XVII. Dream

338 41 8
                                    

Happy Reading

.

.

.

Tidak biasanya Sakura terlihat gelisah. Sepertinya gadis itu sedang mecemaskan sesuatu. Sedari tadi bertingkah aneh seperti saat baru masuk, Sakura terlihat seperti sedang mencari-cari sesuatu walaupun tetap mengerjakan aktivitasnya namun dengan fokus yang terbagi dua.

Tak..

Gadis itu menjatuhkan pulpennya ke lantai sampai benda itu menggelinding ke kolong tempat tidurnya. Lagi, Sakura memerlukan waktu yang terbilang lebih hanya untuk mengambil benda silindris itu. Sasuke tebak gadis itu sedang mencari sesuatu lagi.

Tangannya mengarah pada bagian bawah samping ranjang yang terletak tepat di atas kepala Sakura lalu menempelkannya di sana untuk menghindari kemungkinan kepala gadis itu akan terantuk benda keras nantinya saat ia berdiri.

"Kau sedang mencari sesuatu?"

Sakura mengangguk cepat "Iya, apa kau melihat kalung ku?"

Sasuke diam sejenak, sebelum menjawab "Tidak"

Sakura lesu seketika, "Begitu ya.. Hah, dimana benda itu" Gumamnya lirih.

Tidak ada percakapan lagi di antara mereka, selain Sasuke yang memang tidak bisa mencari bahan obrolan Sakura juga sedang sibuk dengan barangnya yang hilang.

"Sampai kapan aku akan mengenakan benda ini?" Tanya Sasuke tiba-tiba mengalihkan perhatian, Sakura melihat Sasuke yang melirik ke arah gipsnya.

"Sekitar satu sampai dua bulan"

Sasuke menghela nafasnya pelan, itu waktu yang cukup lama.

"Hhmmm... Kalau begitu, sampai nanti. Senang melihat mu membaik" Ucap Sakura dengan acungan jempolnya sambil melangkah keluar. Namun sebelum menggenggam gagang pintu, Sakura melanjutkan ucapannya yang terlupa. "Oh ya sekedar informasi, kau sudah bisa keluar rumah sakit dua hari lagi" Katanya sambil tersenyum senang lalu segera keluar.

Sakuke termenung, ini kabar yang baik atau bisa dibilang juga tidak terlalu baik. Yaa ia akan kembali bekerja seperti biasa walupun kali ini untuk sementara waktu harus mengenakan benda putih dan keras yang membalut tangannya. Namun selain itu, artinya ia harus berjauhan sedangkan sekarang saja hubungannya setidaknya kata akrab itu belum bisa dibilang. Sasuke merutuki dirinya yang tidak bisa akrab dengan mudah, ini terlalu sulit baginya.

Sedangkan di lain tempat Sakura mondar mandir gelisah memikirkan kalungnya yang hilang. Apa sebaiknya ia menelfon Naruto dan mengatakan sejujurnya? Oh sepertinya itu pilihan yang sangat buruk. Sakura melihat jelas bagaimana ekspresi sahabatnya saat memberikan kalung itu dan tentu saja ia tidak mau membuat Naruto kecewa.

"Dasar Sakura.. kenapa kau benar-benar bodoh" Gerutunya frustasi. Merutuki dirinya sendiri yang bahkan tidak bisa menjaga pemberian seseorang, lagi pula ini benar-benar di luar dugaannya. Mengapa benda itu bisa hilang secara tiba-tiba, bahkan baru beberapa hari ia pakai.

Tidak sampai lima menit setelahnya ponselnya berbunyi dan tertera nama Naruto disana. Bagus, kegelisahannya saja belum hilang. Sakura menghirup udara di sekitarnya dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang