Sesuai perintah Pak karyo saat istirahat tiba gara pergi ke ruang lab, disana sudah banyak siswa-siswi dari jurusan IPA.
Meskipun Gara anaknya nakal, suka tauran dan tidak taat pada tata tertib sekolah jangan dianggap badboy!
Saat kelas 11 gara mengikuti olimpiade fisika dan hasilnya menguasakan, ia membawa nama SMA Flamboyan sebagai juara 1 olimpiade fisika tingkat Nasional.
"Jadi saya kumpulkan kalian disini gunanya untuk membahas olimpiade yang akan dilaksanakan oleh adik kelas kalian," ucap pak karyo "saya mohon bantuan kalian sebagai senior untuk membimbing para adik kelas dalam mengisi soal latihan atau baik pelaksanaan kegiatan."
Semuanya mengangguk kecuali pria dengan seragam yang sudah keluar dari gespernya, netranya hanya fokus pada satu titik seolah tahu para adik kelas tengah memandangnya dan menaruh harapan bisa dibimbing oleh gara.
"Itu saja yang saya sampaikan, kalian semua PAHAM?"
"PAHAM" jawab semua serempak.
"Silahkan istirahat"
Siswa-siswi berhamburan keluar lab termasuk gara.
"Kak gara" panggil wanita dari belakang.
Gara sudah mengetahui suara itu, siapa lagi kalau bukan liora "iya?"
"Kapan kak gara ajarin aku?" tanya liora, belum apa-apa dia sudah menyakan hal itu.
"Mulai senin besok"
"Kenapa gak sekarang?" tanyanya lagi seolah ia ingin gara mengajarkannya saat ini juga.
"Gue laper." jawab gara, lalu meninggalkan liora yang masih mematung dihadapannya.
***
Ucapan gara pada liora tidak bohong, memang saat ini dirinya sedang laper buktinya saja sekarang gara sedang di kantin ditemani sepiring siomay dan secangkir es teh.
Hampir setengah piring siomay habis namun aktivitas perutnya terhenti ketika matanya tak sengaja menemukan keberadaan mika, sang pacar yang sedang memesan makanan diujung sana.
Gara hampir melupakannya karena akhir-akhir ini ia disibukkan dengan urusan dangersky.
Tanpa berpikir lama gara segera bangkit dari duduknya lalu pergi menuju meja mika.
Gara berdiri mematung didepan dua siswi yang sedang duduk, cika yang mengerti dengan maksud gara ia langsung pindah tempat duduk dan membiarkan sahabatnya berduaan dengan sang pacar.
Mika yang sadar melihat cika ingin beranjak pindah sentak ia bertanya, "Mau kemana?"
"Gue kesana dulu" pamit cika, lalu menjauh dari dua insan.
Sepeninggalnya cika bangku di samping mika kosong lantas gara menduduki dibangku itu.
Mika tetap menghiraukan kehadiran gara, ia memilih melanjutkan aktivitas makanannya dengan lahap agar pria disampingnya itu ilfeel dengannya.
Dua sendok sambel mika tumpahkan pada mangkuk baksonya, namun tangan kekar seseorang yang menghentikan pergerakannya.
"Jangan banyak-banyak" larang gara.
Mika mendongak ke arah sampingnya tepatnya kepada gara, pria yang sedari tadi duduk disampingnya.
"Lo gak ada hak untuk larang-larang gue." ucap mika, lalu mengambil sesendok sambel lagi.
Gara dengan cepat langsung menjauhkan mangkuk sambel agar mika tidak memakai sambel berlebihan.
"Jelas! Karena gue pacar lo"
"Sampai kapanpun gue gak akan dan gak mau jadi pacar lo" tegas mika.
Gara terkekeh pelan "sayang pacar gue"
Tunggu! Apa kata gara? Sayang! Sumpah demi kentut, gara adalah laki-laki pertama yang mengucapkan kalimat itu kepada mika.
"Gue gak ngerti bahasa buaya!" ucap mika, kembali memasukan sebutir bakso ke mulutnya.
"Buaya mah adanya di kawah, di ragunan juga ada" balas gara.
Mika menahan emosi dalam kepalanya, ia menghentakkan garpu pada meja sampai berbunyi sebagai pelampiasan kemarahannya.
Gubrak
"Gak usah jauh-jauh ke ragunan atau ke kawah! dipinggir gue juga udah ada buaya!" beber mika dengan nada tinggi.
Orang-orang di kantin beralih menatap kearah mereka berdua.
Gara menengok ke kanan kirinya, netranya tak melihat ada buaya tapi hanya ada manusia-manusia yang kelaparan.
"Mana buayanya?," tanya gara, kepalanya masih celingukan "berani-beraninya gangguin pacarnya pawang buaya"
"Berisik, mulut lo bau siomay." pungkas mika asal, untuk berhenti mengalihkan perhatian sekitar kantin.
"Tau aja gue baru makan siomay," balas gara.
Sementara itu mika tak menggubris ucapan gara, tujuannya kali ini hanya menghabiskan makanannya lalu pergi ke kelas agar tak berlama-lama di kantin. Bisa-bisa gara terus mengganggunya.
"Miki, lihat babang gara dong," ucap gara, sedangkan yang dipanggil tak juga menoleh.
"Miki hey,"
"Miki pacal gue" seru gara.
Mika memakan bakso terakhirnya lalu ia menyeruput es teh dengan cepat.
Setelah makanannya habis gadis tomboy itu beranjak dari duduknya ia mulai melangkah, namun langkahnya terhenti.
"NENG MAU KEMANA? BAKSO SAMA ES TEHNYA BELUM DIBAYAR" ucap Bu kantin.
Detik itu juga mika sadar bahwa ia belum membayar makanan yang dipesannya.
"Bego banget" gerutu batin mika.
"Gak usah bayar," ucap gara yang masih duduk dibangku "gue bayar"
"Baguslah" balas mika, dan melanjutkan langkahnya yang terhenti.
Baru saja kakinya ingin meneruskan langkahnya namun langkah itu harus terhenti lagi, kali ini bukan karena ibu kantin yang menagih tapi karena pria yang sedari tadi duduk di bangku.
Lagi-lagi tangan kekar gara mencengkeram erat pergelangan mika.
"Mau apa sih lo?!" tanya mika tanpa basa-basi.
"Pulang bareng gue" jawab gara, tangannya masih memegang pergelangan mika.
"Gak."
"Gue tunggu di gerbang," ucap gara dengan sepihak "oke?"
"Gue bilang gak mau, yah gak mau!" tegas mika.
"Gue bilang mau, ya harus mau!" balas gara mengulang kalimat andalan mika.
Mendengar ucapannya diulang kembali oleh gara, ia langsung menyingkirkan tangan kekar gara yang masih berpegangan dipergelangannya.
"Dasar plagiat!" cemooh mika, ia langsung meninggalkan gara yang masih duduk ganteng diwarung kantin dengan frustasi.
Gara menatap punggung mika yang sedikit demi sedikit mulai enyah dari pengelihatannya.
"Gue akan buat lo jatuh cinta ke gue"
SEMOGA SUKA 🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
SALENDRA
Novela Juvenil"𝐌𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐦𝐚𝐚𝐟 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐠𝐮𝐞 𝐜𝐢𝐮𝐦?" 𝐀𝐥𝐠𝐚𝐫𝐚 𝐒𝐚𝐥𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚. Kata orang cowok geng motor itu keren, katanya badboy itu ganteng... tapi ucapan itu tak berlaku bagi seorang Algara salendra ketua dari geng Dangersky. Mempunyai wajah y...