𝟏.𝟎 𝑲𝒆𝒅𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒂𝒏𝒊𝒃𝒂𝒍

198 14 2
                                    

Keesokan harinya mika sudah berada di kelas, menatap selembar kertas yang berisi soal-soal angka yang harus ia jawab.

Otak keringnya berasap saat cika dengan tegasnya menjelaskan salah satu soal matematika.

Sudah yang keberapa kalinya cika menjelaskan, tapi otak bodoh mika tetap tidak menerima.

Kali ini cika sudah menyerah dengan tingkat kebodohan teman sebangkunya, cika ragu dengan mika yang bisa masuk jurusan IPA.

Apa mika mempunyai orang dalam?

"Y dan X itu huruf mana ada nilainya" mika mengacak-acak rambutnya dengan frustasi, matematika memang sulit dimengerti untuknya.

Cika benar-benar sudah menyerah ini adalah materi kelas 10 yang diulang kembali, masa mika masih belum paham.

Ingin rasanya cika meminjamkan kacamata minusnya kepada mika agar gadis bodoh itu menjadi cerdas seketika.

"Apa perlu gue pinjamkan kacamata gue, biar lu paham soal-soal ini?" Ucap cika, kesabarannya sudah diambang batas.

Manik mata mika berbinar "bole-bole siapa tahu gue bisa ketularan pinter"

Bukannya ketularan pinter malah cika yang ketularan bodoh.

***

"Oh, yaudah mandi dulu sana. Terus makan" sahut supir angkot pada benda yang ia pegang.

Diangkot mika tidak bisa berhenti membatin saat supir angkot menyetir sambil telponan, bukankah hal itu bahaya.

"Pasti itu supir selingkuh deh" tuding mika, pastinya ia mengucapkan kalimat itu hanya didalam hatinya.

Ia mendengar suara wanita dari handphone supir angkot mereka saling bersautan terlebih lagi saat pak supir menyaut ucapan wanita dari sebrang sana dengan halus bak anak muda sedang dimabuk cinta.

"Semoga bapak gue nggak gitu" ucap batin mika kembali.

Mika segera menyadarkan dirinya saat ia terlanjur menuduh orang yang tidak dikenalnya "astagfirullah, gue julid sekali"

Semenjak mika kelas 12 ia berangkat atau pulang sekolah menggunakan transportasi umum, Bu Laras melarangnya membawa motor saat tetangga menggosipkan mika yang membawa motor layaknya sedang kesetanan.

"Kiri" ucap mika, angkot yang ditumpanginya perlahan berhenti.

Kakinya turun dari angkot dan tak lupa ia membayar ongkos kepada supir.

Saat ini mika belum sampai di rumahnya, ia harus berjalan kaki sedikit lagi baru sampai di komplek perumahannya.

***

Dari teras, rumah itu terlihat sepi karena sang mama sudah berangkat menuju Singapore ia membuka pintu rumah.

Pintu rumah tidak terkunci sedangkan kunci rumah ada dimika dan mamanya.
Apakah mamanya tidak jadi menyusul papa ke Singapore?

Mika langsung membuka pintu, hal yang pertama mika lihat adalah seorang wanita remaja tengah duduk disofa sembari memainkan handphone.

Mika mengenal wanita itu, ia adalah sasya sepupunya. Yang mika tanyakan mengapa sasya berada di rumahnya?

Sasya segera bangun dari duduknya ketika ia melihat anak tantenya itu sudah berdiri diambang pintu.

Netra sasya melihat penampilan mika dari ujung kaki sampai ujung kepala, ternyata tidak ada perubahan dalam penampilan mika sejak kecil sampai remaja penampilannya seperti cewek yang tidak setuju dilahirkan menjadi cewek dan berakhir menjadi cewek tomboy.

SALENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang