𝟎.𝟒 𝑻𝒂𝒓𝒖𝒉𝒂𝒏?

292 45 1
                                    

"Lo lagi!" Ucap mika, seseorang yang tak sengaja bertabrakan dengan gara dari belakang.

Mika tak habis pikir disaat-saat seperti ini, mengapa ia harus dipertemukan oleh manusia yang dibencinya.

"Kenapa? Takut gue cium" tanya gara santai.

"Harusnya gue yang nanya, kenapa harus ada lo disini"

Gara tersenyum sinis "semesta sengaja mempertemukan lo dan gue, karena lo masih punya hutang maaf ke gue"

"Cowok famous kayak lo ngemis-ngemis permintaan maaf dari gue, apa kata orang!"

Gara tertegun dengan ucapan mika "ada benarnya juga" batin gara.

"Gimana kita taruhan aja" ucap gara menantang.

"Taruhan?"

Gara menganggukkan kepalanya "jika diantara kita ada yang ketahuan OSIS atau pengawas maka orang itu harus minta maaf, dan jika kita berdua ketahuan lo harus jadi pacar gue" ucap gara panjang lebar, jujur ia baru kali ini berbicara sepanjang itu dengan cewek.

"Gue gak setuju dengan yang terakhir" ucap mika, ia tidak setuju dengan ucapan gara yang terakhir mika tak ikhlas hanya karena taruhan konyol ini ia harus menjadi pacar gara.

"Takut lo?"

"Oke gue setuju" jawab mika meskipun agak pasrah tapi ia tidak boleh terlihat lemah dihadapan orang yang dibencinya.

"Mika lo pasti bisa, ingat lo sudah berapa kali bolos, berapa kali telat, berapa kali manjat pager, pohon, bahkan atap pun lo panjat" batin mika menguatkan dirinya.

Belum sempat mereka memulainya, seketika suara wanita paruh baya mendengung ditelinga dua manusia itu.

"Ehem, apa yang kalian rencanakan" ucap Bu Ningsih-guru BK diawali dengan deheman.

Suara itu seperti familiar ditelinga gara "Kayak kenal itu suara"

Mika yang sadar bahwa Bu Ningsih terpancang di belakang gara, sentak ia merutuki dirinya "Mati gue" pekik mika.

Gara membalikan badannya 90° tepat disamping kanannya, sudah ada Bu Ningsih sang guru BK yang cantik nan galak.

"Kenapa gak lanjut manjat gerbangnya?" Suara gamblang bu Ningsih masuk kembali kedalam telinga gara dan mika.

Pria itu tertawa cengengesan "aduh ibu kok gak upacara?"

"Upacara sudah selesai sedari tadi," jawab Bu Ningsih "ikut saya sekarang." titah Bu Ningsih.

Gara dan mika menuruti ucapan Bu Ningsih, firasat mika mengatakan ia akan dibawa ke ruangan keramat.

***
Benar saja sekarang mereka tengah berada di ruangan ber-AC, ruangan yang sudah berapa kali gara dan mika kunjungi saat mereka membuat kasus.

Bagi Mika tak masalah jika Bu Ningsih memberikan hukuman membersihkan toilet atau dijemur di lapangan, tapi yang mika khawatirkan ia takut gara mengungkit taruhan yang disepakatinya tadi.

Gara duduk disebelah mika berhadapan dengan Bu Ningsih tatapan matanya yang tajam seperti mengintimidasi mereka berdua gara sih santai-santai saja ia sudah biasa seperti ini sama halnya dengan gara, mika pun tak kalah santai.

"Kenapa kalian telat? Kalian sudah tau kan sekarang ini upacara hari guru" suara Bu Ningsih menjelegar diseluruh sudut ruang BK.

Baru saja gara membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan itu tapi sudah terjawab sendiri oleh Bu Ningsih.

"KESIANGAN" Bu Ningsih sudah hafal dengan alasan gara.

gara hanya mengangguk toh tebakan Bu Ningsih benar, dirinya telat karena kesiangan.

Kini tatapannya tertuju pada mika "kenapa kamu telat mika?"

"Karena saya telat" Jawab mika singkat dengan muka datarnya

Bu Ningsih mengerutkan keningnya "alasannya karena apa?"

"Alasannya telat" masih dengan muka datarnya.

Bu Ningsih menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan kasar

"sekarang kalian berdiri di lapangan, sampai jam istirahat." Bu Ningsih sudah multak.

***
Dua manusia itu kini berdiri dihadapan bendera merah putih tak lupa hormat pada sang pusaka, cukup lama mereka berdiri diteriknya sang baskara.

Gara mendekatkan kepalanya ke telinga mika, ia ingin membisikan sesuatu "sesuai dengan kesepakatan, lo harus jadi pacar gue"

"Gue gak mau" ucap Mika arah pandangnya masih lurus menghadap tiang bendera.

"Gak ada penolakan, mulai detik ini kita resmi jadian" putusan gara sepihak.

Tidak ada balasan dari Mika sebenarnya gara harus menahan emosinya setiap kali dirinya berbicara pasti Mika meresponnya dengan singkat, sekalinya panjang itu hanya kalimat pedas.

Baru kali ini gara diperlakukan seperti itu oleh cewek, Bu Ningsih saja tidak seperti itu kepada gara kenapa Mikaely cewek yang tidak terkenal dan biasa-biasa saja di SMA bisa memperlakukan sang most wanted sejudes itu?.





TERIMAKASIH, VOTE, KOMEN DAN FOLLOW.

salam,

Alen

SALENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang