𝟐𝟑 - 𝑪𝒂𝒏𝒕𝒊𝒌

121 10 0
                                    

"Baru tau, di Flamboyan ada tempat seindah ini" takjup mika saat pertama kali menginjakkan kaki di lantai gedung tertinggi SMA Flamboyan.

Kursi kayu berjejeran dipinggir, tembok yang diwarnai dengan coretan abstrak, dan terdapat ring basket juga di roftop ini.

Mika sendiri baru mengetahui keberadaan tempat ini, mika tak mengetahui nama tempat ini entah itu atap sekolah atau roftop.

Kaki gadis itu masih melangkah menelusuri sudut-sudut roftop sekolah sampai dirinya berhenti dipembatas, melihat keadaan lapangan dibawah sana cukup ramai sekali.

Tuk-tuk-tuk

Gara memantulkan bola basket kelantai, tangannya masih sibuk mendorong bola oranye itu.

"Mau tanding?" Tantang gara.

Suara pantulan bola dan suara gara, mengalihkan pandangan mika "Gue terlalu jago buat tanding lawan lo!" sahut mika.

Gara melempar bola ke arah mika, tangan mika langsung menangkapnya.

"Buktinya?" Tanya gara masih dengan nada menantang.

Permainan dimulai dengan diawali oleh mika yang mendribble bola basket dahulu, tak lama bola sudah beralih ke tangan gara.

Gara sangat gesit dalam hal merebut bola, matanya fokus pada ring, tangan kanannya terus mendorong bola, kakinya bergerak lincah agar mika tidak merebut bola basket dari kekuasaannya dan dalam sekali lompatan bola meluncur ke bolongan ring yang sudah berkarat itu.

Skor dipimpin oleh gara, sementara mika masih mengejar bola dari kekuasaan gara.

"Lo samasekali gak ijinin gue nyentuh bola!" geram mika dengan nafas yang belum teratur.

Gara memberhentikan gerakannya, "Lo-nya aja yang gak sejago gue," ejek gara.

"Tangkep" melempar bola kearah mika, dan langsung dibawa oleh mika ke hadapan ring.

Gara membiarkan mika bermain basket sendirian, kali ini gara hanya ingin menjadi suporter pacarnya.

Mika bersiap untuk memasukan bola kedalam ring, tubuhnya melompat dan tangan kanannya melempar bola ke arah atas ring.

Tak ingin kehilangan kesempatan berharga, gara segera menyalakan camera HP-nya dan memotret mika yang tengah memasukkan bola ke ring.

Cekrek

"Cantik," celetuk gara sadar tak sadar saat dirinya melihat hasil potretannya.?

"Sepulang sekolah gue harus cuci foto ini." cicit gara, mungkin yang mendengarnya hanya dirinya seorang.

Bola lolos dan jatuh sempurna dari bolongan ring, "Akhirnya masuk jugaaaa," antusias mika.

Mika menghampiri gara yang tengah berdiri memainkan handphone.

"Hey... Liatkan? gue lebih jago dari pada lo!" tegur mika, sambil membanting kasar bola kelantai.

Langit cukup terik siang ini, bermain basket sebentar saja sudah membuat tenggorokan mika menjadi kering.

Mika duduk dilantai, kakinya ia biarkan terlentang lurus cukup melelahkan ditambah perut yang belum terisi sedari pagi.

Netra mika memandang ke langit cerah, matanya menyipit kala ia tak sengaja melihat matahari.

"Heh" hembus mika, tangan kanannya mengelap keringat yang membasahi di jidatnya.

Seulur tangan muncul dihadapannya dengan membawa air mineral, mika melihat orang pemilik tangan itu.

"Minum" ucap gara.

Mika langsung memalingkan wajahnya, "Gak usah pura-pura baik deh"

"Hah? Pura-pura baik?" ulang gara masih tak mengerti, "kalau gue pura-pura baik. Ngapain gue sedia jadi sandaran lo semalem, terus kenapa juga gue anterin lo pulang dengan selamat sampai rumah?"

Mika mendongak ke atas tepatnya pada gara yang berdiri dipinggangnya, "Lupain kejadian itu, jijik gue ingetnya"

Gara ikut duduk disamping mika, tangan kekarnya berusaha untuk membuka botol air mineral.

"Minum. Gue tau lo haus" printah gara kembali menyodorkan botol mineral.

Antara terpaksa dan tidak tepaksa mika mengambil air minum itu dan menegaknya dengan cepat, ia tidak bisa berbohong bahwa gara benar saat ini dirinya sedang kehausan.

Glek-glek-glek.

Setelah merasa cukup mika kembali menyerahkan botol itu kepada gara.

"Thanks." ucap mika, sembari menyerahkan botol mineral itu dan gara menerimanya.

Gara hendak menumpahkan air kedalam mulutnya, baru saja bibirnya hampir menyentuh botol mineral tangan mika langsung mencegahnya.

"E-ehh, lo jangan minum minuman ini!!!" larang mika, terpaksa gara gagal untuk minum.

Gara menjauhkan botol mineral dari dirinya, "Emang air minumnya ada apanya?" tanya gara.

"Gak ada apa-apanya. T-tapi itu bekas gue" balas mika jari telunjuknya menunjukkan kepada bibir mungilnya sendiri.

"Gitu. Gak masalah bekas pacar sendiri," gara langsung menegak air mineral dengan sekali tegakan air kemasan botol itu tersisa hanya setengah botol.

"Ah... Segar" hembus gara.

"Udah gue bilang jangan diminum!" cecar mika.

Gara memandangi botol kemasan air mineral dengan polosnya, "Enak. Kayak ada manis-manisnya"

Gara menutup botol mineral lalu menaruhnya disamping, "Gimana keadaan papa?" tanya gara.

"Apa, papa? Itu papa gue bukan papa lo!" tandas mika.

"Calon mertua gue" celetuk gara.

"Keadaannya mulai membaik," jawab mika "tapi inget ya! Papa gue bukan mertua lo." koreksi mika.

"Hm. bagus semakin membaik semakin cepat ketemu calon mertu-"

Bugh

Gara refleks memegangi perutnya, "Makanya jangan cari masalah!" tandas mika.

Pukulan jatuh diperut gara, mika memukul gara dengan mulusnya bisa membuat gara merintih kesakitan.

"Rghh... Pacar gue cantik tapi galak" racau gara.

"Gue sadar kalau gue itu cantik" balas mika penuh percaya diri.

"Justru lo cantik karena jadi pacar gue," ucap gara.

Mika merasakan semua anggota badannya menjadi kaku, kulit yang tadinya kegerahan karena sinar matahari sekarang menjadi dingin, jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya.

Mika masih bertanya-tanya kepada batunnya, "Gue kenapa sih?" Batin mika.

Gara menatap wajah mika yang mulai kemerah-merahan, "Muka lo merah" celetuk gara.

Mika memalingkan wajahnya pada pemandangan lain "Mungkin karena panas matahari" jawab mika berusaha tenang.

Gara tidak boleh mengetahui bahwa mika sedang merasakan efek yang terjadi karena ucapannya.






Semoga suka.

Salam,

Alen

SALENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang