Seperti biasanya pulang sekolah mika mampir ke cafe, suasana cafe begitu ramai maklumlah sekarang jamnya para pelajar dan para pekerja pulang.
Mika menopangkan kedua pipi chubbynya ditelapak tangannya, Dafa heran dengan mika yang kemarin ceria, sumirangah, gembira, riang, namun melihat wajahnya sekarang saja sudah seperti keset toilet umum.
Pria dengan apron yang melekat ditubuhnya itu menghampiri Mika "gimana sekolah hari ini?"
"Ya gitu" jawaban yang ekonomis dari mika.
Dafa sudah hafal dengan sifat mika, jika seperti ini tandanya mika sedang bad mood.
"Gitu gimana?"
"Gak ada yang berubah." Jawab mika.
"Muka lo itu udah kusut jangan dibikin jadi tambah kusut kek keset toilet umum" ucapan Dafa membuat mika tertampar.
Mika mendesis sebal "terserah gue muka muka gue, mau kayak keset toilet kayak ubin masjid kek" mika sudah murka.
Dafa hanya geleng-geleng kepala pelan "gue ajarin bikin kopi mau?"
Mika menidurkan kepalanya dimeja yang beralaskan tangannya "gue lagi sebel lagi bad mood"
Sudut bibir Dafa terangkat menjadikan sebuah senyuman "kalau bikin kopi tuh bisa hilangin perasaan kesal kita" ucap Dafa meyakinkan.
"Tapi gue males"
Tanpa persetujuan dari Mika, Dafa langsung menarik tubuh mika agar cewek itu berdiri
"Cafe lagi rame daf"
"Alasan mulu ayo ikut gue" perintah dafa, mika mengikuti arah langkah Dafa dengan gontai.
Dafa mengajarkan mika dengan sabar meskipun mika hampir putus asa dan akhirnya setelah lama meracik kopi, secangkir Americano sudah tersaji dengan susah payah mika membuatnya sampai mulutnya tak berhenti mengumpat.
"Taraa Satu cangkir Americano buatan Mikaely sudah jadi" seru mika ditangannya sudah ada secangkir kopi.
"Saatnya gue coba," ucap mika "mari kita minum"
Seteguk kopi mengalir dari tenggorokan mika, "uhh, gue gak nyangka kopi buatan gue bisa seenak ini" ucap mika takjub.
"Siapa dulu yang ajarin" balas Dafa membanggakan dirinya.
Mika menyodorkan kopi buatannya kepada Dafa "cobain"
Dafa mengambil kopi itu dan meneguknya, memang benar rasanya enak hanya saja tampilannya yang kurang "enak"
"Gue berencana mau beli mesin kopi" ucap mika, gadis itu baru saja bisa membuat kopi sudah mau membeli mesinnya.
"Buat apa?"
"Fungsinya buat apa? Ya buat bikin kopilah" jawab mika.
Setelah itu tidak ada suara lagi diantara mereka berdua.
"Mulai besok gue gak kerja di cafe ini" ucap Dafa, mika yang mendengarnya pun mendongak menatap pria tinggi itu.
"Kok? lo dipecat"
Dafa bergeleng "bokap minta gue untuk tinggal bareng," ungkap Dafa "hari ini terakhir gue kerja disini"
Awalnya mika kecewa namun setelah mengetahui alasannya yasudah selagi itu tak membuat Dafa tertekan, ia akhirnya mendukung Dafa.
"Oh" mika tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
"Gue antar lo pulang" ucap Dafa.
"Lo kan sibuk harus kemasin barang-barang"
"Tenang aja barang-barang gue sudah selesai dikemas" balas dafa.
"Okay tumpangan geratis sore ini"
***
Gara memasuki rumahnya, rumah yang bisa terbilang cukup besar untuk dua orang yang tinggal di rumah itu dan satu ART.Seekor kucing berwarna kuning menghampiri gara.
"Meong ... meong...." Kucing itu menghampiri tuannya.
Gara yang baru pulang dari basecamp dengan keadaan seragam sekolah yang tampak acak-acakan, baju yang keluar dan tidak memakai dasi. tangannya langsung membopang kucing itu.
Gara memasuki kamar bersama si kucing ia melempar tasnya sembarang arah lalu duduk dibangku, kucing itu ia taruh diatas meja belajarnya.
Gara melihat tampilan kucing adiknya dari ujung kepala sampai ujung kaki "makin cetar aja penampilan lu" ucap gara, memang kucing ini berbeda dengan kucing lainnya lihat saja penampilannya saat ini sungguh menakjubkan.
Tangan kekarnya mengelus-elus kepala kucing "sekarang gue sudah bebas dari masa jomblo" ucap gara.
Pria bermata elang itu memang selalu mencurahkan isi hatinya kepada si kucing, seakan akan menjadi pendengar yang baik kucing itu hanya membalas dengan "meong ... meong...."
"KETI LO DIMANA" suara cempreng dari luar kamar terdengar sampai kedalam kamar gara, suara siapa lagi kalau bukan Vivi.
"Apa si keti ngapel ke kucing tetangga sebelah lagi?" Vivi masih mencari kucingnya.
Tok-tok-tok
"Bang ada keti nggak?" Suara vivi dari balik pintu.
"Ada" jawab gara, tak lama pintu terbuka.
Siapa itu sosok keti? Keti adalah kucing vivi, entahlah kenapa namanya keti hanya gara dan vivi yang mengetahuinya.
Vivi menghampiri gara, lalu mengambil keti "kalau curhat ke orang jangan ke kucing," ucap vivi "kalau kucing gue ketularan gila kayak lo gimana?"
Gara heran dari mana vivi tahu gara sering curhat kepada keti, apa keti laporan ke tuan ratunya?
Gara tak menggubris ucapan vivi, vivi membawa keti ke luar dari kamar gara "nanti malam kita skincarean" ucap vivi pada keti, gara menatap punggung vivi yang mulai enyah dari pandangannya.
Ternyata adiknya juga sama saja sering berbicara dengan binatang.
Hallo jangan lupa untuk votmennya, follow juga dan rekomendasikan SALENDRA kepada teman-teman, keluarga, pacar juga boleh
Pantengin spoiler SALENDRA diinstagram aku alnf0_
Terimakasih.Salam,
-gara ganteng
-keti cetar
Dan author Alen
KAMU SEDANG MEMBACA
SALENDRA
Novela Juvenil"𝐌𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐦𝐚𝐚𝐟 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐠𝐮𝐞 𝐜𝐢𝐮𝐦?" 𝐀𝐥𝐠𝐚𝐫𝐚 𝐒𝐚𝐥𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚. Kata orang cowok geng motor itu keren, katanya badboy itu ganteng... tapi ucapan itu tak berlaku bagi seorang Algara salendra ketua dari geng Dangersky. Mempunyai wajah y...