XXV. That smile..

266 37 2
                                    

Happy Reading

.

.

.

Sulit dipercaya, ia benar-benar melakukan apa yang Kakashi katakan. Sejujurnya hubungannya dengan pria berambut perak itu cukup dekat, pada awalnya Kakashi adalah orang kepercayaan ayahnya. Sejak ia menduduki bangku sekolah menengah atas, Kakashi sudah bekerja di perusahaan keluarganya.

Ia sama sekali tidak berfikir mereka akan akrab, apalagi kepribadian mereka yang sama-sama dingin dan tertutup. Namun siapa sangka, suruhan ayahnya yang membuat Kakashi menjadi sekretaris nya membuat mereka menjadi rekan yang baik. Entahlah itu menurutnya, mungkin karena ia memang suka dengan cara maupun hasil kerja Kakashi.

Pria itu cukup berani padanya yang kalau secara profesional tentu saja Sasuke adalah atasan dan Kakashi bawahannya. Usia mereka bahkan terpaut cukup jauh namun Sasuke merasa tidak masalah dengan perilaku Kakashi yang seolah menganggapnya sebagai teman. Tidak ada yang namanya cari muka atau semacamnya.

Sekarang ia berada di sebuah panti asuhan, ini baru pertama kali seumur hidupnya ia berkunjung ke tempat seperti ini. Yah, di sini banyak anak-anak.. tentu saja.

Sasuke hanya datang sendiri, ini benar-benar sesuai niatnya yang ingin mencoba dan tambahan saran dari Kakashi juga. Yang ada di dalam benaknya tentang panti asuhan ternyata sangat bertolak belakang dengan yang sebenarnya. Ia pikir tempat ini akan seperti dipenuhi oleh anak-anak nakal dan cengeng yang ditinggalkan oleh orang tua mereka serta penjaga panti yang stress karena penuh tekanan plus harus mencari pemasukan untuk menghidupi mereka.

Ternyata tidak buruk juga, kurang lebih seperti asrama dengan sedikit tempat bermain sederhana. Cukup nyaman dan hangat. Anak-anak di sini terlihat ceria.

Sasuke masih mengitari sekeliling panti dengan seksama, ia berjalan melewati lorong arah keluar taman. Di sana terpajang beberapa bingkai foto mereka.

Tiba-tiba seorang anak kecil menabrak dirinya. Sasuke masih tetap berdiri sedangkan anak laki-laki itu sudah terduduk di depannya.

"Apa kau terluka?"

Anak itu langsung membuka matanya dan menatap Sasuke. "Ya"

Akhirnya Sasuke mengulurkan tangannya untuk membantu anak tersebut berdiri kembali. Walau awalnya terlihat ragu namun anak itu menerima uluran tangannya.

Tidak lama kemudian Sasuke sedikit terkaget karena anak itu memberikan sebuah sapu tangan padanya.

"Untuk apa?"

"Kau tidak ingin mengelap tangan mu?"

Sasuke terdiam sesaat.

"Aku pernah melihat mu di televisi, kau pasti orang penting. Bukankah begitu? Dulu ada pria seperti mu yang datang kesini, dia juga terlihat keren mengenakan jas seperti mu. Dia membawa banyak orang dengan camera dan memberikan sumbangan untuk tempat ini walaupun kedatangannya terlalu berlebihan namun kami senang dengan apa yang beliau berikan. Huh, pria itu selalu didampingi oleh orang botak yang seperti menjaganya entah dari apa, sampai saat aku ingin mencoba menyentuhnya dan berhasil. Dia terlihat jijik dan langsung mengambil sapu tangan di dalam jas nya dan mengelap tangannya seperti ini lalu bawahannya menepiskan tangan ku"

Baiklah Sasuke paham sekarang. Perbedaan kelas sosial.

"Yasudah kalau kau tidak mau, di sebalah sana ada wastafel. Mungkin kau bisa menggunakannya" Ucapnya lalu berlalu ingin pergi sebelum Sasuke menahannya.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang