𝟐𝟒 - 𝑷𝒓𝒊𝒂 𝒎𝒊𝒔𝒕𝒆𝒓𝒊𝒖𝒔

96 7 0
                                    

"Materi Operasi matematika sampai termofisika sudah lumayan lancar" beber gara.

Sesuai perintah alex, sepulang sekolah gara diharuskan untuk mengajarkan liora kembali.

"Oke. Gue akan terus pelajari materi-materi ini" sahut liora yang kini duduk berdampingan dengan gara disofa ruang tamunya.

"Lancar belajarnya?" ujar pria yang merupakan kakak Liora dan menghampiri keduanya.

Liora menoleh kearah kakaknya yang sedang memakai jaket kulit hitam bergambar sayap disertai pedang dibagian punggung pria itu, "Lancar dong. Kan yang ajarin kak gara," timpal liora.

"Kak Al, mau kemana hujan-hujanan gini?" tanya liora, heran dengan kakak laki-lakinya itu yang sudah rapih ditengah derasnya hujan di luar.

"Anak kecil dilarang tau." timpal alex.

"Iya-iya" pungkas liora.

"Lanjut belajar," pesan alex "gara, gue titip lio." sambungnya meninggalkan gara dan liora berdua.

"Apaan kayak barang aja dititip-titip" celetuk liora.

Gara mengangkat selembar kertas yang berisi jawaban liora dari soal-soal yang ia buat, "Gue koreksi jawabannya" ucap gara.

Liora menatap lekat gara yang tengah memeriksa lembar Jawabannya. manik tajam gara menambah kesan tegas pada wajahnya.

"Andai kak gara punya perasaan yang sama kayak yang gue rasa" batin liora.

Sesaat liora tenggelam dengan paras tampan gara, "Jawabannya benar semua. Tinggal lo review kembali kisi-kisi dari gue" ucap gara.

Liora langsung mengsadarkan lamunannya, "O-oh. Pasti gue review kembali"

Gara membereskan buku-bukunya yang berserakan dimeja dan segera memasukan kedalam ransel.

"Belajarnya cukup sampai disini. Kalau ada yang pengen ditanyain, lo bisa telpon gue" tutur gara lalu menyangkutkan ranselnya pada dua bahunya.

"Kak gara mau pulang?" tanya liora yang melihat gara kini sudah berdiri dari duduknya.

"Iya."

Liora ikut bangkit dari duduknya, "Thanks. Maaf gue repotin kak gara" ucap liora.

"Gue samasekali gak merasa terepotkan" sahut gara.

"Kak gara yakin mau pulang sekarang? Di luar hujan deres banget" ujar liora.

"Yakin," jawab gara, selain ia tak mau berduan di rumah dengan liora, gara juga ingin mampir ke toko fotocopy "lo gak apa-apakan di rumah sendiri?"

"Gak apa-apa, udah biasa juga" timpal liora.

"Oke. Gue pulang." pamit gara melangkah keluar dari pintu rumah liora dan di susul oleh liora di belakangnya.

Gara segera memakai helmnya, "Hati-hati kak!" seru liora.

***

"Kayaknya udah cukup deh" ucap mika, memeriksa kertas bergambar danau dengan arsilan senja.

Awan sudah berwarna oranye tapi gadis yang masih menggunakan seragam sekolah tengah duduk di pinggiran danau.

Sudah cukup lama sejak pulang sekolah mika berada di danau, dan akhirnya ia memutuskan untuk pulang.

Mika memasukan kertas hasil gambarannya dan alat-alat menggambar kedalam tas sekolahnya.

Rintik hujan turun setetes demi tetes, "Ck... gerimis" decak mika, setelah resleting tas tertutup mika langsung beranjak pergi dari danau.

Rintik hujan semakin deras, mika mempercepat langkahnya ia memutuskan untuk berteduh di halte karena tidak ada tempat berteduh selain halte bus.

Mika duduk di kursi yang tersedia di halte, ia memeriksa kembali kondisi gambarnya didalam tas.

"Heh! Kenapa harus hujan? Apa gak bisa ditunda dulu hujannya!" gerutu mika.

Sebenarnya bisa saja mika menerobos hujan tapi ia terlalu sayang dengan karya gambarnya, jadi mika memutuskan untuk berteduh di halte sampai hujan mereda.

Jalanan terlihat sepi samasekali tidak ada kendaraan yang melintas, sementara hujan semakin lama semakin deras. Membuat mata gadis itu menjadi berat.

Karena rasa kantuk yang menyerangnya, netra mika mencoba melihat sekeliling jalanan, apakah ada orang ditengah derasnya hujan sore ini.

Dari arah kanan ada seorang pria penegndara motor yang sedang menatap kearah mika, pengendara itu tidak meneduh masih dibawah guyuran hujan hanya memakai jaket kulit hitam dan helm dikepalanya.

"Gue gak salah lihatkan? Kenapa ada orang diem aja di guyuran hujan sederas ini?" guman mika.

Semakin mika perhatikan mengapa pria itu seperti mengintimidasinya, mika berdiri dari duduknya.

"Kenapa orang itu kayak liatin gue?," mika mencoba tetap berfikir positif "sekarangkan hujan mungkin gue salah lihat."

Pria bermotor itu tetap memperhatikan mika, mika yang mencoba untuk berfikir positif namun kembali buyar.

hatinya mulai gelisah dilanda kepanikan dan ketakutan saat itu juga, "Sebaiknya gue pergi dari tempat ini" putus mika.

Mika lebih memilih untuk menerobos hujan ia mengambil langkah seribu dan baru beberapa langkah, pria itu sudah menyalakan mesin motornya.

Vroom!, vroom...

Terdengar suara kencang knalpot motor dari belakang sana, mika semakin panik ia mempercepat langkahnya.

Jalanan sangat sepi hanya ada dirinya dan pria bermotor itu, mika semakin dekat dengan jembatan.

Mika segera menyalakan handphonenya ia berniat menghubungi seseorang, sesaat ia bingung harus menelpon siapa.

"Ga-gak mungkin dafa bisa kesini," ucap mika ditengah lari, jarinya kembali mengscroll benda pipih "gue lagi perang sama kak sasya. Jadi mana mungkin dia bisa tolongin gue" lanjutnya.

"Oke. Siapapun itu gue harap bisa tolongin gue." jari mika mengklik sembarang nomor, berharap siapa saja bisa menolongnya dari pria misterius itu.

Tuttt-

Tak menunggu lama panggilan langsung tersambung, mika langsung membuka suara.

"Ha-hallo. Tolong gue, dibelakang gue ada orang, o-orang itu semakin dekat" papar mika dengan nafas tak beraturan.

"Lo dimana sekarang?" tanya pria dari sebrang sana.

"Jembatan selaka"

"Gue kesana. Lo tenang, bentar lagi gue sampai." telpon diputus dari sebrang sana.










SEMOGA SUKA 🤍

Kata kalian siapa pria misterius itu?

Siapa yang mika telpon?

Next part bakal ketahuan. Tetap pantau okey.

SALENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang