada di tengah-tengah elevator Direksi dan karyawan. Selama di elevator mereka bertiga hanya diam tanpa ada pembicaraan. Hingga bunyi elevator menandakan mereka telah sampai dan memecah keheningan.

Sampailah mereka di depan sebuah ruangan dengan pintu kayu berwarna cokelat yang besar. Di sisi pintunya terdapat tulisan MEETING ROOM 3. Marcel langsung mengambil posisi duduk dan membiarkan Arin yang masih berdiri di depan pintu dengan Santi.

“Sudah sampai ya Bu, saya permisi dulu” wanita itu bicara dengan sangat sopan sembari menunduk dan mundur sebelum berbalik untuk meninggalkan Arin.

“Aah, terima kasih. Maaf sebelumnya, Miss Santi, saya ingin bertemu Mr. Richard Wirajaya di mana, ya?”

Second WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang