𝟑𝟏- 𝑨𝒏𝒈𝒈𝒖𝒓

94 7 0
                                    

Netra tajam gara mengarah pada adiknya, "Vivi!"

Vivi menelan salivanya, "Oke." pungkasnya memutuskan duduk disofa daripada ia harus dimarahi abangnya didepan liora.

"Olimpiade lo gimana?" tanya gara, alih-alih meredakan suasana.

"Lancar, tadi baru simulasi"

Mika sendiri sudah mengenal liora, secara liora adalah siswi kelas 11 terpintar dan selain berkat kepintarannya paras cantiknya juga yang membuat anak itu dikenali oleh seangkatan ataupun kakak kelas dan adik kelas.

Liora menjadi primadona di SMA Flamboyan setelah gara, tak heran jika mika mengenalinya.

Teman sekelas mika contohnya, di kelas 12 IPA 1 banyak yang menyukai liora dan mengidam-idamkan liora menjadi pacar mereka. Entah itu adik kelas, kakak kelas ataupun seangkatan.

Namun baru kali ini mika menghirup udara satu ruangan dengan liora, tepatnya perempuan yang lebih pendek darinya itu duduk disamping kanannya.

Tak terbiasa bagi mika untuk bersikap manis kepada seseorang apalagi orang itu adalah gara, tak apa kali ini mika akan melakukannya agar liora tak tahan dengan keadaan ini.

"Woy?" panggil mika.

Yang dipanggil pun menoleh kesumber suara, "Apa?"

Binar mata mika mengarah pada buah bulat kecil berwarna hijau, "Gue mau anggur" ucapnya.

Gara melihat buah yang mika sebutkan, "Ambil aja. Kalau perlu bawa semuanya" cetus gara.

Liora menatap bingkisan buah yang ia bawa dengan raut kesal, mungkin vivi dan mika sudah mengetahui bahwa liora kesal dan tak suka dengan ucapan mika yang meminta buah-buah pemberiannya.

Buah-buahan itu pemberian dari liora, tetapi gara seenaknya memberikan kepada mika.

Berusaha untuk tetap tenang, liroa melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya.

Liora berdiri dari duduknya, "Aku harus pulang" ucap liora.

Vivi yang sedari tadi memilih diam, ia langsung membuka suara kembali, "Mau kemana?" tanya vivi yang masih duduk disofa, "cepet banget" celetuknya.

"Ah... Besok olimpiade dimulai jadi gue harus belajar" jawab liora.

Vivi mengangguk, "Ohh."

"Kak gara, cepat sembuh" ucap liora.

Gara menoleh kepada wanita yang kini sudah berdiri, "Makasih, lancar untuk olimpiade." sahut gara.

"Pasti kak! Aku pulang. Salam buat om dan tante" pamit liora, sedikit tergesa-gesa karena ia sudah tak tahan melihat wajah mika.

Liora melangkah dan membuka pintu, "Bye-bye" ucap mika.

Pintu tertutup, sementara setelah kepergian liora dari ruang rawat seketika vivi menjadi antusias penuh kegirangan.

Wanita itu berdiri dari sofanya, "Yeyyy!! Kak, kita berhasil!!!" Seru vivi.

Mika menatap balik vivi dengan raut wajah yang tak kalah bahagia seperti vivi, "Lucu banget hahahaha"

Vivi menghampiri mika kemudian memeluk mika, perempuan yang sekarang menjadi pacar abangnya ini sudah ia anggap sebagai kakak perempuannya.

Mika tersentak karena vivi tiba-tiba mendekapnya dengan erat, "Makasih kak! Lo udah mau jadi pacar abang gue dan bikin si liora itu gak bisa dekatin bang gara lagi!"

Tangan mika menepuk-nepuk pelan punggung vivi, "Sama-sama." Ucap mika, melepaskan dirinya dari pelukan vivi.

"Ehem...,"
"Jadi adek vivi sudah memberi lampu hijau?" Tanya gara.






Semoga suka 🤍

SALENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang