III. Weird Feeling

750 84 64
                                    

ooOoo

Happy Reading

.

.

.

Pagi yang cerah secerah hati sang tuan muda Uzumaki. Kejadian tadi malam membuatnya berbunga-bunga pagi ini, mungkin hingga kedepannya.

Sang supir setianya membukakan pintu mobil mewahnya, setelah masuk mobil pun melaju dengan sangat cepat. Kenapa cepat? Karena telat!!! Dengan wajah santainya tanpa dosa ia barangkat ke sekolah, beda dengan supirnya yang sudah panik setengah mati.

Naruto bilek: Santai broo, udah biasa... Nyehehehe~

Di saat semua orang sudah mulai pembelajaran di kelasnya tepat jam 8, ia malah baru berangkat tak lupa dengan headset mahal terbarunya yang memberikan musik penuh semangat penunjang hari. Terlalu santai karna rumahnya lumayan dekat dengan sekokah. Sultan mah bebas~

Sesampainya di sekolah...

"Aw aaww... Sakit Sakura-chan" Keluhnya merasa telinga berkedut karna jeweran maut teman sebangkunya.

"Kau telat!!! Shannaroo!"

"Maaf-ttebayo"

"Jangan diulangi lagi!"

"Hehehe baiklah"

Masa-masa primary school mereka terbilang menyenangkan. Dari awal sekolah dasar hingga akhirnya mereka lulus Naruto dan Sakura begitu dekat. Keduanya mengubah status teman biasa mereka menjadi sepasang sahabat.

Ditambah lagi dengan ekstrakulikuler mereka yang sama, rumah berhadapan, selalu duduk sebangku, bahkan selalu pulang bersama. Seperti sekarang ini, tak terasa mereka sudah menginjak bangku junior high school.

.

.

.

Kring... kring.. kring

"Sakura-chan!! Ayo cepat!!"

"Sekedar mengingatkan, itu sepedah ku!! Dan kau tak berhak memerintah Naruto"

Mereka sudah berada di depan gerbang sekolah megah itu. Naruto menaiki sepedah yang biasanya Sakura pakai untuk berangkat dan pulang sekolah, sepedah berwarna beige dengan keranjang hitam di depannya tak lupa tempat duduk di belakang untuk menggonceng.

Waktu sudah menunjukkan sore hari pertanda untuk pulang. Seperti yang sedang mereka lakukan, bersiap untuk pulang.

"Ya ya aku tau, dan seperti biasa aku akan menjemput mu"

Benar, pulang bersama adalah suatu hal yang lumrah bagi mereka. Bagi Naruto tepatnya, ia bahkan sampai menyuruh supirnya untuk pulang dan lebih memilih untuk pulang bersama Sakura menggunakan sepedah. Itu selalu terjadi sampai mereka menduduki bangku sekolah menengah.

"Beli lah sepedah mu sendiri bodoh" Sakura geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya, sudah bertahun-tahun dan tidak ada yang berubah sama sekali. Tau gitu ia minta ayahnya membeli sepedah tanpa tempat menggonceng saja, hah apa boleh buat namanya juga hadiah.

Kadang ia heran, orang kelewat kaya seperti Naruto sesusah itukah membeli sepedah? Sakura yakin dengan membeli itu tidak langsung membuatnya miskin kan? Ini Naruto memang pelit atau ingin modus sebenernya?

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang