Matahari telah berganti dengan bulan dan gemerlap bintang di langit kelabu namun masih terlihat cerah. Jalanan Kota Jakarta masih sangat padat pada jam-jam begini. Seorang pria dewasa dengan pakaian semi fotmalnya sedang duduk di balik kemudi mobil sport mewahnya. Didampingi seorang gadis anggun di kursi penumpang yang ada di sisinya. Senyum hangat menghiasi wajah tampan dan cantik keduanya, seakan semua hal adalah membahagiakan bagi mereka.
Richard memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, menembus jalanan Ibu Kota yang sebenarnya masih padat. Dengan pasti ia menuju sebuah restoran Eropa di salah satu hotel berbintang. Rencananya malam ini keluarga Wirajaya mengadakan makan malam dengan Arin, tunangan Richard yang dulu hilang dan kini sudah kembali. Walau tidak mudah dan sejujurnya penuh konspirasi antara kedua keluarga. Bahkan Richard dan Arin tidak menyadari bahwa ada sandiwara yang sedang dimainkan oleh keluarga mereka, karena terlalu besar rasa rindu yang telah dibendung selama ini.
Tangan kiri Richard tidak pernah lepas untuk menggenggam tangan kanan Arin. Membelainya dengan ibu jari untuk memberikan rasa hangat dan ketenangan pada gadis itu. Memang ini bukan pertemuan pertama Arin dengan keluarga Wirajaya, hanya saja rasanya gugup karena ada dua adik Richard yang turut hadir. Keduanya telah memiliki keluarga sendiri, dan tentunya akan ada ipar dan keponakan dari lelaki itu. Arin begitu gugup, kalau-kalau mendapatkan pandangan merendahkan dari kedua ipar Richard. Terlebih hanya karena dirinya akan menjadi istri kedua. Benalu. Ya itulah yang sejauh ini dia dengar di telinganya sejak berita pernikahan mereka ramai diberitakan.
“Calm down, Babe, anything will gonna be ok!” ucap Richard meyakinkan dan menggandeng tangan Arin saat mereka telah berada di depan lobi hotel. Richard memberikan kunci mobilnya pada valet parking untuk memarkirkan mobilnya di basement hotel.
“But I am nervous,” Arin mengeratkan genggaman tangannya pada Richard.
Richard menghentikan langkahnya saat mereka tepat berada di depan elevator, mendekatkan dirinya pada Arin. Gadis itu hanya menatap bingung pada Richard, tidak biasanya ia akan berhenti melangkah saat sedang dalam perjalanan menemui orang lain atau telah membuat janji. Karena seingat Arin 8 tahun lalu ia sempat mendapat kemarahan dari Richard saat membuat lelaki itu terlambat menghadiri perjamuan makan dari klien. Dan saat momen seperti ini pun ia pernah disemprot oleh Richard karena berjalan sangat lamban. Tapi kenapa sekarang dia diam dan tidak menekan tombol elevator?
Richard terus mendekatkan tubuh dan wajahnya pada wajah Arin yang saat ini sedang metampakkan raut wajah bingung. Hingga satu tindakan Richard berhasil membuatnya menggeram kesal dengan gigi yang saling bergesekan. Lelaki itu mengangkat tangan dan meletakkan telapak tangannya tepat di kening Arin.
“Not warm, kamu sehat, kan?” katanya dengan nada tenang dan dingin, namun berhasil membuat Arin mendengus sebal.
Jadi sedari tadi Richard menganggapnya sakit karena perasaan tidak tenangnya. Keterlaluan. Pria ini irit bicara dan dingin, tapi jika bercanda mampu membuat Arin emosi. Bahkan setelahnya ia terlihat tidak peduli dan meninggalkan Arin yang masih memasang wajah kesal ke dalam elevator. Gadis itu hanya melihat ke arah pria yang sedang menaikkan sebelah alisnya di dalam elevator.
“Mau sampai kapan di sana?” Tanya Richard ketus. Membuat Arin semakin kesal saja karena sifatnya yang tiba-tiba berubah dingin.
“Dasar mesin es batu,” hardik Arin yang telah memasuki elevator.
Richard tersenyum tipis, rasanya ada kemenangan setelah berhasil menggoda Arin. Dia benar-benar puas menggodanya malam ini, bahkan berhasil membuat suasana hati gadisnya sedikit buruk.
Ting...
Elevator berbunyi ketika telah sampai di lantai tempat tujuan mereka, restoran Eropa di mana keluarga Wirajaya sedang menunggu kehadiran mereka. Richard segera meraih tangan Arin ketika keduanya keluar dari elevator. Gadis itu tidak menolak sama sekali walau wajahnya masih menunjukkan raut wajah kesal. Melihat tunangannya memasang wajah menyeramkan membuat Richard memutar mata jengah. Dia mendekatkan wajahnya pada wajah Arin, lebih tepatnya telinga gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Wife
RomansaNB : Cerita ini mengandung adegan dewasa, harap bijak dalam membaca. Kareena Diandra Mahesa terpaksa harus menikah dengan Richard Albercht Wirajaya. Bukan hal mudah baginya untuk menerima pernikahan ini. Terlebih lagi pria yang menjadi calon suaminy...