Heyooow
Alkhasha datang lagiii. Cepet kan, soalnya aku seneng banget liat antusias dan baca komen kalian di part kemaren, bikin aku semangat nulis🦥
Hepi membaca yaa
____________________________________
"Alesha...."
Langkah Alesha yang hendak masuk ke kamar sontak terhenti ketika mendengar suara tegas Papanya memanggil. Alesha menoleh ke arah Nugraha, lantas menghampiri setelah Nugraha menginteruksi dirinya untuk mendekat.
"Kenapa, Pa?"tanya Alesha dengan raut wajah lelah.
"Drama apa yang kamu lakukan tadi di depan rumah? Membela mantan pacar di depan suami sah, apa itu pantas?"tanya Nugraha dengan ketus.
Alesha mendesah lelah kemudian menghempaskan tubuhnya ke sofa "Bukan ngebelain, tapi Zian emang gak salah, Pa. Dia cuman nolongin aku, tapi Alkhanya aja yang berlebihan."
"Berlebihan apanya? Papa kalo jadi Alkha, sudah habis juga mantan pacarmu itu Papa injek batang lehernya."
"Pa....." lagi-lagi Alesha menghela nafas lelah "Zian itu bener-bener cuman bantuin aku. Tadi pas keluar dari apartemen Alkha, aku gak sengaja ketemu Zian, terus dia ngasih tumpangan pulang ke aku, gitu doang."
"Kenapa gak bawa kendaraan sendiri? Ajudan Papa ada, supir Mamamu ada, Papa pun bisa kalo cuman nganter kamu ke apartemen Alkha,"timpal Nugraha.
"Aku juga awalnya gak ada niatan pengen ke sana, Pa. Secara impulsif aja aku nyebutin alamat apartemen Alkha ke supir taksi yang aku tumpangi." Alesha menjelaskan membuat Sarah yang sedari tadi diam menyimak perdebatan suami dan anaknya itu, tersenyum penuh arti.
"Itu tandanya hati kamu inget di mana rumah tempatnya berpulang,"sahut Sarah sontak membuat Alesha menatapnya.
Nugraha mendengkus "Gak ada rumah-rumahan. Alkha udah terlanjur capek sama sikap Alesha."
"Papa..." Sarah menegur suaminya dengan pelan setelah melihat raut wajah Alesha yang berubah menjadi suram.
Nugraha menghela nafas "Papa tu ngejodohin kamu sama Alkha, bukan cuman semata-mata karena tradisi yang biasa terjadi di lingkungan kita. Tapi Papa memang bener-bener memperhitungkan kelayakan Alkha untuk mendampingi kamu. Bukan cuman prestasi dia, tapi juga kehidupan pribadi dia yang gak neko-neko." Nugraha menjeda ucapannya, menyalakan cerutu, kemudian menyesapnya sekali, lalu melanjutkan "Di saat anak muda lainnya senang-senang menikmati harta orang tua, dia justru fokus sama study dan mengembangkan bisnis. Gak pernah Papa dengar dia keluyuran gak jelas dan main perempuan, padahal dia sangat mampu melakukan itu dengan background keluarganya."
Alesha menunduk, mendengarkan dengan seksama penjelasan sang Papa. Bukan tanpa alasan Nugraha akhirnya membeberkan alasannya menjodohkan Alesha dengan Alkha. Nugraha cuman tidak ingin kalau penolakan yang di lakukan Alesha kepada Alkha saat ini adalah bentuk dari berontaknya Alesha atas perjodohan yang di lakukannya.
Walaupun dulu Alesha bisa menerimanya, namun yang di takutkan saat ini adalah, Alesha yang sekarang mempunyai pemikiran yang berbeda. Maka Nugraha perlu meluruskan segalanya.
"Jangan kira Papa gak tau siapa saja yang pernah menjalani hubungan sama kamu. Papa selalu memperhatikan, Alesha. Walau Papa sibuk kerja, pikiran dan hati Papa setengahnya tetap tertuju pada kamu dan Mamamu. Seandainya mantanmu itu layak untuk mendampingi kamu, Papa gak mungkin menjodohkan kamu sama Alkha. Firasat orang tua memang gak selalu benar, tapi insting Papa sebagai laki-laki yang sudah puas nakal, bisa menilai mana laki-laki yang pantas buat kamu, dan mana yang gak. Kamu itu lebih berharga daripada berlian, kalo menjaga berlian saja Mama dan Papa harus berhati-hati, apalagi menjaga kamu yang nilainya gak bisa di bandingkan dengan apapun di dunia ini."