08. Regu yang Individu

157 45 33
                                    

Tidak ada hal lain yang bisa menghancurkan mood-nya di Senin pagi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada hal lain yang bisa menghancurkan mood-nya di Senin pagi ini. Dengan dipersatukan dalam satu tim di bidang yang sama, jelas Asa tak akan pernah bisa lari. Aih. Kenapa dirinya malah menantang Alfis untuk bersaing di astronomi, sih? Seharusnya, biar saja Alfis ikut olimpiade bidang fisika seperti tahun sebelumnya! Asa cemberut.

Benaknya mulai membayangkan akan sekacau apa hari-hari pembinaan yang seharusnya menjadi kesempatan emas sekaligus hal paling berharga nan menyenangkan bagi Asa, tetapi terpaksa dilalui dengan manusia menyebalkan itu. Ingat bagaimana berlangsungnya pembinaan pertama tim astronomi sebelum dieliminasi dua anak kelas sepuluh lainnya? Suram!

Bagaimana dengan pembinaan selanjutnya yang lebih dari satu-dua kali dalam sepekan? Asa harus berurusan lagi dengan seorang Alfis yang tak lain adalah jelmaan siluman setan. Badak Galak!

Di sepanjang koridor menuju kelas XI MIPA-1 yang letaknya di lantai dua, Asa sibuk menggerutu dalam hati. Kepalanya memikirkan kegiatan yang akan ia lakukan di akhir pekan ini, berusaha menimbun segala hal tentang Alfis. Iya! Semua tentangnya memang selalu saja kelam dan mengenaskan. Malas sekali Asa walau sekadar menyebutkan namanya.

Baiklah, cukup. Akhir pekan ini ... Asa mau ke perpustakaan kota! Selain memperpanjang masa pinjam buku astronomi, Asa juga mau melihat-lihat buku baru yang dengar-dengar akan tiba Jumat ini. Siapa tahu ada bacaan yang lebih super, 'kan? Bahasan astronomi lanjutan, mungkin?

Setelah melewati bingkai pintu kelas, sudut mata cokelat terang Asa menangkap figur seorang anak perempuan. Lekas-lekas, Asa menghampiri dan merangkul pundak itu. "Hai, Ola! Ih, ih ... hari Minggu nanti mau ke mana, La? Enggak ada acara, 'kan? Temani aku ke perpustakaan kota, yuk! Yang dekat tamkot itu!"

Di antara cengengesan kecil Asa, Ola pun ikut mengangkat kedua sudut bibirnya selebar mungkin. "Uhm ... Minggu, ya ...."

"Enggak usah maksa." Sebentar. Itu bukan suara Ola maupun dirinya. Asa berbalik badan, hanya untuk mendapati seorang lelaki tidak penting yang hobinya selalu saja merecoki kehidupan orang lain. Lelaki itu, Alfis, membenamkan kedua tangannya ke dalam saku celana, lantas memandang tajam ke arah Asa. "Pertama, kamu sok kenal sok dekat. Kedua, kamu enggak paham dan enggak mau paham alias bodo amat sama karakter dan sudut pandang orang lain. Ketiga, kamu bukan siapa-siapanya."

Apa, sih? Beban hidup Badak Galak ini ringan sekali sepertinya, ya ... sampai masih sempat-sempatnya saja untuk menambah beban orang lain. Sangat ahli dalam meningkatkan tekanan darah Asa juga. Ya ampun. Bisa tidak, sih, dia berhenti menjadi tokoh antagonis di kisah hidup Asa, walau satu-dua bab saja?

Muka Asa sempurna keruh. Rangkulan di bahu Ola makin erat. Kini, Asa menatap Ola dengan penuh harapan. "Ola ... kamu enggak keberatan, 'kan? Aku cuma ngajak kamu, kenapa dia malah rempong gitu? Ola ... ola mau, enggak? Ikut ke perpustakaan nanti?"

Sejenak, Ola melirik Alfis dan Asa secara bergantian, lantas kembali menunduk dalam-dalam. Tangannya memainkan bagian atas rok seragam abu-abu yang tengah dikenakan, berusaha mengusir canggung dan perasaan yang kurang nyaman. "Uhm ... aku belum ada agenda buat akhir pekan, kok. Bisa aja, kayaknya."

Ambis Kronis!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang