𝟑𝟎 - 𝑽𝒊𝒗𝒊 𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓

98 7 0
                                    

Liora menduduki kursi yang tadi diduduki oleh mika, "Kak gara cepat sembuh," ucap liora.

Tangannya menaruh buah-buahan diatas meja, "Mau makan apel?" tanya liora tangan kanannya sudah memegang satu buah apel merah.

"Gue gak laper." tolak gara.

Liora membuang-buang nafasnya kasar, percuma saja ia menawarkan apel gara tetaplah seperti itu kepadanya. "Oke. Aku taruh disini, siapa tau kak gara pengen" ucap liora.

"Kenapa kak gara bisa kayak gini?" tanya liora.

Tatapan gara tetap lurus kedepan tidak menoleh atau menengok ke seseorang yang sedang berbicara dengannya.

"Kalau gue bilang gue lindungi pacar gue, lo bakal terima?" ucap gara.

Entahlah liora tak mengerti ucapan gara barusan entah itu pertanyaan atau pernyataan.

Liora tertunduk diam, ia merasa manusia dihadapannya ini sedang menyindir dirinya terhadap sifatnya yang ambisius untuk mendapatkan gara.

"Maaf" ucap liora, sudah dua wanita yang mengucapkan kata maaf kepada gara.

"Hari ini udah dua perempuan yang bilang kata itu ke gue" ucap gara diiringi tawa ringannya.

Liora tersenyum tipis, meskipun ia sudah menebak pasti dua perempuan itu adalah dirinya dan mika.

Ceklek

Pintu yang tadinya tertutup jadi terbuka kembali karena dua orang perempuan telah membukanya dan menutup kembali tanpa sepatah kata.

"Gue rasa lo masih butuh gue disini" ucap mika, menghampiri gara yang sedang bersama liora.

Mika melangkah menuju gara, netra matanya menyipit kala bibirnya tersenyum manis kepada sang kekasih.

Liora yang melihat kedatangan mika dan vivi secara tiba-tiba sontak ia langsung melihat kearah mika, ini adalah pertemuan pertamanya dengan mika.

Mika berhenti, tepatnya dihadapan liora, "Boleh minggir?" Perintah mika.

Dengan amat terpaksa liora harus menukar posisinya dengan mika.

Kini posisi mika dekat dengan gara yang masih dengan posisi terakhir.

Tentu gara tak menyangka mika akan bersikap manis kepadanya, mungkin karena saat ini ada liora.

Sejenak liora merasa minder dengan paras mika meskipun baju yang dekil dan poni acak-acakan diatas alis tak membuat paras mika jelek, tak heran jika gara menjadikan wanita itu pacarnya.

Namun liora teringat akan suatu kelebihan dirinya dan kekurangan mika, lihat saja tampilan mika sekarang seperti wanita yang tidak mempedulikan penampilan.

"Baju dekil, rambut acak-acakan cuma modal muka cantik doang apa yang dibanggain" cibir liora, tentu ia mengucapkan kalimat itu didalam batinnya.

Perhatian Vivi tak jauh dari liora, melihat raut wajah liora yang berubah drastis saat mika memintanya untuk bertukar posisi.

Batin vivi tertawa kencang karena ia sudah bisa membuat liora merasa iri terhadap mika.

"Ehh ada lio," sapa vivi, pura-pura kaget tapi sebenarnya ia sudah mengetahui bahwa liora menjenguk abangnya.

Dan vivi juga yang memaksa mika agar kembali ke ruang rawat, "Lo kapan kesininya? Terus kakak lo mana? Kok lo datang sendiri?" timpal vivi.

Liora berusaha tetap tenang menjawab pertanyaan beruntun dari vivi, "Baru aja gue sam-" sahutan liora terpotong karena mika mengalihkan pembicaraan.

"Lo mau apel? Oke. Gue kupasin." seru mika di belakang sana.

"Makasih" ucap gara.

"Kakak lo dimana?" tanya vivi kembali mengalihkan perhatian liora yang menonton gara dan mika.

Liora menoleh ke kanan kirinya, "Kak al- kak al" ucap liora terbata-bata.

"Iya dimana?"

"Gue gak tau kak al dimana," jawab liora "semalaman dia gak pulang" jelasnya.

"Temen lagi sakit malah ngilang gak ada kabar" cibir vivi yang langsung mendapat tatapan tajam dari gara.

"Vi..." Panggil gara.

Vivi menoleh, "Apa! Emang bener kan ucapan gue tadi?"

Liora tertunduk diam dalam posisi duduknya, vivi sudah menindasnya harusnya vivi memperlakukan liora seperti vivi memperlakukan mika.

Memang dari dulu vivi sangat tidak menyukai liora, apalagi semenjak gara menanggap liora adalah adik keduanya sudahlah rasa benci vivi bertambah. Menurut vivi, liora dan alex hanya memanfaatkan abangnya saja.

"Ucapan vivi benar. Seharusnya kak al ada disini temenin sahabatnya yang lagi sakit" ucap liora.

Vivi tersenyum penuh kemenangan, "Benar. Vivi memang selalu benar!"


Semoga suka 🤍

SALENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang