Apa yang pertama kali terlintas dalam benakmu, ketika mendengar kata 'ambis'?Anak kaku, tidak bisa bersosialisasi dengan baik, tiada hari tanpa belajar, identik dengan kutu buku, culun, berkacamata, berorientasi pada nilai, terlalu lurus, dan banyak disenangi guru maupun teman? Jika serentetan variabel tersebut yang muncul pertama kali di bayanganmu, maka kamu belum pernah bertemu dengan spesies ambis bernama Asa Nabastala.
"Asa, Bu!" Dengan semangat berkobar, anak perempuan yang duduk di bangku baris kedua itu mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Tampak sangat mencolok di antara siswa lainnya yang menunduk terkantuk-kantuk. Setelah dipersilakan Bu Yanti, lekas-lekas Asa menjawab, "Bilangan Avogadro itu senilai dengan 6.022 × 10²³ molekul per mol."
"Benar sekali, Asa." Guru Fisika tersebut menyahut dengan tak kalah antusiasnya. Tepukan tangan apresiasi mengudara di langit-langit kelas yang sempurna sunyi sejak tadi. Walaupun dikategorikan ke dalam kelas unggulan, XI MIPA-1 ini hanya dikuasai oleh empat monster MaFiKiBi Society, juga seorang Asa Nabastala. Akan tetapi, pada pertemuan kali ini, empat sahabat ambis itu sibuk dengan urusan masing-masing, tidak aktif menjawab seperti biasanya.
Mat asyik menggarisbawahi hal-hal penting di buku paketnya, Bintang berkutat dengan catatannya sebagai seorang penganut gaya belajar visual, sementara Kiano tidak bisa mendiamkan kedua tangan, terus saja mengimajinasikan konsep perpindahan kalor yang sedang mereka pelajari. Bahkan seorang Alfis, yang notabenenya spesialis Fisika, kini hanya mendengarkan penjelasan Bu Yanti dengan saksama.
Wanita berusia empat puluhan itu pun sampai heran dibuatnya. Ada apa dengan mereka? Tumben sekali tidak ada peperangan yang meletus untuk memperebutkan poin tambahan di jam fisika. Apa mereka sedang menghadapi suatu masalah? "Mat, Alfis, Kiano, Bintang ... tidak apa-apa? Tentu Bilangan Avogadro bukan hal besar untuk kalian, 'kan?"
"Sabar, Bu!" Kiano mengangkat tangan. Matanya terpejam erat, lantas menarik napas dalam-dalam. Dengan gerakan-gerakan tidak jelas layaknya tarian pemanggil ular, Kiano kesurupan reog sebagaimana biasanya. Oh, tidak. Sepertinya memang Kiano sendiri-lah reog-nya sedari awal. "Kami sedang menguji coba metode ambis lainnya."
"Metode ambis?"
"Ya!" Semangat sekali, Kiano mengangguk-angguk mantap. "Metode yang mengamalkan teori TikTok, 'diam seperti cupu, bergerak menjadi suhu'!"
Meski tidak bisa memahami maksud dari kalimat Kiano, Bu Yanti mengangguk saja dengan kening mengernyit dalam.
Sebagai auto-leader MaFiKiBi Society, lekas-lekas Mat memperbaiki jawaban Kiano. "Kami sedang melakukan percobaan, Bu. Kiano selalu kalah dalam JAMET SMS—Ajang Kompetisi Pertengahan Semester MaFiKiBi Society—yang lalu. Katanya, penetapan ranking kelas ini tidak bisa dijadikan standar yang tepat, mengingat tidak semua agen MS memiliki kesempatan yang sama untuk aktif dalam pembelajaran. Maka hari ini, kami mencoba untuk menahan keaktifan kami semuanya, Bu. Mohon maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambis Kronis!
Teen FictionAmbis itu keren abis! Yakin? Kalau ambis-nya udah kronis, gimana? Katanya, anak ambis itu selalu didekati teman sekelas karena banyak benefitnya. Akan tetapi, tidak berlaku pada Asa Nabastala. Kepribadiannya yang ambis dan egois membuat Asa tidak be...